Home Blog Page 4

OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil dan Berdaya Tahan, Dukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Jakarta, 2 Juni 2025 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan Mei 2025 menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga di tengah dinamika perdagangan global dan ketegangan geopolitik. Pertumbuhan ekonomi domestik yang resilien, intermediasi perbankan yang stabil, serta kinerja positif pasar modal dan keuangan syariah menjadi pilar utama dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Stabilitas di Tengah Ketidakpastian Global

Perekonomian global menunjukkan pelemahan pada Q1-2025, diikuti penurunan inflasi yang mencerminkan melemahnya permintaan. Namun, kebijakan moneter global yang akomodatif, seperti penurunan suku bunga oleh beberapa bank sentral, turut mendukung stabilitas pasar keuangan. Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,87% (yoy) dengan inflasi terkendali di 1,95%, didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89%. Neraca perdagangan juga mencatat surplus, dengan defisit transaksi berjalan menyempit menjadi 0,05% PDB.

Kinerja Pasar Modal dan Derivatif

Pasar saham domestik menunjukkan ketahanan dengan Indeks JCI menguat 6,04% (mtm) ke level 7.175,82, didukung arus modal asing (net buy) sebesar Rp5,53 triliun pada Mei 2025. Kapitalisasi pasar saham mencapai Rp12.420 triliun, naik 6,11% (mtm). Sektor basic material dan energi menjadi penggerak utama, sementara teknologi mengalami pelemahan.

Di pasar obligasi, indeks ICBI menguat 0,78% (mtm) dengan yield SBN turun 4,76 bps. Investor asing mencatatkan net buy obligasi pemerintah sebesar Rp24,09 triliun (mtm). Sementara itu, industri reksa dana mencatatkan Asset Under Management (AUM) sebesar Rp848,88 triliun, tumbuh 1,91% (mtm), dengan reksa dana syariah tumbuh pesat 16,74% (yoy).

Intermediasi Perbankan dan UMKM

Kredit perbankan tumbuh 8,88% (yoy) pada April 2025, didominasi oleh kredit investasi (15,86% yoy) dan kredit korporasi (12,77% yoy). Sementara kredit UMKM tumbuh 2,60%, dengan fokus pada pemulihan kualitas. Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 4,55% (yoy), mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.

Likuiditas perbankan tetap sehat dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) di level 200,35%, dan rasio NPL gross stabil di 2,24%. OJK juga mengawasi ketat pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) yang tumbuh 26,59% (yoy), namun masih terkendali di 0,27% dari total kredit.

Inovasi Teknologi dan Keuangan Digital

Sektor fintech dan inovasi teknologi keuangan (ITSK) terus berkembang. Hingga Mei 2025, OJK telah menyetujui 6 peserta regulatory sandbox untuk aset digital dan kripto, serta mencatat 29 penyelenggara ITSK terdaftar. Transaksi peer-to-peer lending tumbuh 29,01% (yoy), dengan outstanding pembiayaan mencapai Rp80,94 triliun.

Pasar kripto juga menunjukkan tren positif dengan 14,16 juta investor dan transaksi senilai Rp35,61 triliun pada April 2025. OJK telah mengatur 23 entitas dalam ekosistem kripto, termasuk bursa dan kustodian, untuk memastikan perlindungan konsumen.

Penguatan Literasi dan Pelindungan Konsumen

OJK mencatat peningkatan literasi keuangan menjadi 66,46% dan inklusi keuangan 80,51% berdasarkan Survei Nasional SNLIK 2025. Program edukasi seperti Sikapi Uangmu telah menjangkau 5,6 juta peserta, sementara Satgas PASTI berhasil memblokir 1.332 entitas keuangan ilegal pada 2025, termasuk 1.123 pinjol ilegal.

Arah Kebijakan OJK

OJK akan fokus pada:

  1. Stabilitas Sistem Keuangan: Memperdalam pasar modal dan mendorong intermediasi perbankan yang inklusif.
  2. Penguatan UMKM: Melalui akses pembiayaan dan dukungan regulasi seperti RPOJK Akses Pembiayaan UMKM.
  3. Inovasi Digital: Memperkuat kerangka regulasi untuk fintech, aset kripto, dan ITSK.
  4. Keuangan Syariah: Mendorong spin-off unit syariah dan pengembangan produk seperti Cash Waqf Linked Deposit.

Kesimpulan

Kinerja sektor jasa keuangan yang stabil dan berdaya tahan menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan, OJK optimis dapat memperkuat peran SJK dalam mendukung pemulihan ekonomi berkelanjutan.

( Edisi Khusus ): Senjata Makanan dan Virus: Strategi Rahasia Tiongkok Menggoyang Keamanan Amerika!”

EtIndonesia. Pada tahun 2008, dunia dikejutkan oleh skandal susu formula Sanlu di Tiongkok. Tragedi ini bukan sekadar bencana kesehatan publik, melainkan titik balik yang menyingkap wajah gelap industri pangan Tiongkok dan menjadi awal dari eskalasi krisis pangan berskala lintas negara. Kini, 17 tahun berselang, masalah pangan Tiongkok bukannya mereda, justru berkembang menjadi ancaman global—merambah hingga dapur dan laboratorium Amerika, membentuk sebuah perang sunyi tanpa dentuman peluru.

Bagaimana rantai ini terbentuk? Mengapa ancaman itu justru semakin sistemik? Dan benarkah Amerika Serikat kini menjadi target “perang pangan” dan “perang biologis” terselubung yang dijalankan secara terencana oleh rezim Tiongkok?

Keamanan Pangan Tiongkok—Dari Skandal ke Sistem

Bukan Kasus Nakal, Tapi Gagal Sistemik

Masalah pangan di Tiongkok sudah lama melampaui batas insiden perusahaan nakal. Yang terjadi adalah kegagalan sistemik—di mana transparansi dan akuntabilitas nyaris tak pernah jadi prioritas. Dalam sistem yang menjadikan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial sebagai tujuan utama, segala sesuatu di bawahnya, termasuk kesehatan rakyat, kerap dikorbankan.

Kasus Sanlu 2008: Paradigma Kegagalan

Kasus Sanlu mencatat 300.000 bayi menderita batu ginjal akibat susu yang dicampur melamin, dengan korban meninggal mencapai puluhan orang. Laporan-laporan telah masuk selama delapan bulan, namun diredam. Investigasi independen dibungkam, baru setelah rekan dari Selandia Baru melaporkan, kasus ini terbuka. Awalnya, Pemerintah Tiongkok menyangkal, bahkan membungkam media. Saat tak dapat lagi ditutupi, barulah tindakan diambil.

Sanlu gulung tikar, dua peternak dihukum mati, dan Tian Wenhua, ketua Sanlu, dipenjara seumur hidup (namun akhirnya bebas setelah 11 tahun). Ironisnya, dana kompensasi korban diambil dari pinjaman bank milik negara, bukan denda perusahaan—seakan negara rela menanggung beban dosa perusahaan.

Sistem Pengawasan yang Gagal

Alih-alih perbaikan, sistem justru memproduksi pengawas-pengawas setia perusahaan yang kemudian naik jabatan, sementara korban kehilangan segalanya. Pesan tak tertulisnya jelas: selama tak ketahuan, Anda aman; dan jika ketahuan, negara pun siap menanggung. Setelah Sanlu, industri “pangan berisiko” malah makin berkembang liar, jadi model bisnis baru.

Rantai Skandal yang Tak Pernah Usai

Hampir tiap tahun, muncul “inovasi” baru: beras plastik, minyak jelantah yang diolah ulang jadi minyak makan, kapsul gelatin beracun, daging babi mati yang diolah dan diekspor, hingga sayur dan buah berformalin. Antara 2011-2019, lebih dari 900 kasus besar soal keamanan pangan terkuak. Namun, seiring makin ketatnya sensor, yang berkurang bukan kasus, melainkan suara pelapor.

Motif Ekonomi, Oligarki, dan Politik Lokal

Banyak pabrik pangan adalah penyumbang pajak dan lapangan kerja utama daerah. Pejabat setempat bahkan ikut memiliki saham. Maka, membongkar skandal pangan berarti “bunuh diri karier.” Akhirnya, laporan-laporan diganti sampel, audit direkayasa, dan masalah disapu di bawah karpet.

Dari Persoalan Internal Menjadi Ancaman Global

Ketika produk-produk ini membanjiri pasar ekspor, dunia menerima bukan sekadar barang murah, tetapi risiko laten—racun lintas negara. Inilah realisasi slogan Xi Jinping tentang “komunitas nasib bersama umat manusia”, tapi dalam arti yang ironis—komunitas bersama risiko dan racun.

