Home Blog Page 527

Polisi Hong Kong Menangkap 2 Orang Pada Malam Menjelang Peringatan Pembantaian Lapangan Tiananmen, Mengancam Jurnalis The Epoch Times

Pada  3 Juni, menjelang peringatan Pembantaian Lapangan Tiananmen, polisi Hong Kong menangkap seorang pria berusia 62 tahun, sehingga total ada delapan orang yang ditangkap

 Leo Cheung dan Cindy Li

Menjelang peringatan 35 tahun pembantaian Lapangan Tiananmen, polisi Hong Kong menangkap seorang pria berusia 62 tahun sehubungan dengan penangkapan tujuh orang sebelumnya karena postingan yang berkaitan dengan tanggal 4 Juni, yang adalah seorang seniman jalanan, dan polisi Hong Kong mengancam jurnalis The Epoch Times untuk siaran langsung.

Pada  3 Juni, polisi Hong Kong mengatakan mereka menangkap seorang pria berusia 62 tahun karena “Pelanggaran Sehubungan dengan Niat Menghasut.” Siaran pers mengatakan penangkapan pria itu sehubungan dengan penangkapan tujuh orang sebelumnya karena menerbitkan postingan yang berkaitan dengan “tanggal yang sensitif”. Tanggal yang sensitif yang dimaksud tampaknya merujuk pada 4 Juni, hari peringatan pembantaian Lapangan Tiananmen.

Padahal dalam siaran persnya tidak disebutkan nama pria yang ditangkap itu, media setempat mengidentifikasi pria itu sebagai paman Tonyee Chow Hang-tung, seorang pengacara yang terkenal, aktivis, dan mantan Ketua Aliansi Hong Kong dalam Dukungan terhadap Gerakan Demokrasi Patriotik Tiongkok, kelompok di balik acara tahunan Pembantaian Lapangan Tiananmen di Hong Kong(seterusnya disebut sebagai “Aliansi”).

Artis Ditahan

Sekitar pukul 21.00 pada 3 Juni, polisi menahan Sanmu Chen, seorang artis pertunjukan, di luar Sogo Department Store.

Sanmu Chen menirukan adegan sedang minum dan mengangkat dua jari ke langit di depan sebuah kendaraan polisi tanpa berbicara. Ia segera dikelilingi oleh petugas, yang memasang garis polisi untuk penyelidikan. Setelah sekitar lima menit, Sanmu Chen dibawa pergi dengan kendaraan polisi. Polisi kemudian menyatakan bahwa seorang pria menyebabkan gangguan dibawa ke kantor polisi untuk diselidiki dan dibebaskan tanpa syarat setelah ditanyai.

Sanmu Chen ditahan oleh polisi pada 3 Juni 2023 karena berteriak,“Wahai warga Hong Kong, jangan takut! Ingat tanggal 4 Juni [Pembantaian Tiananmen],” menurut reporter The Epoch Times dan reporter lain di tempat kejadian.

Jurnalis Foto Terancam

Sekitar pukul 16.00 pada 3 Juni, Kiri Choy, jurnalis foto The Epoch Times, sedang siaran langsung di luar Sogo Department Store di Causeway Bay, Hong Kong, ketika seorang kepala inspektur dan seorang petugas berpakaian preman turun tangan. Mereka mengatakan siaran langsung yang dilakukan Kiri Choy dapat “menyebabkan pengerahan polisi dan menghalangi tugas mereka”.

Kedua orang itu mengancam akan menangkap jurnalis tersebut jika tetap melanjutkan siaran langsung.

Setelah menghentikan siaran langsung, Kiri Choy berbicara dengan para petugas dan menunjuk ke outlet-outlet media lain di tempat kejadian yang juga sedang syuting.

Para petugas bersikeras bahwa Kiri Choy telah menargetkan operasi polisi, meminta Kiri Choy untuk “mempertimbangkan perasaan polisi,” dan memperingatkan Kiri Choy bahwa “jika anda menargetkan polisi, anda akan mendapat masalah.”

Kiri Choy kemudian menghubungi tim penghubung media polisi dan secara lisan diberitahu bahwa siaran langsung diizinkan di tempat.

Selain itu, menurut Kiri Choy, polisi memeriksa dan mencatat identitas para jurnalis yang hadir, menanyakan beberapa daerah tempat tinggal para jurnalis, dan mengatakan bahwa mereka sedang berusaha mendapatkan nama-nama media tersebut.

4 Juni 1989

Pada 4 Juni 1989, rezim komunis Tiongkok mengirimkan pasukan dan tank ke jantung ibukota Tiongkok dan menembaki mahasiswa yang sedang berunjuk rasa yang tidak bersenjata yang menyerukan demokrasi dan masyarakat yang lebih terbuka. Sejak itu, apa pun yang dikatakan mengenai insiden tersebut telah disensor secara ketat oleh rezim di Tiongkok daratan.

Selama tiga dekade terakhir, Hong Kong sebagai bekas jajahan Inggris tetap menjadi satu-satunya tempat di tanah Tiongkok di luar Taiwan yang menjadi tuan rumah acara penyalaan lilin oleh masyarakat skala besar untuk mengenang ribuan mahasiswa yang terbunuh di tangan Partai Komunis Tiongkok.

Nyala lilin terakhir yang diselenggarakan oleh Aliansi di Victoria Park dilakukan pada tahun 2019, menandai peringatan 30 tahun pembantaian tersebut.

