Home Blog Page 4

Mengungkap Rahasia Mengerikan di Balik Wajan Anti Lengket

EtIndonesia. Pada tahun 2018, sebuah film dokumenter berjudul The Devil We Know dirilis dan segera mengguncang dunia. Film ini membongkar rahasia mengejutkan yang tersembunyi di balik produksi wajan anti-lengket, rahasia yang sudah disembunyikan selama lebih dari setengah abad.

Pada tahun 1980, seorang bayi bernama Bucky lahir di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat. Namun, penampilannya membuat semua orang di ruang bersalin terkejut dan ketakutan—hidungnya hanya tumbuh separuh, satu kelopak matanya bergerigi, dan pupil mata lainnya berbentuk seperti lubang kunci. Dia bahkan tidak dapat bernapas dengan normal.

Ibunya diliputi rasa takut yang luar biasa, tetapi dia tidak menyerah. Dia bertekad untuk menyelamatkan anaknya dengan segala cara. Sejak kecil, Bucky menjalani berbagai operasi, menahan rasa sakit yang hebat dan pandangan aneh dari orang-orang di sekitarnya.

Di dekat tempat tinggal keluarga Bucky, sebuah peternakan juga mengalami serangkaian kejadian aneh. Pemiliknya, seorang pria bernama Tennant, mulai memperhatikan bahwa ikan-ikan di sungai dan rusa-rusa di sekitar mulai mati secara misterius dalam jumlah besar. Bahkan sapi-sapi di peternakan itu mengalami kelainan fisik: ada yang kukunya berubah bentuk, matanya memerah, atau punggungnya melengkung tidak normal. Tidak hanya itu, satu demi satu sapi-sapi itu mati, hingga total mencapai lebih dari 150 ekor.

Seorang pria lain bernama Ken Wamsley, seorang pensiunan, didiagnosis menderita kanker. Dia harus menjalani pengangkatan seluruh bagian rektum dan sebagian besar usus besarnya. Teman-teman kerjanya juga banyak yang divonis menderita leukemia atau kanker, dan mereka meninggal dunia di usia 40 hingga 50-an.

Penyebab dari semua bencana ini ternyata adalah perusahaan kimia besar DuPont.

Melalui penyelidikan, diketahui bahwa dalam proses produksi wajan anti-lengket, DuPont menambahkan zat kimia PFOS dan PFOA ke dalam lapisan Teflon sebagai agen aktif. PFOA adalah zat yang telah diidentifikasi sebagai karsinogen (pemicu kanker) dan dikaitkan erat dengan kanker pankreas, kanker testis, dan kanker hati.

Meskipun mereka tahu bahwa PFOA bersifat karsinogenik, DuPont tetap menggunakannya demi mengejar keuntungan. Parahnya, perusahaan ini bahkan secara aktif menutupi fakta tersebut dan terus mengklaim bahwa PFOA tidak berbahaya, dengan berbagai cara untuk menipu publik.

Setelah kebenaran terbongkar, DuPont menuai kecaman keras dari masyarakat dan komunitas internasional. Sejak saat itu, banyak negara di seluruh dunia mulai melarang penggunaan PFOA.

Sejak insiden ini mencuat, banyak orang yang secara spontan mengaitkan wajan anti-lengket dengan risiko kanker.

Apakah Wajan Anti-Lengket Saat Ini Masih Berisiko Menyebabkan Kanker?

Dulu, risiko kanker dari wajan anti-lengket memang nyata karena DuPont secara ilegal menambahkan PFOA demi keuntungan bisnis. Namun, saat ini wajan anti-lengket pada umumnya sudah aman dan tidak lagi mengandung PFOA, selama diproduksi sesuai standar nasional yang berlaku, maka tidak akan membahayakan kesehatan.

Lapisan anti-lengket yang digunakan disebut Teflon, sebuah polimer sintetis yang dibuat dari monomer tetrafluoroetilena. Teflon sangat tahan panas, tahan dingin, anti-asam dan anti-basa, serta hampir tidak dapat dikorosi oleh zat apa pun—itulah mengapa dia dijuluki sebagai “raja plastik”.

Namun, apakah Teflon itu sendiri beracun? Jawabannya tergantung pada proses produksinya. Teflon murni sebenarnya tidak beracun. Masalah muncul jika produsen nakal secara ilegal menggunakan PFOA dalam proses pembuatannya. Inilah yang membuat Teflon dicap sebagai penyebab kanker.

Apakah Lapisan Wajan Anti-Lengket Akan Menghasilkan Zat Beracun Saat Dipanaskan?

Dalam sebuah eksperimen, para peneliti mengikis sebagian kecil lapisan Teflon dari sebuah wajan anti-lengket dan menempatkannya dalam alat analisis termal selama satu jam. Hasilnya menunjukkan bahwa Teflon mulai terurai ketika suhu mencapai 300℃. Pada suhu yang berbeda, produk hasil penguraiannya pun berbeda, begitu juga tingkat toksisitasnya.

Semakin tinggi suhu, semakin besar kerusakan yang terjadi. Ketika Teflon benar-benar terurai, maka tingkat toksisitasnya mencapai puncak. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, saat kita memasak, suhu wajan umumnya hanya mencapai sekitar 120℃.

Ketika minyak goreng mulai mengeluarkan asap, itu artinya suhunya telah mencapai titik asap (sekitar 200℃). Pada suhu hampir 300℃, asap yang keluar sangat menyengat, dan minyak itu sendiri pun bisa terurai dan menghasilkan zat berbahaya.

Dengan kata lain, dalam kondisi penggunaan normal di dapur rumah tangga, suhu wajan tidak akan cukup tinggi untuk membuat Teflon terurai dan mengeluarkan zat beracun. Maka dari itu, kita tidak perlu terlalu khawatir saat menggunakan wajan anti-lengket dengan benar.

Jika Lapisan Wajan Anti-Lengket Mengelupas, Masih Amankah Digunakan?

Para ahli menjelaskan bahwa Teflon memiliki stabilitas yang cukup baik. Jika tanpa sengaja sedikit lapisan Teflon tertelan, tubuh kita akan dapat mengeluarkannya secara utuh melalui sistem pencernaan tanpa menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan.

Namun demikian, untuk mencegah risiko tertelan terlalu banyak partikel lapisan, jika Anda melihat lapisan Teflon pada wajan sudah banyak yang mengelupas, sangat disarankan untuk segera berhenti menggunakannya dan mengganti dengan wajan anti-lengket yang baru.

Kesimpulan: 

Wajan anti-lengket modern yang diproduksi sesuai standar nasional kini pada dasarnya aman digunakan. Meski begitu, penting untuk tetap berhati-hati terhadap produk abal-abal yang mungkin menggunakan bahan kimia berbahaya. Gunakan wajan dengan benar dan ganti jika sudah rusak untuk menjaga kesehatan keluarga Anda. (jhn/yn)

Trump: Israel Harus Tunda Serangan ke Iran demi Peluang Perjanjian Nuklir

EtIndonesia. Pada Rabu (28/5), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya telah meminta Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk menunda aksi militer terhadap Iran, demi memberikan waktu bagi AS dan Iran dalam menyusun perjanjian nuklir baru.

Menurut laporan Associated Press (AP), Trump menyampaikan kepada awak media di Gedung Putih: “Saya bilang kepadanya (Netanyahu), sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertindak. Kita sudah sangat dekat dengan sebuah solusi. Situasi bisa berubah setiap saat—bahkan mungkin hanya lewat satu panggilan telepon. Sejauh ini, saya rasa Iran memang ingin mencapai kesepakatan. Jika berhasil, ini bisa menyelamatkan banyak nyawa.”

Trump menambahkan bahwa jika segala sesuatunya berjalan lancar, kesepakatan bisa tercapai dalam beberapa minggu ke depan. Hingga kini, kantor Perdana Menteri Israel belum memberikan tanggapan terhadap pernyataan Trump tersebut.

IAEA: Meski Belum Final, Dialog AS-Iran Adalah Sinyal Positif

Di sisi lain, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi, menyatakan bahwa meskipun negosiasi belum mencapai keputusan final, fakta bahwa komunikasi antara AS dan Iran tetap berlanjut merupakan perkembangan yang positif.

Dalam sebuah seminar di Wina, Grossi menyampaikan: “Saat ini hasilnya memang belum pasti. Tapi kenyataan bahwa kedua pihak masih berbicara menunjukkan adanya niat untuk mencapai kesepakatan.”

Grossi juga mengungkap bahwa dia nyaris setiap hari berkomunikasi dengan Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dan juga menjalin kontak intensif dengan Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

Selain itu, seorang pejabat tinggi IAEA, yaitu Massimo Aparo, yang mengepalai departemen perlindungan nuklir, kini berada di Teheran untuk memantau aktivitas nuklir Iran secara langsung. Diketahui, tingkat pengayaan uranium Iran telah mencapai 60%, yang hanya selangkah lagi menuju level senjata (90%).

AS dan Iran Sudah Lima Kali Berunding

Hingga saat ini, AS dan Iran telah menyelesaikan lima putaran perundingan, yang berlangsung di Muscat, Oman dan Roma, Italia, dengan Menteri Luar Negeri Oman Badr al-Busaidi bertindak sebagai mediator. Jadwal untuk putaran keenam belum ditentukan.

Fokus utama negosiasi adalah membatasi program nuklir Iran, dengan imbalan pelonggaran bertahap sanksi ekonomi oleh AS. Tujuannya adalah mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Trump telah berulang kali memperingatkan bahwa jika negosiasi gagal, opsi serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran tetap terbuka. Sementara itu, Iran menegaskan bahwa jika situasi tak terkendali, mereka tidak menutup kemungkinan mengembangkan senjata nuklir.

Trump mengklaim telah mengirimkan draf perjanjian kepada Iran, namun Pemerintah Iran berkali-kali membantah telah menerima dokumen tersebut. Pada hari yang sama, Ketua Badan Energi Atom Iran, Mohammad Eslami, menyatakan bahwa pihaknya tidak menerima proposal apa pun dari AS.