Ekspor Racun ke Amerika—Penetrasi Sistemik dan Serangan Sunyi

Amerika, Sasaran Utama Ekspor Pangan Berisiko

Amerika Serikat, sebagai pasar konsumsi terbesar, menjadi tujuan utama ekspor pangan Tiongkok. Produk dari Tiongkok—mulai dari sayur beku, ikan asin, rempah, bumbu instan, hingga mi dan pangsit—masuk dengan berbagai cara: kemasan ulang, perubahan negara asal, hingga masuk tanpa label jelas.

Modus Operandi: Menembus Pengawasan Amerika

  • Ganti Asal Negara: Barang transit di Vietnam, Thailand, Meksiko, diberi label baru, masuk ke AS.
  • Sertifikat Palsu: Label organik dan halal palsu, terutama pada makanan laut.
  • Celah Regulasi: Memanfaatkan prosedur uji yang berbeda-beda antarnegara bagian.

Studi Kasus

  • 2018, California: Impor ikan asin dari Guangdong mengandung formalin 18x ambang batas, akan masuk supermarket Asia di LA.
  • 2021, Bayam Beku: Produk asal Shandong yang diklaim “Impor Asli Taiwan”, ternyata Tiongkok, mengandung kadmium tinggi.

Mengapa Amerika Mudah Ditembus?

Kepercayaan dan keterbukaan sistem Amerika, tanpa kecurigaan atas sertifikasi dan latar belakang produk, membuat pengawasan menjadi lemah. Pemerintah AS hanya mampu menguji kurang dari 5% sampel makanan impor. Selain itu, lobby importir besar menahan penguatan regulasi, dan perbedaan standar antarnegara bagian memperparah masalah.

Dampak Langsung: Perang Ekonomi di Dapur Amerika

Pangan Tiongkok mengalahkan produk Amerika bukan karena lebih baik, tapi karena murah—biaya produksi ditekan dengan mengorbankan kualitas, keselamatan, dan lingkungan. Data sensus pertanian AS 2022: dalam 10 tahun, petani AS berkurang 200.000 keluarga. Komoditas seperti bawang, jahe, sayuran beku, buah kering, dan ikan—semua produk unggulan ekspor Tiongkok—menggerus pendapatan petani lokal.

Bahkan, kepercayaan terhadap merek Amerika pun tergerus karena merek-merek “impor asli” ternyata hanya label, produksinya di Tiongkok.

Risiko Biologis: Laboratorium Ilegal dan Perang Senyap Melalui Patogen

Kasus Reedley, California—Terbongkarnya Laboratorium Bawah Tanah

Juni 2023, polisi di Reedley, California, menemukan laboratorium ilegal milik Zhu Jiabei, warga Tiongkok. Di sana ada 900 tikus rekayasa genetika (beberapa terinfeksi COVID-19), lebih dari 5.000 sampel penyakit (HIV, hepatitis, dengue, monkeypox). Laboratorium kotor, tanpa izin, dan seluruh operasi dikendalikan dari Tiongkok.

Jaringan Global, Motif Terselubung

Laporan Kongres AS Februari 2024 menyoroti bahwa kasus Reedley kemungkinan hanya “puncak gunung es.” Diduga, laboratorium-laboratorium serupa tersebar di AS, dengan tujuan mengumpulkan data, mensimulasikan wabah, hingga menyiapkan “senjata biologis”.

Sistem Pengawasan Lemah, Jaringan Penyerang Kuat

Tiongkok mengirim sampel, tenaga kerja, dan logistik lewat jalur-jalur tak resmi, menyusupkan “peneliti” lewat jalur akademik dan bisnis.

Mahasiswa atau Eksekutor—Modus Perang Biologis Tiongkok?

Serangkaian Penangkapan yang Bukan Kebetulan

  • Mei 2024, Detroit: Mahasiswa S3 Jilin membawa puluhan sampel jamur patogen Fusarium dan spora, mengaku atas permintaan profesor.
  • November 2023, Newark: Postdoktoral Fudan membawa vaksin dan sel hewan, dideportasi.
  • Februari 2024, San Francisco: Mahasiswa Sun Yat-sen membawa fragmen gen virus flu babi Afrika, ditahan.

Otoritas AS menemukan pola sistematis dan tren meningkat, mengarah pada operasi negara. Dalam sistem pendidikan dan riset Tiongkok, semua kerja sama dan misi luar negeri di bawah pengawasan partai dan birokrasi negara.

Sampel Fusarium: “Bom Waktu” bagi Pertanian Amerika

Fusarium tertentu bisa menghancurkan pertanian dan memicu racun yang membunuh ternak dan manusia. Masuknya patogen ini tanpa pengawasan bisa menimbulkan bencana pertanian dan ekonomi besar-besaran.

Strategi Perang Modern: Hybrid Warfare dan Outsourcing Kejahatan Negara

Mahasiswa, Akademisi, dan Bisnis—Jaringan “Perang Rakyat” PKT

Menggunakan mahasiswa, akademisi, dan perusahaan sebagai operator membuat serangan ini sulit ditangkal dan mudah disangkal. Jika terbongkar, cukup disebut “aksi pribadi”. Inilah model hybrid warfare modern yang dikembangkan Tiongkok.

Serangan Asimetris dan Propaganda Balik

Tiongkok bahkan menyerang balik dengan tuduhan bioterorisme pada AS (misal isu Fort Detrick), menutup jejak dan membingungkan publik.

Respons Amerika: Mulai Menutup Celah

Kini, Amerika bergerak cepat: memperkuat pengawasan bea cukai, memperketat aturan impor pangan dan riset biologis, menyelidiki seluruh jaringan laboratorium ilegal, serta mengawasi mahasiswa asing di bidang pertanian dan biologi.

Namun, tantangan ke depan sangat besar:

  • Bagaimana menjaga keterbukaan dan kebebasan tanpa menjadi korban sistem tertutup negara lain?
  • Apakah Amerika siap menghadapi “perang senyap” tanpa suara dan tanpa peringatan ini?

Menyadari Bahaya, Membangun Ketahanan

Kisah Sanlu 2008 hanyalah permulaan dari drama besar rantai risiko pangan dan biologis yang kini menjangkiti dunia. Apa yang dulu menjadi tragedi di satu negara, kini berkembang jadi perang hening yang menargetkan seluruh masyarakat global, termasuk Amerika.

Amerika dan dunia harus belajar dari sejarah pahit ini: bahwa dalam era keterbukaan global, ketahanan pangan dan biologis adalah benteng utama peradaban. Jika benteng itu runtuh, ancaman terbesar justru datang bukan dari musuh di medan tempur, tapi dari racun dan patogen yang tak kasatmata di meja makan dan laboratorium.

Melakukan Kekerasan dan Menindas Tokoh Oposisi di Luar Negeri, Skandal Penindasan Lintas Negara oleh Rezim PKT Terungkap

Pada tahun 2023, seorang aktivis pro-demokrasi asal Tiongkok di AS membuat patung batu yang menggambarkan pasangan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) sedang berlutut. Untuk menghancurkan patung tersebut, PKT menyewa pelaku untuk membuntuti dan menyerang aktivis pro-demokrasi di AS! Baru-baru ini, tersangka dalam kasus ini telah ditangkap di Serbia, dan pihak AS sedang mengajukan permintaan ekstradisi. Departemen Kehakiman AS pekan lalu telah mendakwa dua pria asing yang terlibat dalam kasus ini.

EtIndonesia. Menurut siaran pers Departemen Kehakiman Amerika Serikat tertanggal 30 Mei, dua terdakwa adalah Cui Guanghai (43 tahun), warga negara Tiongkok, dan John Miller (63 tahun), warga negara Inggris pemegang green card AS. Keduanya didakwa oleh dewan juri federal di Milwaukee, Wisconsin, dan Los Angeles, California.

Keduanya dituduh membuntuti tokoh oposisi Tiongkok lintas negara bagian di AS, serta terlibat dalam konspirasi, penyelundupan, dan pelanggaran Undang-Undang Pengendalian Ekspor Senjata dengan mencoba mengirim teknologi militer AS ke Tiongkok.

Keduanya ditangkap di Serbia pada  April dan saat ini sedang menunggu ekstradisi ke AS. Jika terbukti bersalah, mereka masing-masing terancam hukuman maksimal 40 tahun penjara.