Pada 2020 dan 2021, otoritas Hong Kong melarang pertemuan peringatan pembantaian tersebut tersebut, mengutip adanya pandemi.

Pada September 2021, setelah berlakunya Undang-Undang Keamanan Nasional, para pemimpin Aliansi ditangkap, dan Aliansi dibubarkan. Sejak itu, acara menyalakan lilin dihentikan, meskipun warga  menemukan cara lain untuk memperingati pembantaian Lapangan Tiananmen di sekitar Causeway Bay dekat

Victoria Park, warga sering menghadapi tindakan polisi.

Lautan cahaya lilin yang dipegang puluhan ribu orang yang berkabung yang dulunya memenuhi Taman Victoria telah digantikan, untuk tahun kedua berturut-turut, dengan pameran dan karnaval oleh kelompok pro-Beijing. Pada tanggal 3 Juni, lebih dari seratus petugas polisi, beberapa petugas polisi mengenakan rompi taktis, dikerahkan di area tersebut, dengan kendaraan lapis baja, mobil polisi, dan bus taktis ditempatkan di dekatnya.

Delapan Orang Ditangkap karena Memperingati Pembantaian Lapangan Tiananmen

Tahun 2024 menandai peringatan Pembantaian Lapangan Tiananmen yang pertama di bawah undang-undang Pasal 23 yang baru di Hong Kong, yang sejak diperkenalkan pada Maret, telah menambah kekhawatiran akan terkikisnya kebebasan warga Hong Kong dengan memperluas kekuasaan pihak berwenang untuk menghadapi tantangan yang mungkin terjadi dalam aturannya, termasuk menghukum pengkhianatan dan pemberontakan hingga seumur hidup penjara.

Ronny Tong Ka-wah, seorang penasihat senior dan anggota non-resmi Dewan Eksekutif Hong Kong, tidak percaya bahwa kegiatan-kegiatan berkabung itu bersifat hasutan, dan warga yang memegang lilin di Victoria Park bukanlah tindakan ilegal selama tidak berdampak pada orang lain.

“Secara umum, anda seharusnya dapat melakukannya sendiri tanpa mempengaruhi orang lain,” kata Ronny Tong Ka-wah pada tanggal 2 Juni, mencatat bahwa aktivitas ilegal terjadi pada saat yang sama di tempat kejadian, kecurigaan mungkin timbul.

Namun, pada 28 Mei, polisi Hong Kong menangkap enam orang yang memperingati pembantaian tersebut, termasuk nyonya Chow, 39 tahun; ibunda nyonya Chow, Chow Lau Wah-chun, 65 tahun; mantan anggota Komite Tetap Aliansi Lau Ka-yee, 51 tahun, dan Kwan Chun-bong, 52 tahun; mantan Anggota Dewan Distrik Tsuen Wan yang pro-demokrasi Katrina Chan Kim-kam, 37 tahun; dan dokter gigi Lee Ying-chi, 55 tahun atas tuduhan melanggar Pasal 24 UU Keamanan Nasional, yang berkaitan dengan “menghasut terjadinya subversi.”

Istri Kwan Chun-bong, Poon Yau-chui ditangkap pada 29 Mei. Kecuali nyonya Chow, yang lainnya kemudian dibebaskan dengan jaminan.

Polisi menuduh nyonya Chow telah menggunakan setidaknya tujuh orang yang ditangkap itu untuk secara anonim memposting pesan-pesan hasutan sejak April. Salah satu wanita yang ditangkap, berusia 53 tahun, ditemukan telah berlangganan sebuah platform online untuk mendanai para aktivis sosial Hong Kong yang berada di pengasingan, termasuk Nathan Law, berjumlah sekitar HK$140.000 (USD 17.907). (vv)

Pria di Malaysia Berusia 80 Tahun dan Istri 42 Tahun Sambut Anak Pertama

EtIndoensia. Bagi sebagian orang, memiliki anak menjadi kekhawatiran yang semakin besar seiring bertambahnya usia. Namun, sebuah kisah yang mengharukan menawarkan harapan: seorang pria berusia 80 tahun dan istrinya yang berusia 42 tahun dari Malaysia baru-baru ini menjadi viral di TikTok karena menyambut anak pertama mereka.

Sang ibu Zaleha Zainul Abidin menceritakan bahwa dia dan suaminya, Yob Ahmad, pensiunan pegawai Otoritas Pengembangan Pertanahan Federal (FELDA), menyambut bayi perempuan mereka, Nur, pada tanggal 31 Mei.

Pasangan ini telah menikah selama 10 tahun.

Pada awalnya Yob Ahmad tidak terlalu memikirkan anak-anak karena dia sadar akan usia tuanya, katanya kepada Harian M1etro. Ia juga sudah dikaruniai empat orang anak dari pernikahan sebelumnya.

Sementara itu, Zaleha, yang mengira dirinya telah mengalami menopause, terkejut saat mengetahui bahwa dirinya sedang hamil tiga bulan.

“Ini yang kita sebut berkah, saya sangat bersyukur. Bahkan anak-anak saya yang lebih tua dari pernikahan saya sebelumnya pun ikut bersemangat, karena mereka sudah lama tidak mempunyai saudara baru,” kata Zaleha kepada Harian Metro.

Zaleha memiliki tiga anak berusia 12, 14, dan 16 tahun dari pernikahan sebelumnya.

Dia juga bercerita bahwa dia pernah hamil lima tahun lalu namun sayangnya mengalami keguguran.