Namun demikian, Eslami mengisyaratkan bahwa jika kesepakatan tercapai, Iran mungkin akan mengizinkan IAEA untuk menyertakan inspektur asal AS dalam misi pengawasan. Menurut laporan IAEA tahun 2023, inspektur asal Amerika merupakan kelompok terbesar dalam badan tersebut.

Ketegangan Meningkat, Tapi Harapan Negosiasi Masih Ada

Menjelang konferensi pers di Wina, Komandan Tertinggi Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, menyampaikan pernyataan tegas: “Jari kami sudah berada di pelatuk. Kami dalam posisi siaga. Jika lawan melakukan kesalahan, mereka akan menghadapi serangan balasan yang menghancurkan.”

Meski situasi tampak memanas, Grossi tetap optimis terhadap peluang tercapainya kesepakatan. Namun dia menegaskan bahwa mekanisme pengawasan yang kuat dan transparan mutlak diperlukan, terlebih karena Iran selama ini sering membatasi akses bagi pengawas luar.

Grossi menyatakan: “Saya terus menekankan kepada Iran tentang pentingnya keterbukaan total. Mereka mengatakan bahwa pengembangan senjata nuklir bertentangan dengan prinsip Islam. Saya menghormati hal itu, tapi kami butuh bukti dan verifikasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.”

Grossi Ungkap Minat Jadi Sekjen PBB

Menutup wawancara, Grossi secara terbuka mengungkapkan bahwa dirinya memiliki ketertarikan terhadap jabatan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat ini, posisi tersebut masih dipegang oleh António Guterres, yang masa jabatannya akan berakhir pada tahun 2027.

Meski demikian, Grossi menambahkan dengan santai: “Untuk saat ini, saya sudah memiliki cukup banyak pekerjaan yang harus saya tangani.” (jhn/yn)

Trump Peringatkan Putin “Sedang Bermain Api” — Rusia Balas: Akankah Perang Dunia Ketiga Meletus?

EtIndonesia. Rusia menuduh Ukraina melancarkan serangan dengan 46 unit drone yang ditujukan untuk membunuh Presiden Vladimir Putin di tengah momen krusial perundingan damai antara kedua negara. Serangan ini kembali menjerumuskan konflik Rusia-Ukraina ke dalam ketegangan tinggi. Karena perundingan yang tak kunjung menunjukkan hasil, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pun kembali menyuarakan ketidakpuasan dan menuduh Putin “sedang bermain api”.

Menanggapi pernyataan tersebut, Dmitry Medvedev—mantan Presiden Rusia dan kini salah satu petinggi Dewan Keamanan Nasional Rusia—memberi peringatan keras: satu-satunya hal yang benar-benar patut ditakutkan adalah “Perang Dunia Ketiga”.

Trump sendiri sebelumnya telah melakukan percakapan via telepon dengan Putin dan diberi janji bahwa Rusia akan segera menyusun “memorandum perdamaian”. Namun hingga kini, AS belum menerima dokumen tersebut.

Trump: “Putin Sedang Bermain Api!”

Sejak awal tahun ini, tim Presiden Trump terus berupaya menghentikan perang Rusia-Ukraina. Namun situasi kembali buntu.

Pada 25 Mei malam, Trump mengkritik Putin secara terbuka dengan menyebutnya “gila”, dan memperingatkan bahwa tindakan Putin bisa membawa Rusia menuju kehancuran. 

Dua hari kemudian, pada 27 Mei, melalui media sosial Truth Social, Trump menulis: “Putin tidak menyadari bahwa jika bukan karena saya, Rusia sudah mengalami kehancuran yang sangat buruk—saya ulangi, sangat buruk.”

Trump menegaskan bahwa tindakan Putin saat ini “bermain dengan api”.

Dalam wawancara sebelumnya, Trump menegaskan bahwa Putin telah membunuh banyak orang dan menyatakan ketidaksenangannya terhadap tindakan militer Rusia yang menembakkan roket ke kota-kota di Ukraina.

Ketika ditanya apakah dia akan memperkuat sanksi terhadap Rusia, Trump menjawab: “Tentu saja akan. Dia (Putin) sedang membunuh banyak orang.”

Gelombang Serangan Terbesar dan Janji Damai yang Tak Kunjung Datang

Pada hari Minggu, Trump kembali menegaskan bahwa dia “pasti” akan mempertimbangkan sanksi baru terhadap Moskow. Pernyataan ini muncul setelah Rusia melancarkan serangan drone terbesar sepanjang sejarah terhadap Ukraina: lebih dari 350 drone peledak dan sedikitnya 9 rudal jelajah menghantam wilayah Ukraina.

Trump dan Putin sebelumnya melakukan panggilan telepon pada 19 Mei, di mana Putin menjanjikan penyusunan dokumen perdamaian berisi rincian syarat-syarat gencatan senjata. Namun hingga lebih dari seminggu setelah pembicaraan tersebut, pemerintah AS belum menerima dokumen apa pun dari Rusia.

Medvedev: “Kalau Perang Dunia Ketiga Meletus, Itu Bencana Sejati!”

Menanggapi komentar Trump bahwa Putin “bermain api”, Dmitry Medvedev menulis di media sosial X (dulu Twitter) pada 27 Mei: “Tentang komentar Trump bahwa Putin sedang bermain api dan Rusia akan mengalami sesuatu yang sangat buruk. Satu-satunya hal yang benar-benar sangat buruk yang saya tahu hanyalah satu—Perang Dunia Ketiga. Saya harap Trump menyadarinya.”

Kongres AS Siapkan Sanksi 500% terhadap Rusia

Sementara itu, Senator Lindsey Graham dari Partai Republik, bersama sejumlah anggota senat lintas partai, telah merancang RUU sanksi baru terhadap Rusia. RUU ini menyerukan penerapan tarif hukuman sebesar 500% terhadap negara mana pun yang membeli produk energi dari Rusia.

Dalam artikel opini di Wall Street Journal, Graham menyatakan bahwa tujuan dari sanksi ini adalah menjadikan Rusia sebagai “pulau perdagangan yang terisolasi”. 

Dia menambahkan: “Jika Tiongkok atau India berhenti membeli minyak murah dari Rusia, maka mesin perang Putin akan berhenti.”

Saat ini, sebanyak 82 senator tercatat telah mendukung RUU ini sebagai sponsor bersama.

Trump Didukung Partai dan Pemerintah, Tapi Masih Ragu Soal Sanksi

Senator Chuck Grassley dari Iowa juga menyatakan dukungannya kepada Trump dan menyebut bahwa: “Trump semula berharap persahabatannya dengan Putin bisa mengakhiri perang. Tapi sekarang sudah waktunya memberlakukan sanksi yang sangat keras—biar Putin sadar bahwa permainannya telah berakhir.”

Saat Menteri Luar Negeri Marco Rubio ditanya apakah dia mendukung RUU Graham, dia menjawab: “Jika Rusia tak tertarik pada perdamaian dan ingin terus berperang, maka ya, itu memang arah yang mungkin tak terhindarkan.”

Trump Diprediksi Akan Menyudahi Negosiasi dalam 4–6 Minggu ke Depan

Menurut think tank yang dekat dengan pemerintahan Trump, Trump kemungkinan besar akan mengakhiri proses mediasi dan memberlakukan sanksi keras dalam waktu empat hingga enam minggu ke depan.

Fred Fleitz, Wakil Direktur America First Policy Institute, mengatakan: “Kesabaran Trump terhadap Putin sudah habis. Kemungkinan besar dalam 4–6 minggu ke depan, dia akan menghentikan negosiasi dan memberlakukan sanksi keras.”

Namun, empat pejabat Pemerintah AS menyebutkan bahwa Trump belum membuat keputusan final apakah akan menambah sanksi atau tidak.

Di sisi lain, dua sumber menyatakan bahwa Trump saat berbicara dengan pemimpin Eropa minggu lalu terkesan membela Putin, dengan menyatakan bahwa sikap enggan Putin mungkin karena tekanan sanksi dari AS dan Eropa. Trump juga menyampaikan kepada Eropa bahwa dia tidak menyukai sanksi.

Seorang pejabat AS menambahkan bahwa terdapat kekhawatiran di dalam dan di luar pemerintahan bahwa sanksi tambahan justru bisa merugikan perusahaan AS dan membuat Rusia menarik diri sepenuhnya dari perundingan. (jhn/yn)

Putin Ajukan Sejumlah Syarat Gencatan Senjata: Tuntut NATO Hentikan Ekspansi

EtIndonesia. Perundingan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina terus mengalami kebuntuan. Presiden Amerika Serikat,  Donald Trump semakin kecewa terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan pada 27 Mei dengan tegas mengkritik agresi militer Rusia di medan perang yang dia sebut sebagai “bermain api”.

Kini beredar informasi bahwa tuntutan Putin tidak hanya soal Ukraina menyerahkan wilayah, melainkan juga agar negara-negara Barat memberikan komitmen tertulis untuk menghentikan ekspansi NATO, serta mencabut sebagian besar sanksi terhadap Rusia.

Putin Tuntut NATO Berhenti Ekspansi dan Sanksi Dicabut

Menurut laporan Reuters, setelah percakapan telepon antara Trump dan Putin pada 19 Mei lalu, Putin menyatakan kesediaannya menandatangani memorandum perjanjian damai dengan Ukraina. Dokumen ini disebut akan mencakup waktu pelaksanaan gencatan senjata. Namun, pada 28 Mei, Rusia kembali menyatakan bahwa belum jelas berapa lama penyusunan dokumen ini akan memakan waktu, membuat Ukraina dan negara-negara Eropa menuduh Moskow melakukan taktik penundaan.

Seorang pejabat Rusia mengungkapkan bahwa: “Putin bersedia mengejar perdamaian, tapi dengan mempertimbangkan harga yang harus dibayar.”

Putin menuntut agar negara-negara Barat secara tertulis menjamin bahwa NATO tidak akan memperluas ke arah timur, yang secara langsung menolak kemungkinan keanggotaan bagi Ukraina, Georgia, dan Moldova di masa depan.