Menurut dokumen pengadilan di Los Angeles, seorang informan yang menyamar dan telah mengikuti Miller selama lebih dari dua tahun melaporkan kepada FBI pada awal Juni 2023 bahwa Miller dan Cui Guanghai bertindak atas perintah pemerintah PKT. Pada  Juni, Miller juga dikabarkan bertemu dengan beberapa pejabat PKT di Beijing dan Liaoning.

Menjelang pertengahan November 2023, karena pemimpin PKT dijadwalkan mengunjungi AS, Miller dan Cui menerima perintah untuk merencanakan dan melakukan pengawasan lebih awal guna mencegah para pembangkang Tiongkok melakukan aksi protes. Bahkan, mereka menargetkan seorang seniman yang tinggal di Los Angeles. Departemen Kehakiman AS tidak mengungkap identitas korban, namun informasi publik di internet menunjukkan bahwa korban adalah pematung bernama Hui Bo.

Pada 13 November, Miller memerintahkan agen yang menyamar untuk merusak ban mobil korban guna mencegahnya pergi ke San Francisco.

Aktivis pro-demokrasi yang tinggal di AS, Jie Lijian, mengatakan:  “Waktu itu situasinya sangat mendesak. Awalnya Hui Bo sudah menyatakan akan berangkat, tapi kemudian dia mengatakan bahwa ada alasan tertentu—keluarganya di Tiongkok menerima ancaman dan gangguan, jadi dia tidak bisa pergi.”

Agen FBI menyatakan bahwa Miller mengetahui dirinya bertindak atas perintah dan kendali pemerintah PKT.

Selain menindas tokoh oposisi, Miller dan Cui juga didakwa di negara bagian Wisconsin karena mencoba menyelundupkan senjata militer AS, termasuk rudal dan drone, ke Tiongkok untuk direkayasa ulang.

Jie Lijian menambahkan:  “Kasus ini membuktikan bahwa praktik ‘penegakan hukum’ PKT di luar negeri sangat umum. Kita melihat semakin banyak kasus seperti ini. Ini menunjukkan bahwa pemerintah, baik AS maupun di seluruh dunia, mulai menaruh perhatian serius terhadap bentuk penindasan lintas negara oleh PKT, yang juga merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara tuan rumah. Sekarang, toleransi terhadap hal ini adalah nol.”

Terkait kasus ini, Wakil Jaksa Agung AS Todd Blanche menyatakan bahwa konspirasi terdakwa untuk menyelundupkan teknologi militer sensitif AS ke Tiongkok merupakan serangan terang-terangan terhadap keamanan nasional AS dan nilai-nilai demokrasi. (Hui)

Laporan langsung oleh reporter NTDTV Guo Yuexi dan Zhang Boyuan dari Amerika Serikat

Kebakaran Hutan di Kanada Terus Berlanjut, Asap Menyebar ke Wilayah AS dan Eropa

Kebakaran hutan di Kanada masih terus berlangsung, dengan asap tebal menyelimuti daerah terdampak dan provinsi-provinsi sekitarnya. Saat ini, asap dari kebakaran tersebut terus menyebar ke berbagai wilayah di Amerika Serikat, bahkan melintasi Samudra Atlantik hingga mencapai Eropa.

EtIndonesia. Pada  Selasa 3 Juni 2025, tercatat masih ada lebih dari 200 titik kebakaran hutan aktif di seluruh Kanada. Hingga kini, lebih dari 27.000 penduduk telah terpaksa mengungsi. Provinsi Manitoba dan Saskatchewan masih berada dalam status darurat.

Asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan tersebut terus menyebar ke berbagai negara bagian di AS. Di bagian timur, asap mencapai negara bagian Michigan, sedangkan di barat mencapai Dakota dan Nebraska, bahkan meluas ke selatan hingga Florida.

Pada  Selasa, kualitas udara di sebagian wilayah negara bagian Minnesota, Wisconsin, dan Michigan dinilai sebagai “sangat tidak sehat”. Peringatan kualitas udara di Minnesota diperkirakan akan berlangsung hingga  Rabu.

Badan Pemantauan Atmosfer Copernicus dari Uni Eropa pada  Selasa juga menyatakan bahwa asap tebal akibat kebakaran hutan telah menyebar ke bagian barat laut Eropa. Namun karena asap berada pada ketinggian yang sangat tinggi, tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan manusia. (Hui)

Laporan gabungan oleh reporter Lin Xi dari NTDTV di Kanada

Tiongkok Batasi Ekspor Logam Tanah Jarang, Pabrik Mobil Dunia Panik: Trump Tuding Beijing Langgar Kesepakatan, Perang Pasokan AS-Tiongkok Memanas

EtIndonesia. Pemerintah Tiongkok secara tiba-tiba memperketat ekspor bahan-bahan penting seperti paduan logam tanah jarang, campuran logam tanah jarang, serta magnet tanah jarang—langkah yang segera mengguncang industri otomotif dan teknologi tinggi global. Setelah para pembuat kebijakan dan perusahaan otomotif AS menyampaikan peringatan, kini produsen mobil dari Jerman, India, dan sejumlah negara lainnya ikut menyuarakan kekhawatiran mereka. Jika pembatasan ini tidak segera dicabut, rantai pasok industri otomotif bisa terganggu, bahkan terancam lumpuh, yang berpotensi melumpuhkan perekonomian lokal di berbagai negara.

Krisis Global: Ford Setop Produksi, Dunia Terancam Kelumpuhan Rantai Pasok

Menurut laporan Reuters pada 3 Juni, industri otomotif Jerman secara resmi memperingatkan kebijakan ekspor baru Tiongkok, menyebut bahwa hambatan pasokan saat ini telah mengancam stabilitas rantai pasok global. 

Ketua Asosiasi Industri Otomotif Jerman, Hildegard Mueller, mengatakan:  “Jika situasinya tidak segera berubah, maka gangguan produksi hingga penghentian total tidak bisa dihindari.”

Media AS juga melaporkan bahwa Ford Motor Company menghentikan produksinya selama seminggu pada Mei karena kekurangan magnet berbasis tanah jarang. Para diplomat, produsen mobil, dan eksekutif dari Eropa, Jepang, dan India kini berlomba-lomba menjalin dialog dengan pejabat Tiongkok untuk mempercepat proses persetujuan ekspor.

Di India, sejumlah produsen kendaraan listrik menyatakan bahwa sejak Tiongkok mengumumkan pembatasan ekspor terhadap tujuh jenis tanah jarang menengah dan berat pada April lalu, pasokan bahan baku mereka terganggu parah hingga beberapa jadwal produksi harus ditunda. Magnet tanah jarang sangat penting dalam pembuatan motor mobil, sistem rem, dan sensor kendaraan—dan kini kekurangannya sudah mulai menghantam produsen otomotif AS.

Setelah sebelumnya produsen kendaraan listrik di India melayangkan keluhan, kini giliran Jerman yang mengeluarkan peringatan keras: pembatasan ekspor Tiongkok bisa melumpuhkan produksi dan menghantam ekonomi lokal secara brutal.

Upaya Diplomatik Global Hadapi Dominasi Tiongkok

Menghadapi ancaman kerusakan rantai pasok global, para pejabat dari Jepang, India, dan Uni Eropa telah memulai misi diplomatik intensif untuk menekan Beijing agar mempercepat persetujuan ekspor. Khususnya bagi industri otomotif dan dirgantara di Asia dan Eropa yang sangat bergantung pada tanah jarang Tiongkok, keterlambatan sekecil apa pun dapat menimbulkan kerugian besar.

Menurut sejumlah diplomat, hanya segelintir negara yang memiliki kemampuan produksi alternatif dengan skala besar. Meski ada upaya internasional untuk mengembangkan proyek pertambangan dan pemurnian bersama, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menutup celah yang ditinggalkan Tiongkok. Hal ini menjadikan konflik tanah jarang sebagai babak baru dalam persaingan strategis AS-Tiongkok, setelah perang chip dan baterai.

Tiongkok Jadi “Tuan Tanah Jarang”, Negosiasi AS-Tiongkok Buntu

Langkah pembatasan ekspor oleh Tiongkok juga meningkatkan tensi geopolitik secara drastis. Beijing disebut sedang menyusun sistem pengawasan ekspor baru yang memungkinkan pembatasan permanen terhadap negara atau perusahaan tertentu—terutama yang dianggap berisiko terhadap kepentingan nasional, seperti kontraktor militer Amerika Serikat.