“Dengan kata lain…Anda tidak bisa hamil lagi sampai Anda tidak memikirkan usia,” jelasnya.

Saat ditanya rahasia kesehatannya, Yob mengatakan bahwa dia jarang berolahraga tapi mengonsumsi jamu.

Dia juga menambahkan bahwa dia tidak banyak makan dan tidur, namun suka menghabiskan waktu untuk bermeditasi, ujarnya kepada Harian Metro. (yn)

Sumber: mustsharenews

Filipina Menuduh Tiongkok Merebut Persediaan Pangan Filipina di Pos Laut Tiongkok Selatan di Wilayah Filipina

Aaron Pan

Ketegangan di Laut Tiongkok Selatan meningkat menyusul sebuah insiden di mana kapal-kapal Tiongkok diduga merampas persediaan makanan dan obat-obatan untuk personel militer Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal.

Militer Filipina menyatakan bahwa kapal-kapal Tiongkok mencegat dan merampas salah satu dari empat paket makanan yang diterjunkan dari udara ke pos terdepan Filipina di wilayah perairan yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan pada 19 Mei.

Persediaan makanan tersebut dimaksudkan untuk Marinir Filipina yang berada di kapal BRP Sierra Madre, sebuah kapal angkatan laut yang sengaja dikandangkan dan bertugas sebagai pos terdepan Filipina sejak tahun 1999 di Kepulauan Spratly yang disengketakan.

Menurut pejabat militer Filipina, Penjaga Pantai Tiongkok telah bergerak secara agresif, dengan dua perahu karet berlambung kaku datang dalam jarak 10 meter (11 yard) dari Sierra Madre, untuk merampas paket-paket tersebut. Rekaman yang dirilis oleh militer Filipina menunjukkan empat perahu motor berlomba secara berbahaya untuk mengambil barang-barang yang terapung di laut itu.

Panglima Militer Filipina Jenderal Romeo Brawner berspekulasi bahwa Tiongkok mungkin mencari bahan-bahan konstruksi dalam paket-paket itu untuk memperkuat kapal-kapal yang menua. Personil Tiongkok membuka paket-paket dan membuang barang-barang itu ke laut setelah menemukan bahwa barang-barang itu berisi makanan, demikian kata Jenderal Romeo Brawner.

Media pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa Angkatan Laut Filipina menodongkan senjata ke arah Penjaga Pantai Tiongkok. Angkatan Bersenjata Filipina menolak klaim ini dalam pernyataannya, menggambarkan tindakan mereka sebagai tindakan pencegahan yang diperlukan, karena tindakan provokatif yang dilakukan Penjaga Pantai Tiongkok.

Insiden tersebut merupakan perkembangan terbaru dari serangkaian konfrontasi antara kedua negara di kawasan tersebut. Filipina sering mengutip putusan arbitrase internasional tahun 2016 yang membatalkan klaim ekstensif Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, yang menegaskan bahwa Second Thomas Shoal termasuk dalam wilayah zona ekonomi eksklusif Filipina.

Tiongkok mengklaim menguasai hampir seluruh Laut Tiongkok Selatan sebagai perairannya, sebuah rute penting bagi perdagangan maritim tahunan senilai lebih dari USD 3 triliun, saling tumpang tindih dengan wilayah yang diklaim oleh Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Pada 2016, Pengadilan Permanen Arbitrase memutuskan klaim Tiongkok tidak memiliki dasar hukum berdasarkan hukum internasional. Meskipun demikian, Beijing mengabaikan putusan tersebut.

Dalam beberapa bulan terakhir, terdapat banyak laporan mengenai konfrontasi di Laut Tiongkok Selatan antara kedua negara. Pada akhir bulan Maret, Filipina menuduh sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok menggunakan meriam-meriam air menyerang kapal Filipina, menyebabkan tiga pelaut Filipina cedera.

Sebelumnya, dalam insiden terpisah, setidaknya ada empat awak kapal asal Filipina terluka oleh pecahan kaca setelah serangan meriam air Tiongkok yang lain. Filipina memanggil seorang diplomat Tiongkok untuk memprotes insiden tersebut, dan menyebutnya sebagai “tindakan agresif.”

‘Tindakan Perang’

Minggu lalu, pada konferensi keamanan Dialog Shangri-La tahunan di Singapura, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. memperingatkan “tindakan perang” yang dilakukan rezim Tiongkok jika Beijing melewati garis merah.

Dalam pidato utamanya, Ferdinand Marcos Jr. mengecam tindakan-tindakan ilegal, memaksa, dan agresif di Laut Tiongkok Selatan. Ferdinand Marcos Jr. mengatakan Filipina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya mempunyai visi untuk “perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran” di Laut Tiongkok Selatan, namun hal ini dirusak oleh pelaku-pelaku lainnya, tanpa menyebut Tiongkok.

“Sayangnya, visi ini masih jauh dari kenyataan saat ini. Tindakan-tindakan ilegal, memaksa, dan agresif dan menipu terus-menerus melanggar kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi kami,” kata Ferdinand Marcos Jr.

Setelah pidatonya itu, Ferdinand Marcos Jr. menyerukan keamanan di Laut Tiongkok Selatan yang dilalui sejumlah besar perdagangan, merupakan isu global. Belakangan, seorang reporter bertanya kepada Ferdinand Marcos Jr. apakah Tiongkok akan melewati “garis merah” jika salah satu kapal penjaga pantai Tiongkok membunuh seorang wargnegara Filipina dengan meriam air.