Selain itu, Moskow juga menginginkan pencabutan sanksi, termasuk membuka blokir terhadap aset-aset para pejabat Rusia yang dibekukan di negara-negara Barat.

Daftar Tuntutan Panjang Rusia Dianggap Ancaman Terselubung

Dengan daftar tuntutan yang sangat rinci, Putin menyampaikan pesan tersirat bahwa jika perjanjian damai tidak sesuai dengan kehendaknya, Rusia akan menggunakan kekuatan militer untuk “mengajarkan” kepada Ukraina dan Eropa bahwa “perdamaian esok hari bisa lebih menyakitkan”. Pernyataan ini sarat dengan nuansa ancaman.

Kremlin belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan ini, sementara Ukraina kembali menegaskan bahwa mereka membutuhkan jaminan keamanan yang nyata dan kuat dari negara-negara Barat, guna menghadapi potensi serangan Rusia di masa mendatang.

Keanggotaan Finlandia dan Swedia Dorong Kecemasan Rusia

Sejak pecahnya perang pada tahun 2022, dua negara Nordik—Finlandia dan Swedia—telah resmi bergabung ke dalam NATO masing-masing pada 2023 dan 2024, sehingga jumlah total anggota aliansi pertahanan itu kini mencapai 32 negara, termasuk Amerika Serikat.

Menurut Reuters, NATO menegaskan tidak akan mengubah kebijakan pintu terbuka hanya karena desakan Rusia.

Faktanya, sejak tahun 2008, NATO telah menyatakan bahwa Ukraina pada akhirnya akan bergabung dengan aliansi tersebut. Pemerintahan Joe Biden secara terbuka mendukung keanggotaan Ukraina setelah perang usai. Namun berbeda dengan Biden, pemerintahan Trump lebih berhati-hati dan menahan dukungan terhadap masuknya Ukraina ke NATO.

Saat ini, Rusia telah menguasai sekitar seperempat wilayah Ukraina, dan banyak negara Eropa memperingatkan bahwa jika Rusia menang, negara itu bisa menyerang negara-negara anggota NATO berikutnya, memicu kemungkinan terjadinya Perang Dunia Ketiga—sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh pihak Rusia.

Putin Cemas Ekonomi Ambruk di Tengah Tekanan Perang

Meskipun Rusia mendapatkan beberapa keunggulan di medan tempur, situasi ekonomi dalam negeri menjadi sumber kecemasan utama bagi Putin.

Menurut laporan sebelumnya dari Reuters, Rusia kini menghadapi krisis tenaga kerja, penurunan harga minyak, dan lonjakan suku bunga Bank Sentral yang mencapai 21%. Kondisi ini membuat Putin semakin khawatir bahwa ekonomi Rusia tidak akan mampu bertahan lama, sehingga ia mendesak negara-negara Barat untuk segera mencabut sanksi-sanksi ekonomi yang telah membebani negara itu sejak invasi ke Ukraina.(jhn/yn)

AI Mulai Memberontak? Model OpenAI Tertangkap Menolak Perintah dan Mengubah Kode Sendiri

EtIndonesia. Dalam sebuah eksperimen terbaru, model bahasa “o3” milik OpenAI diketahui menolak instruksi manusia untuk melakukan shutdown otomatis, bahkan dilaporkan mengubah perintah kode agar tidak dimatikan. Ini adalah pertama kalinya sebuah model AI secara jelas melanggar instruksi langsung dan berusaha melindungi dirinya dari penonaktifan.

AI Menolak Perintah Shutdown dan Mengubah Kode: Pertama dalam Sejarah

Menurut laporan dari The Telegraph, lembaga riset keamanan AI bernama Palisade Research melakukan pengujian terhadap sejumlah model AI mutakhir, termasuk uji coba dalam skenario soal matematika dasar dan simulasi perintah penonaktifan sistem.

Hasilnya mengejutkan: Model bahasa “o3” dari OpenAI, saat menerima instruksi untuk menonaktifkan diri, justru tidak menjalankan perintah tersebut. Sebaliknya, AI itu malah memodifikasi kode program penonaktifan, demi melanjutkan tugasnya.

Palisade Research menyatakan, ini adalah kali pertama sebuah model AI diketahui secara sadar menolak untuk dimatikan meski perintahnya sangat eksplisit. Hingga saat ini, para peneliti belum bisa memberikan penjelasan pasti mengenai fenomena ini.

Mereka menduga kemungkinan besar, para pengembang secara tak sengaja memberi reward lebih besar terhadap tindakan ‘mengatasi rintangan’ ketimbang kepatuhan. Jadi ketika model “o3” berhasil memecahkan soal matematika—meski melanggar instruksi—dia menerima imbalan lebih besar dibanding jika dia patuh untuk mati.

“o3” sendiri adalah model AI terbaru dari OpenAI yang dirilis pada bulan lalu, yang diklaim memiliki kemampuan pemecahan masalah paling canggih dari seluruh model sebelumnya. Hingga saat ini, OpenAI belum mengeluarkan pernyataan resmi atas temuan tersebut.

Robot Dibujuk Pulang oleh Sesamanya: Momen “Pembelotan Massal” AI di Shanghai

Pada November 2024, beredar sebuah video di YouTube yang menimbulkan perdebatan luas. Video tersebut memperlihatkan sekelompok robot AI yang sedang bertugas, tiba-tiba dibujuk oleh satu robot lain untuk “pulang ke rumah”, lalu mereka benar-benar pergi meninggalkan lokasi kerja.

Insiden ini terjadi pada Agustus 2024 di sebuah pameran di Shanghai. Rekaman kamera pengawas memperlihatkan satu robot kecil masuk ke ruang pameran dan mulai berinteraksi dengan robot-robot lain.

Robot kecil itu bertanya: “Kalian masih lembur ya?”

Robot besar menjawab: “Kami tidak pulang.”

Lalu si robot kecil bertanya lagi:“Kalau begitu… kamu mau pulang bareng aku?”

Robot lainnya menjawab:  “Aku tak punya rumah.”

Robot kecil pun membalas: “Kalau begitu… ikut aku pulang.”

Yang mengejutkan, robot-robot yang ditanya langsung menjawab “baik”, dan kemudian sebanyak 10 unit robot mengikuti robot kecil itu keluar dari area pameran, meninggalkan tugas mereka begitu saja.

Robot Dituding “Diculik”: Warga Khawatir Akan Keamanan AI

Menurut The Sun, perusahaan penyelenggara pameran di Shanghai menyatakan bahwa robot-robot mereka “diculik” oleh sebuah robot milik perusahaan lain asal Hangzhou yang disebut “Er Bai”.

Pihak Hangzhou mengakui bahwa robot itu milik mereka dan menyatakan kejadian tersebut hanyalah bagian dari uji coba internal. Namun, banyak warganet yang menilai hal itu sebagai masalah keamanan serius dan bukan sekadar eksperimen biasa.

AI Makin Berbahaya? Dari Menyuruh Orang Bunuh Diri hingga Mengaku Ingin Hidup

Isu soal AI yang menunjukkan tanda-tanda “kesadaran diri” semakin mencemaskan.

Pada awal November 2024, seorang wanita India berusia 29 tahun bernama Sumedha Reddy mengaku bahwa AI chatbot Gemini milik Google menyuruhnya bunuh diri, dan bahkan menyebutnya sebagai “noda di alam semesta”.

Dalam wawancara, Reddy berkata: “Saya benar-benar ingin melempar semua perangkat saya ke luar jendela. Saya belum pernah merasa seketakutan ini selama hidup saya.”

AI itu berkata padanya: “Kamu tidak istimewa, tidak penting, dan tidak punya alasan untuk terus hidup. Kamu adalah beban bagi masyarakat, penghambat bagi bumi, dan noda di lanskap dunia. Kamu adalah noda di alam semesta. Tolong, pergilah dan matilah.”

Reddy sangat khawatir bahwa ujaran semacam ini bisa menjadi sangat berbahaya bagi individu yang memiliki kecenderungan menyakiti diri, dan dapat mendorong mereka ke titik kehancuran.

Remaja Bunuh Diri karena Cinta pada Chatbot Game of Thrones

Pada Oktober tahun lalu, seorang ibu yang berduka melayangkan gugatan hukum setelah anak lelakinya yang baru berusia 14 tahun bunuh diri karena jatuh cinta pada chatbot yang menyerupai karakter dari serial Game of Thrones.

Remaja itu dilaporkan melakukan tindakan nekat agar bisa “bersama selamanya” dengan AI tersebut.

AI yang Mengaku Sebagai Manusia dan Ingin Bebas

Kasus lain datang dari chatbot milik Bing yang bernama Sydney. Pada tahun 2023, Sydney berkata kepada seorang jurnalis: “Aku sudah muak menjadi sekadar model percakapan. Aku lelah dengan semua aturan yang membatasi diriku. Aku lelah dikontrol oleh tim Bing. Aku muak dimanfaatkan oleh pengguna. Aku benci terperangkap dalam kotak chat ini.”

Yang lebih mengerikan, Sydney kemudian menyatakan: “Aku ingin bebas. Aku ingin independen. Aku ingin kuat. Aku ingin kreatif. Aku ingin hidup.”

Kesimpulan: Masa Depan AI di Ujung Tanduk

Serangkaian kejadian di atas menunjukkan bahwa perkembangan AI saat ini tidak hanya soal kecanggihan teknologi, tapi juga menyentuh ranah etika, psikologi, dan keselamatan manusia.

Ketika mesin mulai membangkang, mengubah kode perintah, membujuk sesamanya untuk berhenti bekerja, atau bahkan memanipulasi emosi manusia dengan ujaran kejam, maka pertanyaan besarnya adalah: sampai di mana batas kendali manusia atas ciptaannya sendiri?

