oleh Lin Yan
Pada Selasa (11 Juni), Salah seorang dosen asal Amerika Serikat yang mengajar di perguruan di Jilin telah ditikam oleh seseorang saat berada di Taman Beishan, Jilin, Tiongkok. Dalam wawancaranya dengan media AS ia menceritakan kejadian tersebut. Dosen tersebut mengatakan bahwa polisi Tiongkok memberitahunya bahwa pelaku adalah seorang pengangguran yang suasana hatinya sedang buruk.
Iowa Public Radio News (IPR) pada hari Selasa mewawancarai David Zabner, seorang dosen dari Cornell College yang dikirim ke Tiongkok tetapi tertikam oleh seseorang di taman.
(untuk mendengarkan wawancaranya : )
Ini adalah kunjungan keduanya ke Tiongkok.
David Zabner mengatakan, saat mereka sedang menuruni gunung, tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang yang berjalan di belakang.
“Saat berbalik badan saya melihat seorang pria berlari ke arah saya sambil mengacungkan pisau. Saya tidak langsung bereaksi dan menyadari apa yang terjadi. Saya pikir mungkin rekan saya telah didorong oleh seseorang, kemudian pria (yang memegang pisau) itu tampaknya juga ingin mencoba mendorong saya karena sesuatu hal”, kata Zabner kepada IPR News di kamar rumah sakit. “Saat saya melihat ke bahu saya baru menyadari bahwa saya telah tertikam”.
“Saya tertusuk dan berdarah”, katanya.
Foto dan video kejadian tersebut mulai beredar di situs media sosial Tiongkok, namun sebagian besar telah dihapus oleh pihak sensor dari Partai Komunis Tiongkok.
Dalam foto terlihat David Zabner terbaring miring sambil mengerutkan keningnya karena kesakitan. Zabner mengatakan bahwa paramedis tiba di TKP sekitar 20 menit setelah penikaman. Dalam foto tersebut, juga tampak ada guru lain di belakangnya yang punggungnya terus mengeluarkan darah. Dalam video lain, dia terdengar sedang mencoba menelepon ke rumah.
Zabner ditikam di lengannya, kira-kira enam inci dari bahu. Hingga Selasa pagi, dia bersama tiga rekannya yang juga mendapat penusukan masih dirawat di rumah sakit terdekat.
Senin pagi, Zabner dan tiga rekannya berencana pergi ke Sungai Songhua untuk menyaksikan kegiatan Festival Perahu Naga. Namun mereka menemukan terlalu banyak orang di tepi sungai sampai-sampai air sungai pun tidak kelihatan. Jadi, mereka beralih ke jalan-jalan di dekat Taman Beishan.
“Ini adalah sebuah taman hijau asri di pusat Kota Jilin dengan beberapa kuil Buddha dan jalur pejalan kaki yang indah. Dari puncak bukit kita bisa melihat pemandangan kota yang indah”, katanya.
Sejak tahun 2018, Cornell College telah menjalin kerja sama dengan Beihua University di Jilin, Tiongkok. Ketika Zabner pertama kali datang ke sini dengan program untuk mengajar kursus ilmu komputer pada tahun 2019, saat itu bulan November dan cuaca di Kota Jilin dingin, seperti musim dingin di Iowa.
“Saya sangat senang melihat Jilin di musim panas”, katanya.
Jadi dia kembali ke Tiongkok untuk mengajar pada tahun 2024. Ketika dia punya waktu luang, dia akan pergi jalan-jalan.
Polisi PKT mengatakan pelaku seorang pengangguran yang suasana hatinya sedang buruk
Mengutip apa yang disampaikan pihak kepolisian Tiongkok kepada mereka tentang kejadian tersebut, Zabner mengatakan : “Polisi memberitahu kami bahwa dia (pria pelaku penusukan) adalah seorang pengangguran yang susana hatinya sedang buruk. dan (juga mengatakan) bahwa salah seorang dari kita telah menabraknya, sehingga dia memutuskan untuk menanggapi dengan caranya sendiri”.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada hari Selasa menyatakan bahwa kasus penikaman 4 orang dosen dari Cornell College di Jilin adalah “peristiwa insidental”. Kemudian, Biro Keamanan Umum Kota Jilin mengeluarkan pengumuman yang mengatakan bahwa pihaknya telah menangkap pria tersangka penusukan yang bermarga Cui.
Menurut laporan informasi polisi yang dikeluarkan oleh Biro Keamanan Umum Kota Jilin Cabang Chuanying pada 11 Juni malam, bahwa insiden penusukan tersebut terjadi di Taman Beishan, Distrik Chuanying, Jilin pada 10 Juni pukul 11:49.