“Jika seorang warganegara Filipina terbunuh karena tindakan yang disengaja, itu hampir sama dengan apa yang kami definisikan sebagai tindakan perang,” kata Ferdinand Marcos Jr. “Kami tidak akan mengubah keputusan kami. Apakah itu adalah garis merah? Hampir pasti.” (vv)

Seorang Bersenjata Melepaskan Tembakan ke Kedutaan Besar Amerika Serikat di Lebanon

oleh Li Haoyue

Pada Rabu (5 Juni), militer Lebanon menyatakan bahwa seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke Kedutaan Besar AS di Beirut, ibu kota Lebanon, telah ditangkap setelah terluka dalam baku tembak dengan tentara. Serangan itu terjadi ketika sekutu AS, Israel, mengisyaratkan akan segera melancarkan serangan terhadap kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran.

Militer Lebanon mengatakan pria bersenjata itu adalah warga negara Suriah. Anggota tentara yang ditempatkan di wilayah itu yang melumpuhkan pria penembak tersebut, dan membawanya ke rumah sakit untuk merawat lukanya. Pasukan Libanon sedang mencari kemungkinan adanya pria bersenjata lainnya yang juga terlibat.

Kedutaan Besar AS di Lebanon mengatakan bahwa staf dan pekerja kedutaan berada dalam kondisi aman setelah penembakan berskala kecil di dekat pintu masuk kedutaan terjadi pada pagi hari itu. Duta Besar AS Lisa Johnson saat ini sedang melakukan perjalanan ke luar Lebanon. Demikian informasi yang diberikan oleh sumber diplomatik kepada jurnalis Reuters.

Sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada Reuters pada Rabu pagi, bahwa seorang anggota tim keamanan kedutaan Lebanon mengalami luka ringan. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan kemudian mengkonfirmasi kepada NBC News bahwa seorang penjaga keamanan Lebanon terluka dan sedang menerima perawatan.

Pada 5 Juni, Kedutaan AS mengatakan bahwa kegiatan untuk umum akan ditutup untuk sementara waktu,  tetapi kemudian diralat dengan mengatakan bahwa Kamis (6 Juni) kegiatan untuk melayani umum sudah bisa berlangsung seperti biasa.

Baku tembak berlangsung sekitar setengah jam pada Rabu pagi dan melibatkan setidaknya satu penyerang, demikian menurut laporan media lokal. Meski belum diketahui apa motif serangan tersebut. Namun, media Lebanon merilis foto-foto yang menunjukkan seorang penyerang mengenakan rompi hitam dengan tulisan “Negara Islam” dalam bahasa Arab dan huruf “ISIS” tercetak di atasnya.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun pejabat senior keamanan Lebanon lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa militer Lebanon sedang menyelidiki kemungkinan penembak tersebut berkaitan dengan kelompok ISIS. Selain itu, militer juga telah menahan dua orang syekh serta keluarga penyerang untuk dimintai keterangan.

Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan dia sedang menindaklanjuti masalah ini bersama menteri pertahanan dan pasukan keamanan.

Lebanon, yang berbatasan dengan Israel di utara, telah menderita kesengsaraan ekonomi dan kekacauan politik selama bertahun-tahun.

Pada tahun 1983, ledakan fatal terjadi di Kedutaan Besar AS di Beirut, menewaskan 63 orang. Para pejabat AS menyalahkan Hizbullah atas serangan itu. Kedutaan Besar AS kemudian dipindahkan ke pinggiran utara ibu kota, di zona yang cukup aman dengan penempatan beberapa pos pemeriksaan di jalan menuju akses masuk gedung.

Pada  September tahun lalu, terjadi penembakan di dekat kedutaan. Untungnya tidak terjadi korban.

Pada pertengahan  Oktober tahun lalu, di awal perang Israel – Hamas, belasan orang melakukan unjuk rasa di luar gedung Kedutaan Besar AS. Pasukan keamanan Lebanon menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan mereka.

Sejak perang Israel – Hamas, Lebanon telah menjadi medan pertempuran antara Hizbullah Lebanon yang didukung Iran dengan Israel.

Menurut data yang dikumpulkan Israel, bahwa sejak sekutu Hizbullah, Hamas menyerang Israel dari Gaza pada 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 250 orang warga Israel, kelompok Hizbullah hampir setiap hari melancarkan serangan terhadap sasaran Israel di perbatasan.

Hizbullah menyatakan bahwa pihaknya baru akan menghentikan serangannya jika Israel tidak menyerang Jalur Gaza.

Puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan Israel – Lebanon terpaksa meninggalkan rumah mereka di tengah kekhawatiran akan meningkatnya perang.

Panglima militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan pada Selasa (4 Juni) bahwa tentara Israel sudah siap untuk “melancarkan serangan ke utara”.

“Kami sedang mendekati titik keputusan”, katanya dalam sebuah pernyataan yang direkam.

“Bagaimana pun kami akan memulihkan keamanan di utara”, kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu saat berkunjung ke kota Kiryat Shmona di Israel utara yang dekat perbatasan Lebanon.

“Selama mereka menyebabkan kehancuran di sini, tidak akan ada perdamaian di Lebanon”. Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel yang bergaris keras mengatakan dalam sebuah pernyataan video setelah memeriksa kota di utara tersebut. “Kita harus membakar seluruh benteng Hizbullah dan menghancurkannya. Perang !”