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan pada 3 Juni bahwa pembatasan ekspor ini akan menjadi salah satu topik utama dalam percakapan telepon antara Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, yang dijadwalkan berlangsung pekan ini. Dunia menantikan apakah kedua pemimpin bisa mencapai kompromi.

Padahal, sebelumnya kedua negara telah mencapai kesepakatan “gencatan tarif” dalam perundingan di Jenewa. Namun, menurut Wall Street Journal, implementasinya jauh dari harapan. Pada pertemuan tersebut, Tiongkok berjanji akan mempercepat proses izin ekspor tanah jarang sebagai imbalan agar AS tidak menambah tarif selama 90 hari. Namun, pihak AS kini menilai Tiongkok “secara total mengingkari semangat perjanjian”.

Menurut sumber terpercaya, dalam negosiasi di Jenewa, delegasi perdagangan AS meminta Wakil Perdana Menteri Tiongkok, He Lifeng, untuk memulihkan izin ekspor tanah jarang. Sebagai balasannya, Washington bersedia menunda tarif baru selama 90 hari. Kesepakatan ini pada akhirnya memberikan angin segar bagi pasar keuangan global.

Namun sejak itu, proses perizinan ekspor dari Beijing tetap lambat, termasuk untuk logam penting lain yang diperlukan dalam industri otomotif dan semikonduktor.

Trump Murka: Tiongkok Langgar Janji, Pabrik AS Bisa Lumpuh Lagi

Pada 30 Mei 2025, Presiden Trump menulis di platform media sosialnya: “Berita buruk—meskipun tidak mengejutkan bagi sebagian dari kita—Tiongkok telah sepenuhnya melanggar kesepakatan yang mereka buat dengan kami.” 

Pernyataan ini menegaskan bahwa Washington merasa dikhianati dan bahwa pelaku industri AS telah mulai merasakan dampaknya secara langsung.

Sejumlah sumber menyatakan, sejak kesepakatan dicapai, Tiongkok belum mempercepat persetujuan izin ekspor secara signifikan. Banyak perusahaan AS, terutama produsen otomotif dan kontraktor militer, kini menekan pemerintah untuk mengambil langkah tegas terhadap Beijing.

Seorang eksekutif senior industri otomotif memperingatkan bahwa jika Tiongkok tak segera melonggarkan pembatasan ekspor, maka pabrik-pabrik AS bisa kembali mengalami kondisi seperti awal pandemi COVID-19—shutdown total.

Masalah semakin rumit karena pada pertengahan Mei, Departemen Perdagangan AS menjatuhkan larangan global terhadap chip AI “Ascend” buatan Huawei. Kebijakan ini melarang perusahaan mana pun di dunia melakukan transaksi chip dengan Huawei. Beijing mengecam keras langkah ini, dan protes diplomatik pun dikirim ke Washington. Akibatnya, perundingan dagang yang sudah rapuh kini kembali menemui jalan buntu.

Krisis Tanah Jarang Masih Jauh dari Selesai

Beijing telah lama menguasai rantai pasok global tanah jarang, dan dalam hal teknologi pemurnian logam tanah jarang berat, Tiongkok berada jauh di depan negara lain. Menurut sejumlah ilmuwan Tiongkok sendiri, teknologi AS dalam bidang ini tertinggal sekitar 20 tahun.

Meskipun Washington telah berupaya keras mengurangi ketergantungan melalui “diplomasi mineral” dan pengembangan pasokan alternatif, menggoyahkan dominasi Tiongkok dalam waktu dekat sangatlah sulit.

Kini, pembatasan ekspor tanah jarang bukan sekadar isu perdagangan, tapi telah menjadi inti dari krisis industri global dan konflik geopolitik. Upaya mencari konsensus antara AS dan Tiongkok terhambat oleh krisis kepercayaan serta semakin panasnya persaingan di bidang teknologi dan militer. Selama ketegangan terus berlanjut, pasokan tanah jarang akan menjadi indikator penting dalam membaca arah geopolitik dan risiko ekonomi global di masa mendatang.(jhn/yn)

Epidemi di Tiongkok Melonjak, Sejumlah Dokter Meninggal Dunia Secara Mendadak Hingga Aparat Menutupi Kebenarannya

Baru-baru ini, Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengklaim bahwa pandemi COVID-19 telah mereda, namun angka kematian di berbagai daerah tetap tinggi, memicu kekhawatiran luas. Korban meninggal dunia mencakup semua kelompok usia—tua, muda, hingga usia produktif—bahkan beberapa tenaga medis juga dilaporkan meninggal secara mendadak. Di sisi lain, pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi, sejak awal pandemi telah memperingatkan bahwa “virus PKT” muncul dengan tujuan dan sasaran tertentu: untuk menyingkirkan anggota PKT dan mereka yang mendukungnya.

EtIndonesia. Media milik pemerintahan partai komunis Tiongkok baru-baru ini melaporkan bahwa, menurut Pusat Pengendalian Penyakit Nasional Tiongkok, tren peningkatan kasus COVID-19 secara nasional telah melambat, dan sebagian besar provinsi telah mencapai puncak atau mulai menunjukkan penurunan. Namun, jumlah kasus infeksi tetap tinggi di seluruh negeri, dan banyak orang meninggal, terlepas dari usia.

Seorang warga Jilin, Tuan Tao, mengatakan:  “Belakangan ini banyak orang meninggal dunia. Dalam dua hari terakhir saja sudah beberapa orang. Ada yang tua, ada juga yang muda. Bahkan yang tua masih tampak sehat—pagi hari masih jalan-jalan, belum sempat dibawa ke rumah sakit sudah meninggal.”

Seorang tabib Tiongkok dari Zhuzhou, Hunan, Chen Yang, mengungkapkan:  “Orang yang meninggal tidak boleh dikatakan karena (virus) corona. Saya kira populasi Tiongkok sekarang bahkan mungkin tidak mencapai 1 miliar orang, karena virus ini sudah membunuh setidaknya beberapa ratus juta.”

Pada 2 Juni, media daratan melaporkan bahwa Ye Long, peneliti berusia 33 tahun dari Institut Arkeologi Provinsi Guangdong, meninggal mendadak pada malam 27 Mei karena penyakit yang tiba-tiba.

Dalam beberapa waktu terakhir, beberapa dokter di Guangzhou, Hunan, Guizhou, dan Kunming juga meninggal mendadak, sebagian besar berusia sekitar 50 tahun. Selain itu, seorang dokter senior di rumah sakit tingkat tertinggi di Guangzhou meninggal dunia dua hari setelah terinfeksi, namun rumah sakit tidak mengizinkan pemberitaan tentang hal ini.

Seorang dokter klinik di Guangzhou, Kang Hong, mengatakan:  “Bahkan dokter di rumah sakit top di Guangzhou pun meninggal. Dinas kesehatan hanya bilang pada kami untuk tidak melaporkan, dan hanya menyuruh kami untuk menjaga kebersihan, memakai masker, dan rajin mencuci tangan.”

Masyarakat menyatakan bahwa sejak wabah merebak di Wuhan pada akhir 2019, PKT terus menutup-nutupi kebenaran.

Seorang warga Zhengzhou, Tuan Cai, mengatakan:  “Media pemerintah selalu berbohong. Kalau mereka bilang kasus meningkat sekarang, artinya sebenarnya sudah meningkat sejak beberapa bulan lalu. Di sekitar saya saja sudah ada dua atau tiga orang yang meninggal mendadak—satu berusia empat puluhan, satu lagi lima puluhan—padahal biasanya sehat. Yang jelas, tahun ini banyak orang meninggal, tapi tidak ada yang berani melaporkan, rumah sakit pun diam.”

Menurut Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok, varian utama yang saat ini beredar di Tiongkok adalah varian XDV dan sub-varian NB.1.8.1.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini telah mengklasifikasikan NB.1.8.1 sebagai “varian yang perlu diawasi”, karena penyebarannya yang cepat di Tiongkok dan Hong Kong. Para ahli menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada obat atau vaksin khusus yang efektif untuk gelombang baru ini.

Dokter virologi asal Amerika Serikat, Dr. Lin Xiaoxu, menyampaikan:  “Memang saat ini tidak ada obat mujarab, tidak ada vaksin atau obat antivirus khusus yang bisa efektif menahan pandemi ini. Jadi secara umum, masyarakat Tiongkok harus meningkatkan kekebalan tubuh sendiri untuk melawan virus ini, dan tidak berharap banyak pada pemerintah yang tidak punya solusi ajaib.”