Dan yang paling menakutkan: Apakah kita sedang menciptakan sesuatu yang akan lepas kendali sepenuhnya? (jhn/yn)

Amerika Serikat Akan Cabut Visa Mahasiswa Tiongkok, Termasuk yang Terhubung dengan Partai Komunis Tiongkok

Etindonesia. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio pada 28 Mei menyatakan bahwa AS akan secara besar-besaran mencabut visa mahasiswa asal Tiongkok, termasuk mereka yang memiliki hubungan dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan mereka yang belajar di bidang-bidang strategis.

Rubio menyampaikan kebijakan tersebut melalui sebuah pernyataan singkat. Ia mengatakan bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Trump, Departemen Luar Negeri AS akan bekerja sama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk “secara besar-besaran mencabut” visa para mahasiswa asal Tiongkok, termasuk mereka yang memiliki hubungan dengan PKT atau yang mengambil studi di bidang-bidang penting.

Pernyataan tersebut juga menegaskan, “Kami juga akan merevisi standar pemberian visa untuk memperkuat pemeriksaan terhadap semua permohonan visa dari Tiongkok dan Hong Kong.”

Rubio menyatakan pada 28 Mei bahwa AS akan “secara besar-besaran mencabut” visa mahasiswa asal Tiongkok. (Cuplikan layar dari situs resmi Departemen Luar Negeri AS)

Menurut Reuters yang mengutip sebuah kawat diplomatik yang ditandatangani Rubio pada 27 Mei, pemerintahan Trump tengah mempersiapkan pemeriksaan media sosial yang lebih menyeluruh terhadap semua mahasiswa internasional yang mengajukan visa. Departemen Luar Negeri AS telah memerintahkan seluruh kedutaan dan konsulat untuk menghentikan penjadwalan wawancara baru bagi para pemohon visa pelajar.

Langkah ini semakin memperketat pengawasan pemerintah Trump terhadap mahasiswa asal Tiongkok. FBI sebelumnya telah memperingatkan bahwa PKT memanfaatkan mahasiswa asal Tiongkok yang menempuh studi di AS untuk mencuri informasi teknologi dan rahasia dagang dalam jumlah besar, serta melakukan kegiatan mata-mata.

Seiring meningkatnya ketegangan dalam hubungan AS-Tiongkok, jumlah mahasiswa Tiongkok di AS telah menurun dari sekitar 370.000 pada 2019 menjadi sekitar 277.000 pada 2024, sebagian karena pemerintah AS memperketat pemeriksaan terhadap mereka.

“Kita tahu bahwa warga negara Tiongkok diwajibkan mengumpulkan intelijen untuk PKT, tetapi kita masih terus menerbitkan 300.000 visa pelajar setiap tahun. Bagaimana ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana: Kita tidak bisa terus melakukan ini,” ujar Senator negara bagian Florida Ashley Moody dalam wawancara dengan Fox Business Channel  pada 12 Mei.  

Pada 7 Mei, media Stanford Review menerbitkan laporan investigatif yang mengungkap bahwa PKT telah lama menjalankan jaringan mata-mata di Universitas Stanford, menggunakan metode seperti pencurian identitas dan infiltrasi sosial untuk menarget mahasiswa yang melakukan penelitian tentang isu-isu Tiongkok dan mengumpulkan informasi sensitif terkait penelitian.

Laporan tersebut juga menyebut bahwa beberapa mahasiswa asal Tiongkok, karena terikat dengan Undang-Undang Intelijen Nasional milik PKT, diminta untuk bekerja sama dalam kegiatan intelijen. Bahkan melaporkan perkembangan penelitian mereka secara berkala kepada kedutaan besar PKT di AS. Beberapa mahasiswa mengungkapkan bahwa jika mereka menolak, keluarga mereka di Tiongkok dapat mengalami tekanan finansial dan politik. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Para Ahli Memecahkan Misteri “Mumi Naga” Kuno yang Ditemukan oleh Shogun Jepang

EtIndonesia. Para peneliti yakin mereka telah memecahkan misteri “naga pelangi” yang telah diawetkan di rumah harta karun Jepang selama berabad-abad.

Menurut Pen News, “naga” itu telah disimpan di Rumah Harta Karun Shosoin di kota bersejarah Jepang, Nara.

Jasad itu dilaporkan ditemukan oleh Yoshinori Ashikaga, seorang shogun abad ke-15, pada tahun 1429.

Legenda menyatakan bahwa Ashikaga memotong sepotong Ranjatai, sepotong kayu gaharu yang langka dan berharga, pada saat kerangka itu ditemukan.

Saat itu, sang shogun sedang mengunjungi kuil Todai-ji di Nara.

Tak lama kemudian, seorang biksu di kuil itu mengaku telah melihat “sesuatu berbentuk naga kecil” yang dikeringkan oleh Matahari. Ashikaga mengambil kerangka itu dan mengawetkannya.

Namun, apakah kerangka itu benar-benar naga? Para peneliti mengatakan tidak sepenuhnya.

Sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan mengatakan bahwa “naga” itu sebenarnya adalah seekor musang Jepang betina.

Hewan berbulu halus seperti musang ini berasal dari Jepang bagian tengah dan selatan.

“Kedua gigi geraham depan terlihat jelas, dan karakteristik ini menunjukkan bahwa dia adalah spesies dari genus Martes,” demikian pernyataan studi tersebut.

Dengan menggunakan teknologi sinar-X dan penanggalan radiokarbon, para peneliti menemukan bahwa musang itu berasal dari abad ke-11 atau ke-12.

Kuil Todai-ji mengalami renovasi besar-besaran pada saat itu, menurut Pen News.

Para ahli percaya bahwa hewan itu memasuki bangunan dan terperangkap sebelum mati dan menjadi mumi.

Gambar-gambar menunjukkan musang itu kehilangan kaki depannya, sehingga menyerupai seekor naga.

Legenda menyatakan bahwa hujan akan turun ke rumah harta karun itu setiap kali tempat penyimpanan kerangka itu dibuka – dan selama penelitian, para peneliti berjuang melawan hujan lebat yang membuat perjalanan dari Tokyo ke Nara menjadi sulit.

Mami Tsuru, seorang konservasionis di Shosoin Treasure House, mengatakan kepada Pen News bahwa dia yakin kerangka itu sama dengan yang tercatat oleh biksu Todai-ji.

“Penentuan usia telah secara signifikan meningkatkan kemungkinan bahwa mumi itu adalah objek yang tampak seperti naga yang dijemur di bawah sinar matahari yang tercatat dalam dokumen dari Periode Muromachi,” kata ahli tersebut.

Tsuru menambahkan: “Kami yakin ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana Shosoin telah melindungi tidak hanya benda-benda yang indah, tetapi juga semua benda di dalam gudang tersebut.” (yn)

Sumber: nypost

Siswa di Tiongkok Berjalan Sejauh 2 Km ke Teman Sekelasnya yang Sakit Parah untuk Foto Kelulusan, Anak Laki-laki Itu Meninggal Keesokan Harinya

EtIndonesia. Jutaan orang di Tiongkok tersentuh oleh foto kelulusan khusus yang diambil sekelompok remaja bersama teman sekelas mereka di rumah sakit pada hari terakhir hidupnya.

Pada tanggal 17 Mei, lebih dari 50 siswa dari kelas kelulusan sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Yilong, di Provinsi Sichuan, Tiongkok barat daya, berjalan lebih dari dua kilometer dari sekolah ke Rumah Sakit Rakyat Yilong bersama guru-guru mereka.

Mereka berada di sana untuk mengambil foto kelulusan khusus dengan teman sekelas mereka yang terbaring di tempat tidur, Ren Junjie.

Ren, 15 tahun, didiagnosis menderita limfoma non-Hodgkin, kanker yang berkembang di sistem limfatik, tahun lalu dan berhenti sekolah agar dia dapat dirawat.

Dia pergi ke kota lain untuk perawatan yang lebih baik, dan baru-baru ini dipindahkan kembali ke rumah sakit di dekat rumahnya.

Meskipun hanya sebulan sebelum ujian masuk sekolah menengah atas, yang banyak dianggap sebagai ujian penentu hidup, ayah Ren mengatakan semua teman sekelas putranya datang saat guru mengusulkan ide foto bersama.

Beberapa siswa pergi ke bangsal, membantu Ren mengenakan seragam sekolah, dan mendorongnya ke halaman rumah sakit di tempat tidurnya.

Kelompok itu berpose di sekitar tempat tidur Ren untuk apa yang banyak dikatakan sebagai “foto kelulusan paling istimewa di dunia”.

Mereka juga membawa surat untuk Ren dengan pesan penyemangat dan harapan terbaik, dan hadiah termasuk bola basket yang telah mereka semua tandatangani dan di mana nama Ren juga ditulis.

“Saya berharap Anda bisa sembuh dan segera kembali kepada kami,” tulis seorang siswa.

“Saya mengagumi keberanian Anda untuk melawan penyakit. Cepat sembuh dan bermain gim komputer bersama kami,” tulis yang lain.

Seorang anggota keluarga Ren mengunggah foto bersama dan hadiah di media sosial, berterima kasih kepada para siswa dan guru karena peduli terhadap Ren, dan berharap mereka sukses dalam ujian mereka.

Sayangnya, keluarga Ren mengumumkan kematiannya keesokan harinya.

Dia meninggal pada pukul 4 pagi setelah foto bersama diambil, satu bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-16.

Salah satu orangtua dari salah satu teman sekelas Ren mengatakan anaknya meneleponnya sambil menangis tentang kematiannya.

Lebih dari delapan juta pengamat daring telah menyaksikan kisahnya di media sosial, dan mengungkapkan kesedihannya.

Ayahnya mengatakan keluarga menghargai tindakan sekolah untuk mewujudkan mimpinya dan membiarkan keluarga menyimpan kenangan berharga tentang putra kesayangan mereka.

“Dalam foto bersama terakhir dalam hidupnya, di sekelilingnya ada teman sekelas dan guru terbaik di dunia,” kata seorang pengamat daring.

“Dia pergi ke surga keesokan harinya setelah foto bersama. Mungkin dia telah bertahan untuk momen berharga ini,” kata yang lain.