Selama ini Amerika Serikat terus melakukan upaya diplomatik untuk meredakan konflik kekerasan di wilayah perbatasan kedua negara. (sin)

Boeing Berhasil Membawa Manusia ke Stasiun Luar Angkasa

oleh Yu Liang

Pada Rabu (5 Juni), Starliner Boeing berhasil melakukan penerbangan luar angkasa berawak ke Stasiun Luar Angkasa Internasional, mencapai misi sebagaimana yang dicapai SpaceX, perusahaan milik Elon Musk.

Astronot NASA Barry “Butch” Wilmore dan Sunita Williams, menaiki Starliner Boeing, berangkat dari Florida pada pukul 10:52 ET pada hari Rabu. Pesawat tersebut lepas landas dari Cape Canaveral di Florida menuju ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Ini adalah penerbangan luar angkasa berawak pertama bagi perusahaan Boeing.

Setelah memasuki orbit, kedua orang astronot juga berencana menguji kontrol manual dan berencana berlabuh di stasiun luar angkasa pada hari Kamis (6 Juni) siang. Jika semuanya berjalan lancar maka Starliner dan kedua astronot akan kembali ke Bumi pada 14 Juni.

Untuk memastikan perjalanan menuju dan dari stasiun luar angkasa tidak terganggu, Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) bekerja sama dengan SpaceX untuk melakukan total 13 penerbangan, 12 di antaranya menuju stasiun luar angkasa.

Dua upaya penerbangan pertama Boeing tahun ini dibatalkan pada menit terakhir.

Upaya peluncuran pertama pada 6 Mei dibatalkan karena kerusakan katup yang kemudian diganti.

Rencana peluncuran pada 1 Juni juga dibatalkan karena kegagalan sistem komputer.

Boeing mengatakan bahwa untuk menjamin keamanan dalam penerbangan, pihaknya telah melakukan sejumlah besar peningkatan dan perbaikan yang diperlukan. (sin)

“Gadis Dibonceng Bersepeda” BMW VS Sepeda! Siapa yang Akan Menang dalam Mengejar Kebahagiaan?

0

Xinyi berbeda dari mantan pacar Xiaoshan sebelumnya. Sifat-sifat yang dimiliki Xinyi sangat menarik bagi Xiaoshan, namun cinta mereka mendapat penolakan keras dari orang tua Xiaoshan. Akibat tekanan ini, Xiaoshan terpaksa berpisah dengan Xinyi. Meski sudah berpisah, bayangan Xinyi tetap membayangi pikirannya.

Gunung Terpendek di Jepang Tingginya Hanya 6,1 Meter

EtIndonesia. Gunung Benten, di Prefektur Tokushima, dianggap sebagai gunung alami terpendek di Jepang dengan tinggi hanya 6,1 meter dan diameter di bagian bawah 60 meter.

Terletak di tengah sawah subur di sepanjang Jalan Prefektur 10 Tokushima, Gunung Benten adalah gunung terpendek di Jepang dan salah satu gunung terpendek di dunia.

Rata-rata orang hanya membutuhkan satu menit untuk mencapai puncak, namun lebih dari 10.000 orang melakukan perjalanan ke sini setiap tahun untuk tujuan khusus ini.

Bagi sebagian orang, mendaki gunung setinggi 6,1 meter merupakan hal yang baru, sebagian lainnya datang untuk mengagumi pohon lilin, bunga kamelia, dan bunga lain yang menjadikan bebatuan sebagai rumah mereka, dan sebagian lagi melakukan perjalanan singkat untuk mencapai Kuil Itsukushima yang dibangun untuk menghormati Benzaiten, dewi kebijaksanaan.

Gunung Benten secara resmi dibuka untuk wisatawan pada tanggal 1 Juni, ketika acara “Pendakian Pertama Tahun Baru” diselenggarakan di sini oleh organisasi nirlaba setempat.

Pengunjung yang mencapai puncak setinggi 6,1 meter pada hari ini akan diberi Sertifikat Bukti Penskalaan, dengan sedikit biaya.

Sepanjang tahun, gunung terpendek di Jepang ini menjadi tuan rumah berbagai acara, mulai dari festival bunga sakura hingga upacara pernikahan.

Tidak mengherankan, Benten bukan hanya gunung terpendek namun juga gunung teraman di Jepang, dan tidak ada laporan kecelakaan atau orang hilang yang pernah tercatat di sini.

Sebagai perbandingan, gunung tertinggi di Jepang, Gunung Fuji, tingginya 3.776 meter.(yn)

Sumber: odditycentral

Pramugari Mengungkapkan Satu Hal yang Harus Selalu Anda Kemas dalam Koper Anda

EtIndonesia. Seorang mantan pramugari mengungkapkan barang yang wajib ada di koper Anda.

Semua orang tahu bahwa berkemas-kemas saat hendak bepergian adalah salah satu hal paling menegangkan dalam hidup.

Tidak ada seorang pun yang senang melakukannya dan, apa pun yang terjadi, kita selalu melupakan sesuatu.

Untungnya kita hidup di era media sosial dan kita tidak kekurangan nasihat luar biasa dari pramugari dan staf bandara.

Baik saat kita mengambil tip dan trik bagus dari TikTok atau menjelajahi forum Reddit untuk mencari informasi yang akan membuat hidup kita jauh lebih mudah – kita tidak pernah kecewa.