Sejak awal pandemi, pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi, telah menyampaikan peringatan dalam artikel “Rasional”, bahwa:  “wabah “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT.”

Guru Li juga menjelaskan cara untuk menghindari bencana:   “Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat, karena di belakangnya adalah iblis merah, perilaku permukaannya adalah berandal, bahkan berani melakukan segala kejahatan. Dewa akan mulai memberantasnya, dan mereka yang berdiri di pihaknya juga akan disingkirkan.” (Hui)

Laporan oleh reporter NTDTV, Kai Xin dan Xiong Bin.

Xi Jinping Absen dari Halaman Depan Media Partai Selama Beberapa Hari, Tidak Terlihat Selama Kunjungan Dua Hari Presiden Belarus

 Pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi Jinping, telah menghilang dari pandangan publik selama 14 hari, memicu banyak spekulasi tentang kemungkinan masalah yang dia hadapi. Baru-baru ini, ia juga absen dari halaman depan media partai selama dua hari berturut-turut. Sementara itu, Presiden Belarus sedang melakukan kunjungan ke Beijing selama dua hari, namun belum ada laporan pertemuannya dengan Xi.

EtIndonesia. Sejak kunjungan “inspeksi” Xi Jinping ke Luoyang, Provinsi Henan, pada 20 Mei, ia tidak muncul lagi di hadapan publik selama 14 hari. Pada 2 dan 3 Juni, halaman depan harian resmi PKT, People’s Daily, tidak memuat berita tentang Xi. Sebelumnya, hampir setiap hari berita tentang Xi mendominasi halaman depan media tersebut.

Gordon Chang, pakar isu Tiongkok asal Amerika Serikat, menulis di platform X pada 3 Juni: “Menghilangnya Xi Jinping dari People’s Daily menunjukkan bahwa ia telah kehilangan kekuasaan.”

Selain itu, Kantor Berita Negara Belarus melaporkan bahwa Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, mengunjungi Tiongkok pada 2–4 Juni. Selama kunjungan ini, disebutkan akan diadakan pertemuan akrab antara Lukashenko dan Xi Jinping, termasuk pertemuan tatap muka dan diskusi informal tentang hubungan bilateral.

Namun hingga dini hari 4 Juni waktu Beijing, belum ada laporan bahwa Xi telah bertemu Lukashenko, meskipun sang presiden Belarus telah berada di Beijing selama dua hari.

Pada 3 Juni, Kantor Berita Negara Belarus melaporkan bahwa Lukashenko telah bertemu dengan perwakilan dunia usaha Tiongkok di Beijing, dan menyatakan bahwa ia akan bertemu Xi pada keesokan harinya.

Sebaliknya, media partai Tiongkok sangat minim dalam melaporkan kunjungan Lukashenko kali ini—hanya disebutkan bahwa “Presiden Belarus tiba di Beijing”, tanpa menyebut apakah akan bertemu dengan Xi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri PKT juga bungkam soal kunjungan ini, membuat suasana semakin mencurigakan.

Belakangan ini, baik di dalam maupun luar negeri, beredar spekulasi bahwa kekuasaan Xi Jinping sedang bermasalah. Rapat rutin Politbiro PKT pada akhir Mei juga tidak diberitakan, menimbulkan dugaan bahwa rapat tersebut mungkin tidak pernah digelar.

Pengamat politik asal Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat, Tang Jingyuan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa hilangnya Xi selama lebih dari 10 hari menunjukkan adanya perubahan besar di dalam elite PKT.

“Jika Xi Jinping masih dalam kondisi berkuasa secara normal, media partai pasti akan menanggapi rumor dengan memperkuat pemberitaan tentang posisi Xi, untuk menunjukkan bahwa kekuasaannya tak terganggu,” ujarnya.

Sementara itu, YouTuber asal Tiongkok yang bermukim di Kanada, Wen Zhao, menyampaikan dalam program videonya bahwa sebelum ini Xi Jinping pernah dua kali menghilang selama sekitar dua minggu. Pertama, menjelang Kongres Nasional ke-18 PKT pada tahun 2012, saat ia bersiap menjadi pemimpin. Kedua, pada akhir Juli hingga pertengahan Agustus tahun lalu, bertepatan dengan periode rapat rahasia Beidaihe—sehingga masih dianggap wajar.

Wen Zhao menambahkan, sebelum Xi menghilang kali ini, sudah banyak rumor beredar, seperti rapat Politbiro diperluas pada 14 Mei yang disebut-sebut bertujuan memaksanya turun, pidato Jenderal Zhang Youxia yang mengkritik Xi, dan kabar bahwa Hu Jintao mengeluarkan peringatan keras. Dalam situasi seperti ini, seharusnya Xi sering muncul di publik untuk menenangkan situasi. Namun, justru ia kembali menghilang selama lebih dari 10 hari, yang dianggap sangat tidak wajar.

Dalam berbagai rumor yang beredar, ada yang menyebut Xi Jinping mendadak jatuh sakit parah, bahkan ada yang mengatakan ia sedang berada dalam tahanan rumah di Luoyang. Peneliti dari Institut Riset Keamanan Nasional Taiwan, Shen Ming-shih, mengatakan kepada Epoch Times bahwa meskipun tidak dapat dipastikan bahwa Xi sedang ditahan, kemungkinan besar ketidakhadirannya terkait dengan perebutan kekuasaan antara dua faksi dalam tubuh PKT yang sedang berlangsung dan sedang dinegosiasikan. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Reporter: Shang Chuan | Editor: Lin Qing

Air Tanah di Perumahan Shanxi, Tiongkok  Memanas Hingga 72°C, Penyebabnya Masih Misterius 

Selama lebih dari dua bulan terakhir, terjadi anomali geotermal di Komunitas Jinxiu Sima, Kota Changzhi, Provinsi Shanxi, Tiongkok.  Suhu di ruang bawah tanah kompleks tersebut mencapai 40°C, sementara air tanah yang dipompa dari sekitar area itu menunjukkan suhu setinggi 72°C. Hingga saat ini, penyebab fenomena ini masih menjadi misteri.

EtIndonesia. Laporan media daratan Tiongkok Jimu News menyebutkan setelah sistem pemanas dihentikan pada 31 Maret tahun ini, warga Komunitas Jinxiu Sima di Distrik Luzhou, Kota Changzhi, menyadari bahwa suhu di ruang bawah tanah meningkat drastis hingga 40°C, yang dianggap sangat tidak normal.

Pada 3 Juni, seorang pengguna video bernama Tuan Kang melaporkan bahwa setelah petugas dari perusahaan pemanas dan perusahaan listrik datang memeriksa, mereka tetap tidak dapat menemukan penyebab masalah tersebut. Petugas pengelola properti di kompleks ini mencatat suhu di ruang bawah tanah setiap hari, namun asal muasal panas geotermal itu belum juga terungkap.

Tuan Kang mengungkapkan bahwa tim survei geologi setempat telah mengebor dua sumur sedalam 27 meter di dekat kompleks perumahan tersebut. Air dari sumur itu dipompa selama dua hari dua malam, namun suhu air tetap berada di kisaran 60–70°C tanpa penurunan yang berarti. Karena khawatir penyedotan air dalam jangka panjang dapat menyebabkan pondasi gedung menjadi labil, aktivitas pemompaan dihentikan pada hari ketiga.

Menanggapi hal ini, staf dari Stasiun Manajemen Jinxiu Sima di bawah Perusahaan Pemanas Kota Changzhi menyatakan bahwa fenomena panas tersebut tidak terkait dengan jaringan pipa pemanas, karena setelah pemanas dihentikan, air di dalam pipa juga telah dikosongkan. Saat ini mereka sedang melakukan renovasi jaringan pipa dan belum menemukan masalah apa pun di dalamnya. Asal panas geotermal masih belum diketahui.

Tuan Kang menambahkan bahwa di sekitar kompleks perumahan tidak ada area pertambangan, dan lapisan batu bara di daerah tersebut pun terkubur sangat dalam. Kejadian ini baru muncul setelah sistem pemanas dimatikan, sehingga ia meyakini bahwa anomali tersebut tidak berkaitan dengan eksploitasi energi.

Warganet di daratan Tiongkok pun memberikan berbagai komentar:

  • “Perumahan baru, bangunannya juga baru beberapa tahun.”
  • “Semua instansi sudah datang memeriksa tapi belum menemukan sumber masalahnya. Perusahaan pemanas sudah memindahkan pipa, perusahaan listrik bilang tidak ada masalah, tim geologi sudah mengebor dua sumur dan memompa air, tapi masih saja airnya panas.”
  • “Kalau ini disebabkan oleh aktivitas magma bawah tanah, bisa berbahaya.”
  • “Mungkin ada sumur air panas di sekitar, dan terjadi kebocoran yang menyebabkan air panas menyusup ke lapisan tanah dangkal.”
  • “Apakah ini pertanda gempa bumi?”
  • “Saat ini belum ada yang bisa menjelaskan, penyebabnya belum ditemukan.”