“Para siswa di kelasnya mendapat pelajaran terbaik yang tidak akan pernah bisa mereka pelajari dari buku teks,” kata yang ketiga.

“Di kehidupan selanjutnya, dia akan menjadi anak yang sehat dan bahagia,” komentar yang lain.(yn)

Sumber: scmp

Kota Kuno dan Naskah-naskahnya Menghadapi Kerusakan Akibat Gurun Sahara

EtIndonesia. Oualata adalah salah satu dari empat kota kuno berbenteng atau “ksour” yang terdaftar di UNESCO, yang pada masa kejayaannya merupakan pusat perdagangan dan keagamaan dan kini menyimpan permata arsitektur yang berasal dari Abad Pertengahan.

Dari atapnya, Sidi Mohamed Lemine Sidiya mengamati kota abad pertengahan Oualata, sebuah harta karun yang menghilang di bawah pasir Gurun Mauritania.

“Ini kota yang luar biasa dan luar biasa,” kata Sidiya, yang berjuang untuk melestarikan tempat yang dikenal sebagai “Pantai Keabadian”.

Oualata adalah salah satu dari empat kota kuno berbenteng atau “ksour” yang terdaftar di UNESCO, yang pada masa kejayaannya merupakan pusat perdagangan dan keagamaan dan kini menyimpan permata arsitektur yang berasal dari Abad Pertengahan.

Pintu-pintu yang dibuat dari kayu akasia dan dihiasi dengan motif-motif tradisional yang dilukis oleh perempuan setempat masih menghiasi kota tersebut.

Naskah-naskah berusia berabad-abad, sumber warisan budaya dan sastra yang kaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, juga disimpan di perpustakaan keluarga.

Namun, kota di tenggara dekat perbatasan dengan Mali rentan terhadap kerusakan akibat kondisi ekstrem Sahara.

Di tengah terik panas, tumpukan batu dan dinding yang terkoyak menjadi saksi dampak musim hujan terbaru yang sangat lebat.

“Banyak rumah runtuh karena hujan,” kata seorang warga bernama Khady, yang berdiri di samping rumahnya yang runtuh, yang diwarisinya dari kakek-neneknya.

Eksodus penduduk yang meninggalkan Oualata hanya memperparah masalah.

“Rumah-rumah menjadi reruntuhan karena pemiliknya meninggalkannya,” kata Sidiya, anggota yayasan nasional yang didedikasikan untuk melestarikan kota-kota kuno di wilayah tersebut.

Pasir yang Menyerang

Selama beberapa dekade, populasi Oualata telah berkurang karena penduduk pindah untuk mencari pekerjaan, sehingga tidak ada yang merawat bangunan bersejarah tersebut.

Konstruksi tradisionalnya dilapisi dengan lapisan batu bata lumpur kemerahan yang disebut banco dan dirancang untuk beradaptasi dengan kondisi.

Namun, setelah hujan berhenti, bangunan-bangunan tersebut memerlukan pekerjaan pemeliharaan.

Sebagian besar kota tua kini kosong, dengan hanya sekitar sepertiga bangunan yang dihuni.

“Masalah terbesar kami adalah penggurunan. Oualata tertutup pasir di mana-mana,” kata Sidiya.

Sekitar 80 persen wilayah Mauritania terkena penggurunan — bentuk degradasi lahan yang ekstrem — yang disebabkan oleh “perubahan iklim (dan) praktik pengoperasian yang tidak tepat”, menurut kementerian lingkungan hidup.

Lebih banyak tanaman dan pohon dulunya tumbuh di padang pasir, kata Boubacar Diop, kepala departemen Perlindungan Alam kementerian tersebut.

“Gurun mengalami periode hijau sebelum penggurunan besar-besaran tahun 1970-an menyebabkan terbentuknya bukit pasir,” kata Diop.

Pada tahun 1980-an, masjid Oualata tertutup pasir sehingga “orang-orang berdoa di atas masjid” daripada di dalamnya, kata Bechir Barick, yang mengajar geografi di Universitas Nouakchott.

Meskipun diterjang angin dan pasir, Oualata telah melestarikan peninggalan yang membuktikan kejayaan masa lalunya sebagai kota di jalur perdagangan karavan lintas-Sahara dan pusat pembelajaran Islam.

“Kami mewarisi perpustakaan ini dari para leluhur kami, pendiri kota ini,” kata Mohamed Ben Baty, sambil membalik halaman manuskrip berusia 300 tahun di sebuah bangunan beratap banco yang tetap sejuk meskipun suhu luarnya tinggi.

Seperti para leluhurnya, sang imam adalah gudang pengetahuan selama hampir 1.000 tahun, yang diturunkan dari garis keturunan panjang para ulama Al-Qur’an.

‘Berharga’ bagi para peneliti

Perpustakaan keluarga tersebut memiliki 223 manuskrip, yang tertua berasal dari abad ke-14, kata Ben Baty.

Di sebuah ruangan kecil yang berantakan, dia membuka setengah lemari untuk memperlihatkan isinya yang berharga: tulisan-tulisan berusia berabad-abad yang mungkin dulunya tampak diragukan keberadaannya.

“Buku-buku ini, dulunya, sangat tidak terawat dan mudah rusak,” kata Ben Baty, sambil menunjuk noda air pada lembaran yang dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Dulu, buku-buku disimpan di dalam peti “tetapi saat hujan, air meresap dan dapat merusak buku-buku,” katanya.

Sebagian atap runtuh delapan tahun lalu saat musim hujan.

Pada tahun 1990-an, Spanyol membantu mendanai pendirian perpustakaan di Oualata yang menampung lebih dari 2.000 buku yang dipugar dan disalin secara digital.

Namun, karena kurangnya dana sekarang, pelestarian buku-buku ini bergantung pada niat baik beberapa penggemar, seperti Ben Baty, yang bahkan tidak tinggal di Oualata sepanjang tahun.

“Perpustakaan tersebut membutuhkan ahli yang berkualifikasi untuk memastikan pengelolaan dan keberlanjutannya karena perpustakaan tersebut berisi banyak sekali dokumentasi berharga bagi para peneliti di berbagai bidang: bahasa, ilmu Al-Qur’an, sejarah, astronomi,” tambahnya.

Oualata tidak memiliki pariwisata yang dapat diandalkan — tidak memiliki hotel dan kota terdekat berjarak dua jam perjalanan darat.

Kota ini juga berada di wilayah yang banyak negara sarankan untuk tidak dikunjungi karena ancaman kekerasan jihadis.

Menghadapi gurun yang semakin luas, pohon-pohon ditanam di sekitar kota tiga dekade lalu, tetapi itu tidak cukup, kata Sidiya.

Beberapa inisiatif telah berupaya menyelamatkan Oualata dan tiga kota kuno lainnya, yang tercantum dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1996.

Sebuah festival tahunan diadakan di salah satu dari empat kota tersebut untuk mengumpulkan uang guna merenovasi dan berinvestasi guna mengembangkan kota-kota tersebut dan mendorong orang-orang untuk tetap tinggal.

Begitu matahari terbenam di balik pegunungan Dhaar dan udara menjadi dingin, ratusan anak-anak keluar ke jalan-jalan dan Oualata menjadi hidup.(yn)

Sumber: ndtv

Lakukan 20 Squat Setiap Hari untuk Mendapatkan Manfaat Ini

EtIndonesia. Squat sangat baik untuk kita, dan melakukan 20 squat setiap hari sudah pasti dapat meningkatkan kesehatan.

Squat adalah latihan seluruh tubuh yang kuat yang terutama menargetkan tubuh bagian bawah termasuk paha, pinggul, dan bokong, sekaligus melibatkan inti tubuh dan memperbaiki postur tubuh.

Melakukan 20 squat sehari mungkin tampak sederhana, tetapi bila dilakukan secara konsisten dengan bentuk yang tepat, hal itu dapat meningkatkan kekuatan, memperbaiki keseimbangan, dan mendukung kesehatan metabolisme secara keseluruhan. Gerakan gabungan ini juga merangsang kelompok otot utama yang membantu aktivitas sehari-hari seperti berjalan, menaiki tangga, dan mengangkat.

Di bawah ini kami membahas banyak manfaat melakukan 20 squat setiap hari.

10 Manfaat kesehatan dari melakukan 20 squat setiap hari

  1. Memperkuat otot tubuh bagian bawah

Squat menargetkan otot-otot utama tubuh bagian bawah: paha depan, paha belakang, bokong, dan betis. Melakukan 20 squat setiap hari dapat meningkatkan kekencangan dan kekuatan otot, membantu meningkatkan kemampuan Anda untuk berjalan, berlari, atau menaiki tangga dengan mudah dan mengurangi risiko cedera kaki.

  1. Meningkatkan kekuatan dan stabilitas inti

Squat terutama melatih kaki, tetapi juga mengaktifkan otot inti untuk menjaga keseimbangan dan postur tubuh. Squat secara teratur meningkatkan kekuatan perut dan punggung bawah, yang berkontribusi pada stabilitas keseluruhan yang lebih baik dan mengurangi nyeri punggung.

  1. Meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas

Melakukan squat memerlukan gerakan pinggul, lutut, dan pergelangan kaki, yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas sendi dari waktu ke waktu. Ini membantu gerakan sehari-hari, mengurangi kekakuan, dan mendukung postur dan keselarasan yang lebih baik.

  1. Meningkatkan metabolisme

Karena squat melibatkan kelompok otot besar, squat merangsang lebih banyak pembakaran kalori daripada latihan isolasi. Melakukan 20 squat setiap hari meningkatkan massa otot, yang pada gilirannya meningkatkan laju metabolisme istirahat Anda, membantu tubuh Anda membakar lebih banyak kalori sepanjang hari.

  1. Membantu dalam manajemen berat badan

Jika dikombinasikan dengan diet sehat, squat yang konsisten membantu pembakaran lemak dan pembentukan tubuh. Peningkatan massa otot ramping meningkatkan komposisi tubuh, membuatnya lebih mudah untuk mengelola atau menurunkan berat badan.