Maksud saya, sejak saya mengetahui bahwa mengikatkan pita di sekitar koper adalah hal yang dilarang, saya jadi ketagihan untuk mempelajari semua yang saya bisa.

Jika Anda melewatkannya, ternyata hal itu dapat membuat tas Anda tidak bisa dibawa ke penerbangan – pertanda hari-hari yang menegangkan saat mencoba melacak bagasi yang hilang.

John, petugas bagasi di Bandara Dublin, mengatakan kepada RSVP Live: “Pita yang diikatkan orang ke koper mereka untuk membantu mengidentifikasinya dapat menyebabkan masalah saat tas dipindai di ruang bagasi.

“Jika tas tidak dapat dipindai secara otomatis, tas tersebut dapat diproses secara manual, yang berarti tas Anda tidak dapat dibawa ke penerbangan.”

Dan kini, mutiara hikmah berlanjut dengan mantan pramugari yang membantu membagikan apa yang harus selalu Anda masukkan ke dalam koper.

Ternyata itu informasi kontak Anda.

Meskipun kita hidup di era digital, sangat penting untuk menuliskan hal ini.

Orang yang tidak disebutkan namanya itu melalui Reddit memberi saran: “Masukkan informasi kontak Anda ke dalam setiap tas yang Anda periksa, di setiap saku luar dan dalam.

“Tas bisa terkoyak di mesin yang memindahkan tas, ban berjalan bisa menjatuhkannya ke tanah, dan banyak lagi. Lebih baik mereka punya cara untuk menghubungi Anda.”

Itu sangat masuk akal.

Dan masih ada lagi…

  • Letakkan barang-barang rapuh di tengah koper Anda – jika tas Anda dimuat sambil berdiri atau berbaring di ruang kargo, barang-barang rapuh Anda akan lebih terlindungi.
  • Pastikan koper terkunci dengan tepat – tidak semua orang di maskapai penerbangan jujur.
  • Dapatkan penutup koper – ini membuat identifikasi tas Anda lebih mudah (dan menyelesaikan masalah pita!)
  • Ambil foto barang berharga, seperti barang elektronik dan sejenisnya meskipun Anda membawa tas ke dalam pesawat serta foto koper Anda – Anda akan memerlukan informasi tersebut jika tas Anda hilang.
  • Lampirkan label alamat ke tas Anda – jika orang lain mengambilnya dan mengira itu miliknya, masalahnya mudah diselesaikan.
  • Hapus stiker dari tujuan sebelumnya dari tas Anda – ini membuat pekerjaan -penangan bagasi lebih mudah dan berarti barang tersebut akan berakhir di lokasi yang tepat.
  • Periksa roda, resleting, dan pegangan Anda – jika terjadi kesalahan setelah Anda menyerahkan tas, itu bisa berakhir buruk.
  • Selalu bawa obat-obatan Anda, bukan di tas terdaftar Anda -penerbangan tertunda, tas hilang dan yang terbaik adalah membawanya.

Anda mungkin harus menuliskan semuanya! (yn)

Sumber: tyla

Pria Menyelamatkan Anak Kucing dari Jalan, Memberinya Kesempatan Kedua

EtIndonesia. Di dunia yang sayangnya sering kali dipenuhi dengan cerita tentang penelantaran dan kekejaman terhadap hewan, muncul juga cerita tentang belas kasih dan keberanian yang luar biasa. Inilah yang terjadi pada Joseph Logiudice, seorang pria muda yang tanpa ragu-ragu memberikan kesempatan kedua pada seekor anak kucing dengan tindakan heroik.

Bagaimana kejadian itu terjadi?

Seekor anak kucing yang baru lahir mendapat kesempatan hidup kedua berkat tindakan heroik seorang pria di Dutchess County, New York. Saat dia berkendara, dia menyaksikan tindakan yang sangat buruk: Seseorang melemparkan seekor anak kucing dari jendela mobilnya dan meninggalkannya di tengah salah satu jalan paling ramai di daerah itu.

Ini adalah tindakan yang cukup kejam yang bisa membuat banyak orang terdiam dan tidak bisa bertindak. Namun, pria dalam cerita ini tidak terintimidasi dan tanpa ragu keluar dari mobilnya untuk menyelamatkan anak kucing tersebut. Dia mengamankannya di dalam mobilnya dan hewan yang ketakutan itu segera bersembunyi di dalam dasbor.

Anak kucing tersebut kemudian dibawa ke penampungan hewan setempat dan diberi nama Paradise, sebagai penghormatan kepada lagu “Paradise by the Dashboard Light”. Dirawat, dipeluk, dan ditempatkan dengan baik, kini anak kucing itu menunggu untuk diadopsi, yang akan memberinya kehidupan yang lebih tenang dengan perhatian dan cinta yang layak ia dapatkan.

Apa yang harus dilakukan jika melihat penelantaran hewan?

Cerita Joseph Logiudice menunjukkan betapa pentingnya mengetahui bagaimana bertindak ketika menyaksikan penelantaran hewan.

Pertama, pastikan bahwa hewan tersebut tidak berada dalam bahaya langsung. Hentikan kendaraan Anda di tempat yang aman, seperti yang dilakukan Logiudice, dan dekati dengan hati-hati agar tidak menambah ketakutan hewan tersebut. Jika hewan itu berada dalam situasi berbahaya, misalnya di tengah jalan yang ramai, usahakan untuk segera membawanya ke tempat yang aman.