(Hui/asr)

Sumber : NTDTV.com

Mimpi Melihat Kecelakaan Pesawat, 4 Kali dan Semuanya Jadi Kenyataan


EtIndonesia. Ada mimpi yang membuat seseorang terbangun dalam kegelisahan, dan ada pula mimpi yang secara mengejutkan terbukti benar di dunia nyata. 

Seorang warganet asal Eropa mengalami serangkaian mimpi aneh sejak remaja: dia kerap bermimpi tentang kecelakaan pesawat terbang. Berbeda dari mimpi buruk biasa, gambaran dalam mimpinya sangat jelas dan disertai dengan nuansa kejanggalan yang sangat nyata. Yang mengejutkan, selama bertahun-tahun, mimpi-mimpinya kerap bertepatan dengan kejadian kecelakaan penerbangan nyata di berbagai penjuru dunia—sebuah kebetulan yang sulit untuk diabaikan.

Mimpi Pertama: Sebelum Sang Adik Terbang ke Tiongkok

Suatu hari, adiknya bersiap untuk melakukan perjalanan ke Tiongkok dengan pesawat. Sebelum keberangkatan, ia bermimpi tentang kecelakaan pesawat. Dalam mimpinya, lokasi kejadian tidak tampak berada di Eropa atau Afrika, tapi lebih cenderung di wilayah Asia. Dia menceritakan mimpi itu kepada sang ayah, namun sang ayah hanya menganggapnya sebagai ungkapan kegelisahan semata.

Beberapa hari kemudian, saat adiknya sedang berada di luar negeri, ayahnya menelepon dan memberi kabar mengejutkan: telah terjadi sebuah kecelakaan pesawat di Indonesia.

Menurut laporan, pada 7 Maret, terjadi kecelakaan Garuda Indonesia Penerbangan 200, yang menggunakan pesawat Boeing 737-400 dalam rute Jakarta menuju Yogyakarta. Saat mendarat di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, pesawat tergelincir keluar landasan. Kecelakaan ini menyebabkan 20 penumpang dan 1 awak kabin meninggal dunia.

Mimpi Kedua: Dua Pesawat Bertabrakan di Bandara

Dalam mimpi berikutnya, dia melihat dua pesawat bertabrakan di bandara Dublin. Karena dia tinggal tidak jauh dari bandara tersebut, mimpi itu terasa sangat nyata dan detail. Tak lama kemudian, dia membaca berita bahwa dua pesawat Ryanair jenis Boeing 737-800 saling bertabrakan saat sedang berada di Bandara Stansted, London.

Meski kejadian itu tidak menimbulkan korban jiwa, namun rincian dalam mimpi dan lokasi yang berdekatan membuatnya tercengang.

Fakta menyebutkan bahwa pada 28 Juni 2014, dua pesawat milik Ryanair memang mengalami benturan saat sedang bergerak di landasan pacu Bandara Stansted, Inggris. Beruntung, tak ada korban dalam kejadian tersebut. Kedua pesawat berhasil dikandangkan, dan seluruh penumpang dievakuasi dengan selamat.

Mimpi Ketiga: Helikopter dan Wanita di Hutan

Mimpi selanjutnya tidak melibatkan pesawat, melainkan helikopter. Dalam mimpinya, dia berada di tengah hutan yang lebat. Di dalam sebuah helikopter, dia melihat seorang perempuan muda bertubuh kekar duduk dengan tenang. Dua minggu kemudian, dia mendengar kabar bahwa dua helikopter bertabrakan di Argentina saat proses syuting acara reality show asal Prancis berjudul Dropped.

Kecelakaan itu menyebabkan 10 orang tewas, termasuk atlet renang muda Prancis, Camille Muffat, yang baru berusia 25 tahun.

Kejadian tersebut benar-benar terjadi pada 9 Maret 2015 di Kota Villa Castelli, Provinsi La Rioja, Argentina. Saat itu, dua helikopter yang mengangkut kru dan peserta reality show milik stasiun televisi TF1 bertabrakan di udara, menewaskan 8 warga Prancis dan 2 pilot asal Argentina.

Mimpi Keempat: Sebuah Tim Olahraga

Setelah pindah kerja pada tahun 2016, dia kembali bermimpi tentang kecelakaan pesawat. Kali ini, dalam mimpi itu, dia melihat sekelompok orang yang tampaknya adalah tim olahraga. Dia menceritakan mimpi itu kepada rekannya, Thierry, yang awalnya hanya tertawa dan menganggapnya guyonan.

Beberapa waktu kemudian, dia kembali dari perjalanan liburan. Begitu tiba di kantor pada awal Desember, Thierry langsung menyambutnya dengan serius dan berkata: “Sekarang aku percaya padamu.” 

Saat dia tengah cuti, terjadi tragedi: pesawat LaMia Airlines Penerbangan 2933 jatuh di dekat Medellín, Kolombia, menewaskan 77 orang, termasuk hampir seluruh pemain tim sepak bola asal Brasil, Chapecoense.

Dari laporan, kecelakaan ini terjadi pada 28 November 2016, dan hanya 5 orang yang selamat, termasuk 3 pemain yang seharusnya bertanding dalam laga final Copa Sudamericana 2016.

Mimpi Terakhir: Bayangan Kembar WTC

Mimpi terakhir terjadi pada tahun 2021. Dia bermimpi sedang berdiri di sebuah gedung tinggi di New York dan melihat dua pesawat menabrak Menara Kembar (Twin Towers). Dia awalnya mengira mimpi itu hanyalah pengulangan kenangan tentang tragedi 11 September 2001.

Namun belakangan, dia menyadari bahwa tanggal dia mengalami mimpi itu bertepatan dengan peringatan 20 tahun serangan 9/11—sebuah kebetulan yang kembali membuatnya terdiam.

Kebetulan atau Pertanda?

Mimpi-mimpinya tidak berlebihan atau dramatis. Dia tidak mengklaim sebagai peramal, dan tidak bermaksud membuktikan apapun. Dia hanya mencatat setiap mimpi yang dialaminya, dan menyandingkannya dengan berita yang datang belakangan. Sebagian orang menganggapnya sebagai kebetulan, sebagian lainnya menilai sebagai kerja bawah sadar yang membentuk kembali ingatan.

Namun bagi dirinya, mimpi-mimpi itu adalah bayang-bayang yang terus menghantuinya—meninggalkan bekas yang sulit untuk dijelaskan dan tak mudah dilupakan.(jhn/yn)

Rahasia Panjang Umur Nenek Berusia 92 Tahun Ini : Setiap Hari Lakukan 200 Kali Push-up

0

Seorang nenek berusia 92 tahun dari Yongzhou, Provinsi Hunan, Tiongkok rutin berolahraga setiap hari dengan melakukan 200 kali push-up dan 100 kali sit-up. Gerakan tubuh nenek ini lincah dan fleksibel, membuat banyak netizen tercengang.

EtIndonesia. Pada 31 Mei, bertepatan dengan Festival Perahu Naga (tanggal 5 bulan 5 dalam kalender lunar), digelar Festival Pengobatan Yao di Kabupaten Otonom Etnis Yao Jianghua, Hunan. Beberapa lansia berusia lebih dari 100 tahun ikut menghadiri acara tersebut dan turut mempromosikan makanan herbal khas etnis Yao.

Salah satu peserta, Nenek Li yang berusia 92 tahun, mengungkapkan rahasia kesehatan dan panjang umurnya. Ia berkata:  “Setiap hari saya melakukan sit-up, harus 100 kali. Push-up saya walau tidak sempurna, tetap harus 200 kali.”

Ia juga menambahkan:  “Di pegunungan Yao, ke mana pun melangkah ada tanaman obat. Dulu kaki saya sering kram, setelah merendam kaki dengan ramuan Yao, tidak kram lagi.”

Terkait klaim ini, beberapa netizen awalnya meragukan kemampuan Nenek Li melakukan 200 push-up di usianya. Namun pada 3 Juni, akun resmi “Jianghua Media Terpadu” merilis video yang menyatakan:  “Benar-benar bisa! Nenek Li, 92 tahun, dari Jianghua, mendemonstrasikan kemampuan push-up dan sit-up secara langsung.”