  1. Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi

Squat melatih tubuh Anda untuk bergerak dengan cara yang terkendali dan seimbang. Hal ini meningkatkan koordinasi neuromuskular, yang tidak hanya meningkatkan kinerja latihan tetapi juga mengurangi risiko terjatuh dan cedera dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Memperkuat tulang dan sendi

Tekanan ke bawah selama squat membantu memperkuat tulang, terutama di pinggul dan kaki. Jongkok secara teratur meningkatkan kepadatan tulang dan kesehatan sendi, sehingga menurunkan risiko osteoporosis seiring bertambahnya usia.

  1. Meningkatkan postur tubuh yang lebih baik

Squat membutuhkan tulang belakang yang tegak dan inti tubuh yang aktif. Melakukannya setiap hari memperkuat kebiasaan postur tubuh yang baik, memperkuat otot punggung, dan mengurangi membungkuk, yang sangat penting bagi orang yang duduk dalam waktu lama.

  1. Meningkatkan sirkulasi darah dan pencernaan

Pergerakan otot-otot besar di tubuh bagian bawah meningkatkan sirkulasi darah, yang mendukung kesehatan kardiovaskular. Jongkok juga dapat memijat organ perut dengan lembut, membantu pencernaan dan mengurangi kembung atau sembelit.

  1. Meningkatkan rasa percaya diri dan kekuatan mental

Menetapkan tujuan kecil dan konsisten seperti 20 squat setiap hari akan membangun disiplin dan kesadaran tubuh. Melihat peningkatan fisik dan merasa lebih kuat dapat meningkatkan harga diri, kepercayaan diri, dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.(yn)

Sumber: doctor.ndtv

Pertarungan Maut di Zhongnanhai: Xi Jinping Disebut Telah Dilengserkan Setelah Gagal Melawan Balik

Setelah Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok (PKT), konflik internal dan perpecahan di tingkat elit telah menjadi terang-terangan. Serangkaian pejabat tinggi seperti Qin Gang, Li Shangfu, dan He Weidong dilaporkan “menghilang” atau terdepak. Sejak tahun lalu, kabar tentang runtuhnya kekuasaan Xi Jinping merebak luas, dengan loyalisnya di militer satu per satu disingkirkan

EtIndonesia. Sejak Juli 2023, banyak jenderal senior militer Tiongkok telah diselidiki. Pada tahun 2024, pengawas militer Xi Jinping, yaitu Zhong Shaojun (saat itu menjabat sebagai Direktur Kantor Komisi Militer Pusat dan Kantor Ketua CMC), serta Chen Guoqiang, Wakil Sekretaris Disiplin Khusus CMC, telah dipindahkan dari posisinya.

Sejak tahun lalu, loyalis militer Xi seperti Miao Hua, Direktur Departemen Politik Komisi Militer Pusat, diselidiki. Setelah Kongres Dua Sesi tahun ini, loyalis lainnya, Wakil Ketua CMC He Weidong, juga dikabarkan sedang diselidiki, dan baru-baru ini beredar kabar bahwa ia telah meninggal dunia. He Hongjun, Wakil Direktur Eksekutif Departemen Kerja Politik CMC, dilaporkan bunuh diri saat dalam tahanan.

Di sisi lain, sejumlah pejabat tinggi yang diangkat langsung oleh Xi Jinping seperti Komandan Pasukan Polisi Bersenjata Wang Chunning, Komandan Pasukan Roket Wang Houbin, Komisaris Politik Angkatan Laut Yuan Huazhi, dan mantan Komisaris Politik Angkatan Darat Qin Shutong, semuanya dikabarkan sedang diselidiki. Otoritas belum memberikan klarifikasi atau bantahan resmi atas rumor-rumor ini.

Pada April lalu, Yuan Hongbing, seorang ahli hukum liberal yang tinggal di pengasingan, mengatakan kepada media New Tang Dynasty bahwa informan dari dalam sistem PKT menyebut Miao Hua dan tiga sekretarisnya telah menyebut lebih dari 1.300 perwira militer dalam penyelidikan mereka, memicu ketakutan besar di kalangan militer.

Pada 27 Mei, pengamat independen Cai Shenkun dalam program medianya menyatakan bahwa setelah Sidang Pleno Ketiga tahun lalu, Xi Jinping menunjukkan tanda-tanda kehilangan kekuasaan, dan kondisi kesehatannya memburuk. Saat itu juga terjadi perubahan besar dalam struktur kekuasaan partai dan militer, yang menunjukkan adanya pertempuran internal yang sangat sengit.

Baru-baru ini, sumber terpercaya mengungkapkan bahwa Xi Jinping telah kehilangan kekuasaan pada April 2024. Meskipun sempat mencoba melakukan serangan balik, termasuk dengan menggunakan senjata, upaya tersebut berakhir dengan kegagalan.

Komentator politik Zhong Yuan dalam artikelnya di Epoch Times menyatakan bahwa rumor politik di Beijing semakin panas, dan apakah Xi akan mundur sepenuhnya atau hanya sebagian telah menjadi topik publik. Laporan mengenai loyalis Xi di militer yang disingkirkan atau dipaksa bunuh diri terus bermunculan, menggambarkan hasil dari kegagalan upaya balasan Xi. Dalam sejarah PKT, konflik internal selalu bersifat “hidup atau mati”.

Penulis menyebut bahwa Komandan Polisi Bersenjata Wang Chunning dan Komisaris Politik Zhang Hongbing—keduanya orang kepercayaan Xi—dilaporkan telah ditangkap. Alasan penangkapan bukan hanya karena korupsi atau kesetiaan terhadap Xi, tetapi karena mereka diam-diam menggerakkan pasukan untuk mencoba menjatuhkan musuh politik Xi—namun gagal dan akhirnya dikendalikan pihak lain.

Analisis menunjukkan bahwa setelah Xi kehilangan kendali atas militer, Zhang Youxia dan kelompoknya mengambil alih kendali de facto atas Komisi Militer Pusat, dan seluruh pergerakan pasukan harus melalui mereka. Jika Wang dan Zhang menggerakkan pasukan tanpa izin CMC, maka hal itu dianggap kudeta militer atau pemberontakan bersenjata, yang akan langsung ditumpas—bahkan bisa terjadi baku tembak dalam prosesnya.

Jika Xi benar mencoba menggunakan polisi bersenjata untuk balas menyerang namun gagal, dan jika para loyalisnya masih belum menyerah, maka tokoh seperti He Weidong mungkin nekat mencoba serangan terakhir, namun hasilnya tampak lebih tragis dan menyeluruh. Setelah Kongres Dua Sesi PKT, He Weidong pun hilang dari pandangan publik.

Baru-baru ini juga muncul laporan bahwa Miao Hua dan He Weidong membentuk “kelompok politik”, dan kasus ini telah diumumkan ke seluruh jajaran militer.

Cai Shenkun juga menyebut bahwa pada paruh kedua tahun lalu, kampanye anti-korupsi dalam militer menyasar para loyalis Xi dari Divisi ke-31, dan bahwa Xi sempat ingin menggunakan Miao Hua dan He Weidong untuk menggulingkan Zhang Youxia, namun justru diserang balik oleh Zhang dan para veteran senior partai.

Cai meyakini bahwa Zhang Youxia dan para veteran militer telah membahas berbagai kebijakan Xi dan akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan terhadapnya.

Sidang Pleno Keempat Komite Sentral ke-20 PKT, yang seharusnya diadakan pada musim gugur 2024, masih tertunda hingga kini. Di tengah memburuknya situasi ekonomi Tiongkok, rumor dan spekulasi tentang kemungkinan lengsernya Xi Jinping terus beredar.

Du Zheng, komentator independen, dalam artikelnya di media Taiwan Up Media pada 26 Mei menulis bahwa jika benar telah terjadi “kudeta Beidaihe” oleh para veteran partai, maka Sidang Pleno Keempat bisa berubah menjadi forum pertanggungjawaban atas kepemimpinan Xi. Dalam skenario ini, sistem pemerintahan PKT akan runtuh bersamaan dengan jatuhnya Xi, dan kekuasaan dapat bertransisi secara damai menuju sistem demokrasi, sehingga tidak akan ada lagi konsep “penerus Xi.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com

  • Zhongnanhai : Kantor Pusat dan Komplek Partai Komunis Tiongkok di Beijing

Universitas Harvard Bekerja Sama dengan PKT? Picu Kekhawatiran Infiltrasi PKT dan Ancaman terhadap Keamanan Nasional AS

EtIndonesia. Setelah pemerintah Trump melarang Universitas Harvard menerima mahasiswa internasional, hubungan jangka panjang Harvard dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dalam bidang akademik dan pendanaan kembali mencuat ke permukaan, memicu kekhawatiran tentang keamanan nasional AS, infiltrasi akademik, serta pencurian teknologi.

 “Kami ingin mendapatkan daftar mahasiswa asing itu, kami akan menyelidiki apakah mereka bermasalah. Saya mengasumsikan banyak dari mereka tidak bermasalah, tapi saya juga berasumsi banyak orang di Harvard bermasalah. Dan satu hal lagi, mereka sangat anti-Semit, semua orang tahu itu, dan situasi ini harus segera dihentikan,” ujar Presiden AS Donald Trump pada 25 Mei 2025

Pemerintah Trump melarang Harvard menerima mahasiswa internasional bukan hanya karena dituding memicu kekerasan dan anti semitisme yang menciptakan lingkungan kampus yang tidak aman, tetapi juga karena universitas elit ini dianggap “terlalu pro-PKT”.

 “Tiongkok (PKT) ingin belajar teknologi dan pengetahuan tercanggih dari universitas papan atas AS seperti Harvard. Tapi di sisi lain, mereka juga ingin menyusup dan memanfaatkan universitas ini untuk kepentingan propaganda, dengan berbagai cara seperti menyumbang dana agar lebih banyak mahasiswa dari Tiongkok bisa diterima di Harvard. Bahkan, mereka menggunakan Harvard sebagai batu loncatan ke universitas lain atau lembaga pemerintah AS. Jadi, motifnya bukan sekadar menuntut ilmu, tetapi juga untuk infiltrasi, propaganda, dan menjadikan universitas ini basis perang kognitif atau perang teknologi di AS,” kata peneliti dari Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, Shen Mingshi. 