Segera hubungi layanan darurat setempat, seperti polisi atau dinas perlindungan hewan, dan laporkan apa yang terjadi serta minta bantuan. Berikan semua informasi yang diperlukan, termasuk lokasi tepat dan deskripsi hewan.

Jika Anda bisa membawa hewan tersebut, seperti yang dilakukan Logiudice, hubungi penampungan hewan terdekat. Fasilitas ini memiliki sumber daya dan tenaga ahli yang dapat merawat hewan tersebut dan menemukan solusi jangka panjang untuknya.

Setelah kondisi hewan stabil, Anda juga bisa mempertimbangkan untuk mengadopsinya jika Anda memiliki kemampuan untuk itu.

Setiap tindakan kecil bisa membuat perbedaan besar dalam kehidupan hewan yang ditelantarkan. Seperti yang ditunjukkan oleh tindakan heroik Joseph Logiudice, intervensi awal dan belas kasih bisa mengubah situasi putus asa menjadi cerita harapan dan penyelamatan. (yn)

Sumber: klickdasvideo

Lapangan yang Berlumuran Darah

oleh Ma Jian

Saat saya berdiri di ruang konferensi Persatuan Antar Parlemen Inggris, menampilkan foto-foto yang saya ambil 35 tahun lalu di Lapangan Tiananmen, sebuah aksi mogok makan mahasiswa, Presiden Rusia Vladimir Putin berdiri di Lapangan Tiananmen, melangkah di atas karpet berwarna merah darah yang ditata oleh pemimpin Tiongkok Xi Jinping.

Tiga puluh lima tahun yang lalu, para mahasiswa duduk dengan tenang, menunggu kunjungan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev ke Tiongkok. Mereka berharap dunia akan mendengarkan pendapat mereka menyerukan demokrasi dan kebebasan. Dalam deklarasi bersama Xi Jinping dan Vladimir Putin, kenyataan suram bagi negara-negara demokratis sekali lagi terungkap: “Upaya bersama Tiongkok dan Rusia memimpin tata kelola global.”

Ini adalah deklarasi kepada dunia: Otoritarianisme bersatu untuk melakukan konfrontasi terhadap negara-negara demokrasi Barat. Maka akankah pembantaian 35 tahun lalu di Lapangan Tiananmen terulang? Ratusan foto di komputer saya adalah sejarah hidup. Apakah sejarah telah hidup kembali?

Di sebagian besar foto hitam putih tersebut, terlihat para mahasiswa yang mogok makan, terlihat mahasiswa memblokir tank, hanya meninggalkan gambar-gambar mereka di film setelah pembantaian tersebut, tanpa nama, dan tidak ada yang tahu masa depan mereka. Bahkan para mahasiswa yang saya ketahui berpartisipasi dalam mogok makan tersebut, beberapa dari mereka bekerja di industri keuangan London, masih meminum obat selama bertahun-tahun  untuk memperbaiki luka di perut mereka. Beberapa dari mereka menjadi manajer usaha patungan di Beijing, namun ternyata mereka semua tidak bersedia menyebutkan pengalaman mereka saat mogok makan di Lapangan Tiananmen.

Tentu saja masih ada mahasiswa dan masyarakat yang meski sudah memasuki usia senja, terus-menerus melawan pemerintah otoriter dan terus-menerus masuk dan keluar dari penjara tanpa menyerah. Seperti Li Hong, Liu Xiaobo, Yang Tianshui, dan lainnya yang telah menyelesaikan misinya dan meninggalkan “penjara-Tiongkok-yang- besar” selamanya.

Dalam adegan yang paling spektakuler dari puluhan ribu orang yang melakukan mogok makan secara bersamaan, saya juga memotret beberapa wajah lelah para mahasiswa yang mogok makan. Saat itu masih dini hari, pengeras-pengeras suara Lapangan Tiananmen belum berbunyi, dan Menara Gerbang Tiananmen belum masih sepi. Sebuah momen tanpa slogan atau gairah.

Seorang mahasiswa pro-demokrasi melakukan demonstrasi di Lapangan Tiananmen di Beijing pada tahun 1989. (Foto courtesy of Ma Jian)

Seorang mahasiswi, memakai topi dan berwajah bulat tampaknya berasal dari selatan Tiongkok, bibirnya pecah-pecah, duduk dan menatap saya saat ia membuka selimutnya. Saya mengambil dua foto sebelum ia memalingkan wajahnya, ia tidak ingin difoto. Udara pagi tidak hanya lembab tetapi juga diwarnai dengan bau keringat. Mungkin ia belum tidur, wajahnya menunjukkan kesedihan karena itu adalah hari kelima mogok makan, dan jika ia tertidur, adalah berisiko bagi hidupnya setiap saat. Saya berdiri dan berkata: “Akan hujan lebat dalam dua hari ke depan. Biro Transportasi Beijing akan mengirimkan mobil-mobil ke Lapangan Tiananmen untuk melindungimu dari hujan.”

Sampai saat ini, saya masih ingat hujan deras yang membanjiri Lapangan Tiananmen, mengubah air hujan yang jatuh di tanah menjadi berwarna merah dari poster-poster propaganda, berbaur dengan aliran air hitam pekat yang berputar-putar di sekitar pergelangan kaki, membasahi sepatu kets, buku-buku, dan kantong-kantong plastik. Kala itu Lapangan Tiananmen redup seperti malam hari. Orang-orang berspekulasi bahwa hantu mayat Mao Zedong di Aula Peringatan telah keluar.