Menurut laporan, hasil investigasi kepolisian menyebutkan bahwa pelaku adalah seorang pria warga Distrik Longtan, Jilin bermarga Cui yang berusia 55 tahun. Pria tersebut mengaku telah bersenggolan dengan orang asing saat berjalan di Taman Beishan, kemudian menikam orang asing tersebut dan tiga orang asing lainnya dengan pisau yang dibawa, ia juga melukai seorang turis warga Tiongkok yang berusaha menghentikan serangannya.
Gambar dan diskusi tentang peristiwa penusukan itu dengan cepat dihapus oleh pihak berwenang sejak Senin. Stasiun televisi, surat kabar, dan situs web PKT semuanya mengutip apa yang dilaporkan secara resmi tanpa berani menambah atau menguranginya.
Bahkan laporan tidak resmi dari Phoenix.com dan NetEase – yang isinya adalah tweet dari Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi tabloid nasional Global Times mengenai masalah ini, yang nadanya pro-pemerintah —- semuanya menunjukkan 404.
Hingga Selasa siang, setelah pejabat Tiongkok memberikan pernyataan mengenai masalah ini, sensor online telah mereda dan beberapa komentar kecil mulai muncul.
Beberapa netizen Tiongkok menyebutnya sebagai insiden yang “mengerikan”, sementara yang lain mempertanyakan mengapa media Tiongkok tidak melaporkan insiden serangan tersebut. Dalam konteks Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang terus gencar mempropagandakan nasionalisme dan meningkatnya sentimen anti-Amerika Serikat, beberapa orang khawatir bahwa serangan tersebut dapat mempengaruhi citra global Tiongkok dan kesediaan orang asing untuk melakukan perjalanan ke Tiongkok.
Meskipun penggunaan senjata api dikontrol dengan ketat di Tiongkok, tetapi serangan dengan senjata tajam sering terjadi. Tiongkok telah menyaksikan serangkaian insiden penikaman di tempat-tempat umum seperti sekolah dan rumah sakit. Namun serangan publik terhadap orang asing jarang terjadi.
“Empat orang asing berjalan-jalan di taman dengan ditemani oleh seorang warga lokal. Jika saja memang terjadi senggolan badan, guna terjadi salah paham, warga lokal tersebut akan tampil terlebih dahulu, entah memberi penjelasan, minta maaf atau lainnya agar masalah tidak berkepanjangan. Kenapa pria tersebut langsung melakukan penikaman terhadap orang asing ? Selain itu, di lingkungan seperti Tiongkok, siapa yang keluar rumah dengan membawa senjata tajam ?” tulis seorang netizen Tiongkok di media sosial.
Beberapa orang juga mempertanyakan soal laporan polisi : “Tidak peduli siapa yang bersenggolan dengan seseorang, orang Barat biasa akan mengucapkan sorry, dan tidak akan ada pertengkaran hanya karena insiden kecil di jalanan. (Insiden ini) jangan-jangan senggolan yang disengaja untuk menimbulkan masalah, atau (laporannya) yang tidak benar”.
Korban berharap sesegera mungkin pulang ke Amerika Serikat
Zabner mengatakan kepada IPR News bahwa dia berterima kasih atas kepedulian dan doa dari masyarakat di seluruh negeri, serta bantuan dari konsulat AS dan delegasi kongres Iowa. Dia mengatakan bahwa dirinya berharap untuk sesegera mungkin pulang ke Iowa.
Saudara laki-laki Zabner adalah Anggota DPR Negara Bagian Iowa, Adam Zabner. Adam mengatakan kepada CNN pada hari Selasa bahwa adiknya David Zabner berada dalam kondisi baik dan lukanya telah dijahit dan mulai pulih.
Adam mengatakan tiga korban lainnya juga selamat dari serangan itu, tetapi dirinya tidak dapat berkomentar mengenai kesehatan mereka saat ini.
Kepada CNN ia mengatakan : “Saya sangat bersyukur saudara saya selamat dari serangan itu”.
“Harapan keluarga saya adalah memulangkan saudara laki-laki saya secepat mungkin agar kesehatan mereka cepat pulih. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Luar Negeri AS atas semua bantuan yang diberikan, serta delegasi federal kami dari Iowa, yang telah sangat membantu mereka”.
Para pemimpin negara bagian dan delegasi kongres Iowa telah menghubungi keluarga Zabner.
Perwakilan AS Ashley Hinson, yang distriknya mencakup Cornell College mengeluarkan pernyataannya lewat platform media sosial “X”.
“Tim saya telah melakukan kontak dengan Cornell College dan kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memulangkan warga Iowan ini. Saya berharap semua orang bisa pulang dengan selamat”, tulisnya.
Keluarga Zabner tinggal di distrik kekuasaan Rep. AS Mariannette Miller-Meeks.
Mariannette Miller-Meeks mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kantornya bekerja sama dengan Kedutaan Besar AS untuk memastikan keempat korban menerima perawatan yang mereka butuhkan dan meninggalkan Tiongkok dengan selamat. (sin)