Dalam video tersebut, Nenek Li tampak berbaring di tempat tidur dan melakukan sit-up dengan sangat ringan dan lentur. Kemudian ia lanjut melakukan push-up di lantai tanpa terlihat kesulitan.

Tak hanya itu, Nenek Li juga mahir bermain hula hoop. Ia mengatakan bahwa jika hari hujan dan tak bisa keluar rumah, ia tetap berolahraga di dalam rumah.

Menurut penuturan Nenek Li, semasa muda ia lulus dari Akademi Pendidikan Anak Usia Dini di Changsha, Hunan, dan sebelum pensiun ia bekerja di bidang pendidikan prasekolah. Oleh karena itu, ia terbiasa melakukan gerakan sederhana seperti yang diajarkan kepada anak-anak, yang ternyata sangat efektif untuk kebugaran.

Fakta bahwa nenek berusia 92 tahun bisa melakukan 100 sit-up dan 200 push-up memicu diskusi hangat di internet.

Seorang netizen lokal berkata:  “Beliau tinggal di Pusat Layanan Lansia Komunitas Yanghua tempat kami, kami menyaksikannya setiap hari!”

Berbagai komentar netizen lainnya juga muncul, di antaranya:

  • “Astaga, luar biasa sekali nenek ini. Saya saja tidak sanggup.”
  • “Ya ampun! Benar-benar bisa! 92 tahun loh! Saya umur 29 saja belum tentu kuat!”
  • “Orang hebat itu ternyata ada di tengah masyarakat biasa.”
  • “Melihat nenek ini, saya jadi merasa diri saya pemalas…”

Laporan disusun oleh Luo Tingting / Editor: Wen Hui

Lee Jae-myung Resmi Dilantik sebagai Presiden Korea Selatan! Gedung Putih Beri Ucapan Selamat Sambil Isyaratkan Jaga Jarak dari Tiongkok

EtIndonesia. Pemilihan Presiden Korea Selatan telah resmi berakhir pada tanggal 3 Juni, dan kandidat dari Partai Demokrat Bersatu (Democratic Party of Korea), Lee Jae-myung, keluar sebagai pemenang. Dia secara resmi mulai menjalankan masa jabatannya pada pukul 06 : 21 pagi waktu Korea, 4 Juni.

Gedung Putih segera mengeluarkan pernyataan ucapan selamat atas kemenangan Lee. Namun yang menarik perhatian media Korea, ucapan tersebut juga menyiratkan kritik terhadap campur tangan Tiongkok dalam urusan negara demokratis, yang ditafsirkan sebagai sinyal agar pemerintahan baru Korea Selatan menjauh dari pengaruh Beijing.

Rekor Jumlah Suara, Tapi Tak Lampaui Persentase Tertinggi

Menurut laporan Yonhap News Agency, tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu kali ini mencapai 79,4%. Hasil penghitungan menunjukkan:

·        Lee Jae-myung meraih 49,42% suara dengan total 17.287.513 suara, memecahkan rekor jumlah suara tertinggi yang sebelumnya dipegang oleh Presiden Yoon Suk-yeol pada pemilu ke-20 (16.394.815 suara).

·        Kim Moon-soo, kandidat dari Partai “Kekuatan Rakyat”, memperoleh 41,15% suara atau 14.395.639 suara.

·        Lee Jun-seok dari Partai Reformasi Baru mendapat 8,34% suara atau 2.917.523 suara.

Meski meraih suara terbanyak secara mutlak, Lee tidak berhasil menembus ambang 50%, sehingga gagal memecahkan rekor persentase suara tertinggi yang masih dipegang oleh mantan Presiden Park Geun-hye dengan 51,55%.

Gedung Putih: Pemilu Bebas dan Adil, Tapi Tiongkok Jadi Sorotan

Seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi kepada media Korea bahwa Amerika Serikat memberikan selamat atas suksesnya pemilu yang bebas dan adil di Korea Selatan, dan menegaskan bahwa aliansi Korea-AS tetap kokoh dan tidak tergoyahkan.

Namun, dalam pernyataan yang sama, Gedung Putih juga menyampaikan keprihatinan atas campur tangan Tiongkok di negara-negara demokratis, menolak segala bentuk upaya pengaruh eksternal terhadap proses politik negara-negara demokrasi.

Menurut Yonhap, penyebutan langsung Tiongkok dalam konteks pemilu Korea sangat jarang terjadi, dan dianggap sebagai pesan terselubung dari Washington agar pemerintahan baru Korea Selatan tidak terlalu mendekat ke Beijing, serta mengingatkan bahwa kerja sama strategis dengan Amerika Serikat akan tetap menjadi pilar utama, bahkan di era pemerintahan Lee Jae-myung.

Diplomasi Segitiga: AS Dorong Kerja Sama Lebih Dalam dengan Jepang dan Korsel

Selain dari Gedung Putih, Menlu AS, Marco Rubio juga turut memberikan ucapan selamat kepada Lee. Dalam pernyataannya, Rubio menegaskan bahwa pendalaman kerja sama antara AS, Korea Selatan, dan Jepang adalah kunci untuk:

·        Memperkuat pertahanan kawasan,

·        Meningkatkan ketahanan ekonomi,

·        dan membela prinsip-prinsip demokrasi.

Rubio menekankan bahwa di tengah tantangan global yang semakin kompleks, koalisi trilateral AS-Korea-Jepang harus tetap solid sebagai benteng keamanan dan demokrasi di kawasan Indo-Pasifik.

Kesimpulan: Ucapan Selamat yang Sarat Makna Geopolitik

Kemenangan Lee Jae-myung menandai babak baru dalam politik domestik Korea Selatan, namun reaksi internasional, terutama dari Amerika Serikat, menunjukkan bahwa arah kebijakan luar negeri Korea di bawah Lee akan diawasi ketat. Meskipun Lee dikenal memiliki pendekatan yang lebih pragmatis terhadap Tiongkok, Washington tampaknya telah menggariskan batas dengan cukup jelas sejak awal masa jabatannya.

Apakah Korea Selatan akan tetap menjaga keseimbangan antara dua kekuatan besar dunia—Amerika Serikat dan Tiongkok—atau justru akan memilih salah satu poros secara lebih tegas? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat menentukan lanskap geopolitik Asia Timur di tahun-tahun mendatang. (jhn/yn)

Pasukan Ukraina Mengebom Jembatan Lain di Krimea, Trump Akan Menghadiri Pertemuan Puncak NATO

Gedung Putih pada Selasa (3 Juni) mengumumkan bahwa Presiden Trump akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO yang digelar di Den Haag akhir bulan ini. Pada hari yang sama, terjadi ledakan di Jembatan Krimea, dan dinas keamanan Ukraina menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.

EtIndonesia. Pada  Selasa 3 Juni, Ukraina melancarkan serangan ketiga terhadap Jembatan Krimea sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina.

Pada pukul 04.44 dini hari, bom pertama diledakkan, menimbulkan cipratan air yang sangat besar.

Dinas Keamanan Ukraina mengumumkan bahwa operasi ini telah dipersiapkan selama berbulan-bulan, dan akhirnya berhasil meletakkan ranjau serta merusak struktur penyangga bawah air jembatan tersebut. Tidak ada korban sipil dalam serangan ini.

Jembatan Krimea dibangun setelah Rusia mencaplok wilayah Krimea secara paksa pada tahun 2014, dan merupakan jalur penting untuk suplai dan transportasi militer Rusia. Namun, Ukraina menganggapnya sebagai bangunan ilegal.

Pada Selasa, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden Trump akan menghadiri KTT para pemimpin NATO akhir bulan ini, yang akan berfokus pada keamanan Eropa dan perkembangan perang Rusia-Ukraina.

Menanggapi hal ini, Kremlin pada  Selasa menyatakan bahwa pertemuan trilateral antara pemimpin Ukraina, Amerika Serikat, dan Rusia kemungkinan besar tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Mereka menambahkan bahwa Rusia masih menunggu tanggapan Ukraina terhadap nota gencatan senjata yang diajukan, termasuk permintaan agar Ukraina mengakui wilayah pendudukan Rusia sebagai sah.

Sementara itu, Ukraina menuntut agar Rusia melakukan gencatan senjata tanpa syarat.