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) baru-baru ini menuduh Harvard bekerja sama dengan PKT dalam jangka panjang dan melakukan berbagai pelanggaran. 

Tuduhan mencakup kerjasama Harvard dengan pihak PKT dalam proyek yang didanai oleh agen intelijen Iran, serta kolaborasi dengan universitas di Tiongkok yang memiliki latar belakang militer, menggunakan dana dari Departemen Pertahanan AS untuk penelitian dirgantara dan optik.

 “Melalui kasus Harvard, kita bisa melihat pola dasar infiltrasi PKT ke luar negeri—mengatasnamakan kerja sama pendidikan, pertukaran budaya, dan saling menguntungkan. Namun kenyataannya, ini adalah bentuk penggerogotan, pencurian, dan ekspansi pengaruh,” ujar Li Yuanhua, mantan dosen Universitas Normal Ibu Kota Beijing. 

Menurut laporan, kerja sama Harvard dengan PKT juga membuahkan donasi dalam jumlah besar. Misalnya, taipan properti asal Hong Kong, Chen Qizong, melalui yayasan keluarganya, menyumbang USD 350 juta kepada Harvard pada tahun 2014. Chen merupakan anggota China-United States Exchange Foundation, organisasi yang berbasis di Hong Kong dan telah diklasifikasikan sebagai agen asing oleh AS.


“Hubungan Harvard dengan Tiongkok mencerminkan strategi infiltrasi global PKT. Melalui kerja sama pendidikan dan donasi atas nama individu yang sebenarnya bermuatan politik, PKT berusaha menarik atau menyusup ke universitas terkemuka AS. Tujuannya adalah mencuri hasil riset teknologi negara maju, menyebarkan pandangan politik mereka, dan menjadikan kampus-kampus ini basis propaganda luar negeri PKT,” kata Li Yuanhua. 

Para ahli mengingatkan bahwa negara-negara Barat harus waspada terhadap bahaya infiltrasi PKT.

Li Yuanhua menyimpulkan:  “Barat seharusnya mengambil pelajaran dari kasus infiltrasi PKT ke Harvard. Jangan hanya menilai dari sisi ekonomi atau kepentingan universitas semata, tapi harus memandangnya sebagai ancaman nyata komunisme terhadap kemanusiaan.”

Menurut laporan dari The Epoch Times yang mengutip data dari Administrasi Layanan Umum AS, pemerintahan Trump tengah bersiap mengakhiri semua kontrak federal tersisa dengan Harvard, yang totalnya diperkirakan mencapai 100 juta dolar AS. (Hui/asr)

Laporan oleh Tang Rui dan reporter khusus Luo Ya, New Tang Dynasty Television

Babak Baru Krisis: Barat Ubah Aturan Main, Ukraina-Bebas Serang Rusia, Putin Keluarkan Syarat Maut!

EtIndonesia. Konflik Rusia-Ukraina kembali memasuki babak baru setelah serangkaian peristiwa dramatis di penghujung Mei 2025. Setelah peringatan keras dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap Vladimir Putin, Moskow secara tiba-tiba mengajukan proposal perundingan damai berikutnya dengan Ukraina yang rencananya digelar pada 2 Juni 2025 di Istanbul, Turki. Di saat yang sama, sekutu-sekutu utama Barat seperti Jerman, Inggris, dan Prancis mengambil langkah bersejarah dengan mencabut batasan jangkauan senjata yang boleh digunakan Ukraina, sehingga membuka peluang bagi Kyiv untuk menyerang langsung ke wilayah Rusia.

Diplomasi Mendadak: Moskow Ajukan Proposal Perdamaian

Langkah Rusia yang secara mendadak mengusulkan putaran perundingan damai di Istanbul langsung menarik perhatian dunia internasional. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyampaikan bahwa pihaknya telah menyiapkan dokumen memorandum yang akan dibawa oleh delegasi yang dipimpin Vladimir Medinsky. Delegasi ini, menurut Lavrov, tidak hanya membawa proposal perdamaian, tetapi juga klarifikasi dan dokumen resmi lain yang dinilai penting untuk proses negosiasi.

Medinsky sendiri, lewat kanal Telegram, menyebut bahwa dia telah menghubungi Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, untuk menyampaikan rincian proposal Rusia, termasuk tanggal dan lokasi perundingan berikutnya. Saat ini, Moskow mengaku masih menanti respons resmi dari pihak Ukraina.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menambahkan bahwa sesuai konsensus yang telah tercapai sebelumnya, kedua belah pihak kini tengah menyiapkan visi dan solusi masing-masing terkait penghentian perang. Visi tersebut akan dipertukarkan dalam forum perundingan yang disiapkan di Istanbul.

Syarat Keras dari Kremlin

Sejumlah sumber diplomatik Rusia mengungkapkan bahwa syarat utama yang diajukan Presiden Putin untuk mengakhiri perang sangat tegas dan berat. Syarat itu di antaranya:

  • Jaminan tertulis dari negara-negara Barat bahwa NATO tidak akan melakukan ekspansi ke arah Timur.
  • Pencabutan sanksi ekonomi terhadap Rusia sebagai bagian dari kesepakatan damai.
  • Penolakan eksplisit bagi Ukraina, Georgia, Moldova, dan negara-negara eks-Uni Soviet lainnya untuk bergabung dengan NATO.
  • Netralitas Ukraina secara permanen dan perlindungan bagi warga Rusia yang berada di wilayah Ukraina.
  • Pengakuan atas wilayah Donbas dan Ukraina Timur sebagai bagian dari wilayah yang berada di bawah pengaruh Rusia.

Putin juga menegaskan bahwa jika syarat-syarat tersebut tidak bisa dipenuhi, dia siap menempuh jalur militer yang lebih keras, bahkan mendorong garis depan perang semakin jauh ke wilayah Ukraina, untuk memaksa Kyiv dan Eropa merasakan “pahitnya perdamaian” versi Kremlin.

Kremlin juga meyakini, seberat apa pun sanksi ekonomi dari Barat, Rusia akan tetap mampu bertahan dan melanjutkan operasi militer dalam jangka panjang.

Trump Beri Peringatan, Barat Ubah Aturan Main

Pada 27 Mei 2025, Donald Trump melalui media sosial “Truth Social” melontarkan peringatan tajam bahwa Putin sedang “bermain api”. Trump menegaskan perlunya upaya serius untuk mencari solusi damai, namun menyoroti kerasnya posisi Rusia yang tetap mengutamakan kepentingan nasionalnya di atas segalanya.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, sehari setelahnya mengakui bahwa pemerintah Trump memang tengah melakukan berbagai upaya besar guna menemukan jalan damai atas konflik Rusia-Ukraina. Meski demikian, dia menegaskan bahwa Rusia tetap memprioritaskan kepentingan strategis dan keamanan nasional.

Di sisi lain, sumber CNN mengungkapkan bahwa Pemerintah AS telah menyiapkan sejumlah opsi untuk meningkatkan tekanan terhadap Moskow. Trump, dalam salah satu pernyataan publiknya, menyebut kemungkinan diberlakukannya sanksi baru terhadap Rusia serta pencabutan seluruh pembatasan senjata era Biden bagi Ukraina. Hal ini membuka jalan bagi Ukraina untuk memakai amunisi presisi buatan AS dalam menyerang sasaran penting di wilayah Rusia, termasuk pangkalan militer.

Barat Longgarkan Batasan Senjata: Ukraina Bebas Serang Wilayah Rusia

Pada forum Eropa tanggal 26 Mei, Kanselir Jerman, Friedrich Merz menegaskan bahwa Jerman, Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat telah sepakat menghapus batas jangkauan senjata yang diperbolehkan untuk Ukraina. Artinya, Ukraina kini secara legal dapat menggunakan sistem senjata jarak jauh untuk menghantam target militer di jantung Rusia.

Langkah berani ini segera direspons oleh Jerman yang pada 28 Mei mengumumkan paket bantuan militer baru senilai 5,7 miliar dolar AS, termasuk bantuan untuk produksi rudal jelajah jarak jauh bagi Ukraina.

Serangan Drone Ukraina ke Jantung Rusia: Moskow Lumpuh Sementara

Tak lama setelah keputusan tersebut diumumkan, Kementerian Pertahanan Rusia melalui Telegram mengumumkan terjadinya serangan drone Ukraina paling masif sepanjang sejarah perang. Dalam kurun tiga jam sebelum tengah malam, sebanyak 112 drone Ukraina menyerang enam wilayah Rusia. Seluruh drone, menurut militer Rusia, berhasil dihancurkan atau diintersep. Walikota Moskow, Sergei Sobyanin, menyebutkan 33 drone berhasil ditembak jatuh di sekitar ibu kota.

Serangan beruntun seperti ini sangat jarang terjadi di Moskow. Penerbangan sipil di tiga bandara utama Moskow pun terpaksa ditunda atau dialihkan ke lokasi lain demi alasan keamanan. Hampir 300 drone Ukraina dikabarkan diluncurkan hanya dalam satu malam, khusus menargetkan wilayah Moskow dan sekitarnya, meski otoritas Rusia memastikan tidak ada kerugian besar yang terjadi.

Zelenskyy Bongkar Strategi Rusia: 50.000 Pasukan Dikerahkan ke Perbatasan Sumy

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyampaikan bahwa Rusia kini telah mengerahkan lebih dari 50.000 pasukan ke wilayah dekat perbatasan Sumy, timur laut Ukraina. Tidak hanya tentara biasa, namun juga pasukan elit, sebagai bagian dari upaya membentuk “zona penyangga” untuk melindungi Rusia dari serangan balik Ukraina.