 “Penantian seperti ini tidak benar-benar menghasilkan sesuatu. Saya kira satu-satunya jalan keluar adalah melalui kekuatan dan dukungan eksternal, untuk benar-benar mewujudkan solusi damai dari pihak Ukraina,” ujar Komisaris Pertahanan dan Urusan Luar Angkasa Uni Eropa, Andrius Kubilius. (Hui)

Laporan oleh reporter Yu Liang dari NTD News

Wabah Campak Global Merebak, CDC AS Keluarkan Peringatan Perjalanan Tingkat 1

EtIndonesia. Baru-baru ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengeluarkan “Peringatan Perjalanan Tingkat 1” terkait wabah campak global. CDC menyarankan semua warga AmerikaSerikat  dan pelancong internasional untuk menerima vaksin campak lengkap sebelum bepergian ke luar negeri.

Karena jumlah kasus campak terus meningkat di berbagai negara, CDC mengeluarkan peringatan Level 1 — “Lakukan Tindakan Pencegahan Umum” — dan menyarankan agar semua pelancong internasional menerima vaksin MMR (campak, gondongan, dan rubela) sebelum melakukan perjalanan.

Menurut pedoman terbaru, bayi berusia 6 hingga 11 bulan harus menerima satu dosis vaksin MMR sebelum berangkat ke luar negeri. Untuk orang berusia 1 tahun ke atas, disarankan menerima dua dosis dengan jarak setidaknya 28 hari antara dosis pertama dan kedua. CDC menekankan bahwa pelancong yang belum divaksinasi lengkap atau belum pernah terinfeksi campak dalam dua minggu sebelum keberangkatan berisiko tinggi tertular.

Campak adalah penyakit pernapasan yang sangat menular dan menyebar melalui udara, terutama saat seseorang batuk atau bersin. Tempat-tempat ramai seperti bandara, pesawat, kereta api, tempat wisata, dan acara besar merupakan lokasi berisiko tinggi untuk penularan.

Sebelumnya, CDC hanya mengeluarkan rekomendasi vaksinasi bagi mereka yang bepergian ke negara-negara dengan wabah campak. Namun, dengan perubahan pola penyebaran virus, para ahli kini mengatakan bahwa campak telah berkembang dari “wabah lokal” menjadi “penularan saat bepergian.” Sebagai contoh, wabah campak baru-baru ini di negara bagian Colorado dipicu oleh penumpang yang tiba di Denver melalui penerbangan internasional.

Laporan menyebutkan bahwa sebagian besar kasus campak yang dibawa kembali ke Amerika Serikat berasal dari pelancong yang belum divaksinasi dan tertular saat berada di luar negeri.

CDC mengingatkan bahwa jika seseorang mengalami gejala seperti ruam kulit, demam tinggi, batuk, pilek, mata merah atau berair dalam waktu tiga minggu selama atau setelah perjalanan, mereka harus segera mencari perawatan medis.

Dilaporkan bahwa hingga tahun ini, lebih dari 1.000 kasus campak telah dikonfirmasi di Amerika Serikat. Di seluruh bandara utama AS, terdapat 62 laporan infeksi yang terjadi selama penerbangan, di mana 50 di antaranya terjadi saat berada di dalam pesawat. Sebagian besar kasus ini melibatkan penumpang yang duduk dalam baris yang sama dengan pasien yang sudah terkonfirmasi. (Hui)

Laporan dari Jurnalis Liu Jiajia, NTD TV, Amerika Serikat

Bukan Sekadar Uji Coba! Kapal Selam Rusia Lakukan Uji “Penyelaman Maksimum” di Laut Jepang—Ada Maksud Terselubung?

EtIndonesia. Media resmi Rusia, Sputnik News, melaporkan pada hari Senin (3/6) bahwa kapal selam Petropavlovsk-Kamchatsky (B-274) milik Armada Pasifik Rusia baru saja menyelesaikan uji penyelaman maksimum di perairan Laut Jepang. Uji coba ini diklaim berhasil memverifikasi kinerja dan keandalan kapal selam dalam kondisi lingkungan ekstrem.

Menurut pernyataan militer Rusia, kapal selam tersebut menjalani uji penyelaman dalam hingga kedalaman maksimumnya untuk memeriksa fungsi seluruh sistem dan peralatan mekanis, serta mensimulasikan skenario operasional kapal selam dalam kondisi laut dalam. Setelah misi selesai, kapal selam berhasil naik ke permukaan dan langsung melanjutkan latihan pertempuran lanjutan—dalam laporan tersebut disebut sebagai bukti keunggulan teknologi kapal dan profesionalisme awak kapal.

Berapa Kedalaman Maksimum? Rusia Tidak Mau Mengungkapnya

Meski disebut sebagai “penyelaman maksimum,” laporan tersebut tidak mengungkapkan secara pasti berapa kedalaman yang dicapai dalam pengujian. Namun, diketahui bahwa kapal selam Petropavlovsk-Kamchatsky merupakan bagian dari kelas Kilo tipe 636.3—salah satu tulang punggung kekuatan bawah laut Rusia.

Beberapa spesifikasi kapal selam ini:

·        Tipe: Kilo-class 636.3 (diesel-listrik)

·        Tahun mulai bertugas: November 2019

·        Panjang: 73,8 meter

·        Displacement saat menyelam: sekitar 3.950 ton

·        Kecepatan maksimum saat menyelam: 20 knot

·        Kedalaman maksimal: sekitar 300 meter

·        Jangkauan operasi: 7.500 mil laut (pada kecepatan 6 knot)

·        Persenjataan: 6 tabung torpedo 533 mm, mampu menembakkan torpedo dan rudal jelajah

·        Dilengkapi dengan sistem sonar dan komunikasi canggih

·        Dikenal sangat senyap dan sulit terdeteksi (low noise & stealth), serta dijuluki “Evergreen di Laut Dalam”

Apa Tujuan Sebenarnya dari Uji Penyelaman Ini?

Secara umum, uji penyelaman maksimum kapal selam bertujuan untuk beberapa hal strategis berikut:

1. Verifikasi Keandalan Struktur dan Sistem
Menguji kemampuan lambung tekanan, katup, pipa, sistem propulsi, kelistrikan, dan sonar dalam menghadapi tekanan ekstrem di kedalaman.

2. Uji Desain dan Kualitas Produksi
Memastikan kapal benar-benar mampu mencapai batas desainnya, serta mengonfirmasi standar teknik dan kualitas pembangunan.

3. Simulasi Lingkungan Perang
Menciptakan kondisi pertempuran laut dalam—dengan suhu rendah, tekanan tinggi, dan sinyal komunikasi minim—untuk melatih respons kapal dan kru.

4. Pelatihan Awak Kapal
Memberikan pengalaman langsung dalam mengelola kapal di kondisi ekstrem, memperkuat kemampuan psikologis dan teknis awak.

5. Uji Kemampuan Stealth (Kerahkan Senyap)
Melakukan evaluasi tingkat kebisingan dan kemampuan menghindar dari deteksi musuh dalam kedalaman tinggi.

6. Pengumpulan Data Teknis
Mengumpulkan parameter performa ekstrem kapal untuk evaluasi desain masa depan atau modifikasi sistem.

Ada Isyarat Politik? Balasan terhadap Jepang?

Menariknya, uji coba ini dilakukan setelah enam tahun kapal tersebut resmi beroperasi, dan bukan pada kapal baru atau prototipe. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa uji penyelaman ini bukan sekadar rutinitas teknis, melainkan sarat dengan muatan geopolitik dan pesan strategis.

Sejumlah analis menilai:

·        Uji coba ini bisa jadi merupakan respons simbolik terhadap latihan tembak-menembak militer Jepang yang baru-baru ini dilakukan di dekat Kepulauan Kuril—wilayah sengketa antara Rusia dan Jepang.

·        Bisa juga merupakan cara Rusia memamerkan kekuatan militernya ke dunia, untuk menunjukkan bahwa meskipun terlibat dalam konflik panjang dengan Ukraina dan dihimpit sanksi internasional, Rusia masih memiliki kekuatan militer bawah laut yang solid dan aktif.

Kesimpulan:

Kapal selam Petropavlovsk-Kamchatsky bukan hanya menjalankan tugas latihan biasa. Uji penyelaman maksimum di Laut Jepang bisa dibaca sebagai sinyal kekuatan militer, terutama di kawasan Asia-Pasifik yang semakin sensitif terhadap ketegangan militer. Dengan teknologi senyap dan daya tempur tinggi, Rusia tampaknya ingin menegaskan: kekuatan bawah lautnya masih mampu menembus kedalaman, baik secara harfiah maupun strategis.(jhn/yn)