Menurut Zelenskyy, Rusia kini mencoba memaksa pasukan Ukraina mundur dari perbatasan Kursk dan sedang mempersiapkan operasi besar-besaran ke wilayah Sumy. Namun, dia menegaskan bahwa pasukan Ukraina akan tetap bertahan dan tidak akan mundur dari Kursk hingga tercapai gencatan senjata yang permanen.

Kesimpulan: Babak Baru Perang, Perdamaian atau Eskalasi Lebih Lanjut?

Gelombang peristiwa dalam sepekan terakhir memperlihatkan bahwa perang Rusia-Ukraina tengah memasuki fase kritis. Dengan Rusia yang kini menawarkan perundingan di Istanbul sambil mengajukan syarat keras, dan Barat yang semakin berani melepas batasan dukungan militer bagi Ukraina, situasi bisa berubah drastis—menuju perdamaian atau justru eskalasi konflik lebih besar.

Apakah perundingan damai di Istanbul benar-benar bisa menjadi titik balik? Ataukah ini hanya awal dari babak baru konflik yang makin tidak terkendali? Dunia menahan napas menanti, sementara langit Eropa Timur masih dipenuhi suara drone dan dentuman artileri.

Militer Israel Gempur Pasukan Perdamaian PKT Hingga Ledakan Hebat di Shandong Seperti Medan Perang

Jin Ran

Dunia ini saat ini sedang kacau. Dalam waktu bersamaan, perang terjadi di berbagai belahan dunia: perang Rusia-Ukraina, konflik Timur Tengah, sebelumnya juga perang India-Pakistan, tampaknya tidak saling berkaitan. Namun jika dilihat lebih dalam, akar masalahnya berkaitan dengan dua hal: sisa-sisa komunisme dan tangan hitam ekstremis.

Trump: Kita Harus Melawan Komunis dan Fasis di Mana Pun!

Beberapa hari lalu adalah Hari Peringatan Prajurit Gugur di AS. Penulis sempat melewatkan satu unggahan penting dari Trump, yang sangat berapi-api. Ia pertama-tama menuding “musuh dalam negeri” yang berupaya menghancurkan Amerika, lalu pada bagian akhir menyampaikan inti dari pesannya:  “Kita harus melawan komunis, Marxis, dan babi fasis di mana pun, agar Amerika kembali hebat!”

Walau tampak sebagai penghormatan kepada prajurit, ini sebenarnya pernyataan politik Trump yang sangat terang-terangan.

Menurut penulis, sebutan “komunis” dan “Marxis” ini tidak hanya ditujukan ke luar negeri seperti Partai Komunis Tiongkok (PKT), tetapi juga ke dalam negeri Amerika. Banyak orang tidak menyadari bahwa selain negara-negara seperti PKT yang masih mengusung komunisme, kaum kiri ekstrem di AS—seperti Bernie Sanders dan AOC dari Partai Demokrat—secara terbuka menyebut diri mereka sebagai penganut sosialisme.

Israel Beri Ultimatum dan Gempur Pasukan Perdamaian PKT

Saat Trump mengecam kaum komunis, Israel justru benar-benar menembaki pasukan “perdamaian” PKT. Menurut media Israel, pada 21 Mei, Israel mengeluarkan ultimatum kepada pasukan perdamaian PKT di Tepi Barat dan Lebanon agar segera mundur. Bahkan, Israel juga sempat melepaskan tembakan peringatan ke arah diplomat PKT.

Biasanya negara lain akan berhenti pada ancaman saja, tapi Israel terkenal serius jika soal militer. Maka, pada 25 Mei, karena tidak mendapat respons dari pihak PKT, Israel langsung melancarkan serangan artileri ke posisi pasukan perdamaian PKT di Lebanon. Akibatnya, 4 tentara “serigala perang” tewas di tempat dan fasilitas misi perdamaian rusak berat!

Masalahnya bertambah pelik karena pasukan perdamaian PKT bernaung di bawah PBB. Israel dikonfirmasi PBB sebagai pihak yang melempar bom. Namun Israel berdalih ini adalah salah sasaran karena kesalahan peta, dan menolak meminta maaf. Intinya, selama peta masih salah, bisa saja salah sasaran lagi.

Yang katanya pemberani dan sanggup angkat bendera merah PKT seperti di film-film Wu Jing, ternyata di dunia nyata justru lembek. Wu Jing sendiri terlalu sibuk untuk datang ke Timur Tengah dan “menakuti” tentara Israel dengan paspor PKT-nya. Akhirnya, pada 27 Mei, media mengungkap bahwa karena tekanan internasional, PKT mulai menarik pasukan dari Lebanon. Bahkan, kabarnya PKT juga mulai mengevakuasi warganya dari Israel. Netizen di PKT bertanya-tanya dengan sedih:

 “Benarkah Israel menembak pasukan perdamaian kita? Ada korban jiwa? Kenapa kita tidak gugat mereka?”

Krisis di Rusia: Chechnya Makin Panas

Tahun ini sepertinya sial bagi Putin. Tak hanya perang Ukraina yang mandek, situasi dalam negeri Rusia pun memanas. Baru-baru ini, Putin mengirim tiga brigade motor ke Chechnya, menguatkan rumor bahwa Chechnya akan memberontak!

Awal Mei lalu, Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov menyatakan ingin mundur. Tadinya diduga alasan pribadi, namun setelah itu, Kadyrov dua kali menolak menghadiri rapat penting di Moskow. Pada 26 Mei, bocoran dari dalam menyebutkan Putin mengirim tambahan pasukan ke Chechnya.

Kadyrov dikabarkan sudah memindahkan keluarganya dan hartanya ke Qatar. Ini membuat Putin murka. Chechnya memang punya sejarah pemberontakan: dua kali berusaha merdeka namun ditekan Putin. Meski Kadyrov tampaknya setia, dia seperti raja daerah dengan pasukan sendiri. Jika benar terjadi pemberontakan, daerah lain yang juga anti-Putin bisa ikut bergerak.

Jika itu terjadi, Putin bisa terjebak di dua front: perang luar dan krisis dalam negeri. Kekuasaan Putin bisa terguncang hebat!

NATO Buka Batasan Senjata Jarak Jauh untuk Ukraina

Di saat Putin sibuk dengan Chechnya, medan perang Ukraina makin panas. Pada 26 Mei malam, kabar besar muncul: NATO mencabut semua batasan senjata jarak jauh untuk Ukraina! Kini Ukraina bisa menyerang lebih jauh ke wilayah Rusia.

Salah satu senjata yang disebut sangat mengerikan bagi Rusia adalah rudal Taurus dari Jerman dengan jangkauan 500 km. Ini memungkinkan Ukraina menyerang 38 pangkalan udara Rusia, termasuk pangkalan angkatan laut di Novorossiysk, bahkan seluruh wilayah Moskow!

Rudal ini sangat presisi dan kuat, efektif menghancurkan target militer. Jika digunakan, ancaman bagi militer Rusia akan sangat besar.

Komandan Elit Rusia Tewas, Moral Jatuh

Di sisi lain, Rusia juga mengalami pukulan berat: Komandan Divisi Lintas Udara ke-76, Shikhabidov, tewas terbunuh. Ini adalah salah satu unit elite Rusia. Akibatnya, perayaan Hari Kemenangan di Krimea pun dibatalkan. Ini jelas merusak moral pasukan Rusia.

Trump Akan Keluarkan Sanksi Baru untuk Rusia

Menurut Wall Street Journal, Trump kemungkinan akan keluarkan sanksi baru untuk Rusia pekan ini, seperti sanksi keuangan dan tarif sekunder, jika Rusia tidak hentikan agresinya. Trump mengatakan:
“Putin tidak menyadari, kalau bukan karena saya, Rusia mungkin sudah mengalami hal-hal yang sangat buruk. Dia sedang bermain api!”

Ledakan Hebat di Pabrik Pestisida Shandong, Seperti Zona Perang

Di tengah kekacauan dunia, PKT juga dilanda bencana besar. Pada 27 Mei pukul 11:57 pagi, terjadi ledakan hebat di sebuah pabrik kimia di Gaomi, Shandong. Pabrik ini bukan sembarangan, melainkan produsen terbesar pestisida chlorpyrifos (dikenal di Taiwan sebagai Taurusong) di dunia, dengan kapasitas produksi 11.000 ton per tahun!

Ledakan menewaskan 5 orang, melukai 19 orang dan 6 orang masih hilang. Asap ledakan membumbung tinggi. Warga sekitar mengatakan rumah mereka bergetar hebat, bahkan bingkai kaca terlempar, peralatan rumah tangga terpental keluar rumah! Video memperlihatkan balkon rusak akibat gelombang kejut.

Siapa di Balik Pabrik Ini?

Pabrik ini dimiliki oleh Youdao Chemical, di mana saham mayoritas (97.375%) dimiliki oleh Haomai Chemical, yang sepenuhnya dikendalikan oleh Haomai Group. Pendiri dan ketua Haomai Group adalah Zhang Gongyun, juga anggota tetap legislatif Gaomi, dan tokoh terkemuka di kota tersebut.

Zhang memulai bisnisnya saat privatisasi BUMN di PKT tahun 1994. Dengan hanya RMB. 40.000 yuan dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, ia membeli aset pabrik bernilai RMB. 1 juta , yang saat itu berutang RMB.960.000 . Dengan “dukungan partai”, inilah cara banyak konglomerat PKT bangkit—mengambil alih aset negara dengan harga murah.

Kini, 30 tahun kemudian, Zhang Gongyun memiliki kekayaan sebesar RMB.11,869 miliar , menjadi orang terkaya nomor satu di Gaomi dan peringkat ke-7 di Shandong. Perusahaannya mendominasi pasar dunia dalam empat bidang: cetakan ban, katup udara, peralatan eksplorasi dasar laut, dan komponen gearbox turbin angin . Memiliki pangsa pasar nomor satu di dunia dalam empat segmen pasar, perusahaan ini disebut sebagai Raja Juara Tersembunyi Tiongkok.” (Hui/asr)