Di kereta api menuju Beijing dari Shanghai, saya mengambil beberapa foto mahasiswa yang berkumpul bersama menuju Beijing. Beberapa mahasiswa tertidur di tengah lorong, sementara yang lain naik ke rak bagasi, kaki mereka menjuntai di atas kepala teman sekelasnya yang berada di bawahnya. Mereka masih memperdebatkan apakah militer akan menembak untuk menekan protes dan apakah harus ada kekuatan untuk memilih presiden serikat mahasiswa di universitas-universitas.

Para mahasiswa melakukan perjalanan dengan bus ke Beijing dari Shanghai pada tahun 1989. Tidak diketahui apakah mereka selamat dari pembantaian di Lapangan Tiananmen. (Foto courtesy of Ma Jian)

Saya berpikir ketika tentara-tentara bersenjata menyerbu Lapangan Tiananmen, karena para mahasiswa berasal dari luar kota, mereka hanya bisa tinggal di tenda di Lapangan Tiananmen dan menghadapi para tentara yang memegang senapan. Dan teman saya saat itu adalah seorang tentara yang membawa kamera. Ia menangkap pemandangan-pemandangan tenda dan tentara-tentara yang menggunakan bayonet untuk mencari di balik pakaian setelah tank-tank menghancurkan pengunjuk rasa. Hal ini membuat saya berpikir sepasang sepatu pria dan wanita dengan ukuran berbeda yang digantung di kompartemen kereta. Dalam foto-foto pagi hari tanggal 4 Juni, anda dapat melihat Lapangan Tiananmen dipenuhi tank-tank yang tertutup asap, bahkan jumlahnya melebihi tenda-tenda yang ada. Melihat foto-foto tersebut, saya tidak tahu apakah mereka masih hidup 35 tahun kemudian.

Lapangan Tiananmen saat ini telah lama menghapus jejak tank-tank itu. Potret Mao Zedong, yang pernah disiram tinta telur oleh tiga pemuda, masih tetap ada. Di antara mereka, Yu Zhijian, yang dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, telah meninggal. Saat saya bertemu mereka di Los Angeles, Yu Dongyue, telah lama meninggalkan penjara menuju Amerika Serikat yang bebas, mentalnya menjadi kacau selama bertahun-tahun akibat penyiksaan oleh polisi Tiongkok.

Sejak pembantaian Lapangan Tiananmen, Lapangan Tiananmen telah menyaksikan ratusan “turis berpakaian preman.” Setiap orang yang memasuki Lapangan Tiananmen harus menunjukkan identifikasi, namun masih banyak pemohon petisi yang mengibarkan spanduk atau bahkan melompat dari atas Jembatan Jinshui untuk bunuh diri.

Pada 4 Juni 2012, 23 tahun setelah pembantaian Lapangan Tiananmen, seorang pelukis muda bernama Hua Yong memasuki Lapangan Tiananmen dan menulis “4 Juni” di dahinya dengan darahnya sendiri untuk memperingati rekan senegaranya yang terbunuh. Ia dengan cepat dimasukkan ke dalam penjara oleh polisi. Kemudian, ia melarikan diri ke Kanada, namun kedapatan mati secara misterius di laut. Beginilah cara otoritarianisme Tiongkok menyebarkan teror politik ke seluruh dunia.

Bayangkan di negara demokratis yang memiliki kebebasan berpendapat, berdiskusi mengenai kebenaran pembantaian Lapangan Tiananmen masih dapat mengancam keselamatan anda, bahkan di dalam lingkungan kebebasan berbicara di Parlemen Inggris. Terlepas dari apakah Partai Konservatif atau Partai Buruh yang berkuasa, setelah penindasan terhadap Hong Kong yang bebas oleh Partai Komunis Tiongkok, ratusan anak muda dengan cita-cita demokrasi Inggris, seperti Tony Chung dan Joshua Wong, telah dipenjara. Apakah rakyat Inggris masih bisa mempercayai para politisi yang berkuasa di gedung Parlemen Inggris?

Penulis Ma Jian terus berjaga hingga fajar di bawah monumen di tengah Lapangan Tiananmen di Beijing pada tahun 1989. (Courtesy of Ma Jian)

Kita semua dapat melihat bahwa Tiongkok kini menguasai puncak rantai industri global, seperti halnya Inggris pada masa Revolusi Industri lebih dari 200 tahun yang lalu, dengan dominasi dan ekspansi kolonial yang kuat. Partai Komunis Tiongkok juga memperluas wilayah-wilayah kolonial baru melalui strategi Inisiatif Sabuk dan Jalan, yang berupaya membangun sebuah tatanan internasional yang baru.

Di era globalisasi, terjadi peningkatan saling ketergantungan antar negara, dan Inggris, setelah memasuki “era keemasan”, telah menjadi anak perusahaan “departemen perdagangan” Tiongkok. Hubungan antara Tiongkok dengan globalisasi mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia. Hanya melihat standar hidup rakyat Inggris, mereka dengan cepat kembali ke standar era Perang Dunia II.

Hubungan masa depan antara Tiongkok dengan dunia akan menjadi semakin kompleks dan tidak pasti. Meskipun pandemi COVID-19 tiga tahun lalu tampaknya telah berakhir, luka yang ditimbulkannya pada dunia kini jauh dari sembuh. Andai Partai Komunis Tiongkok telah runtuh 35 tahun yang lalu, seperti di negara-negara Eropa Timur setelah runtuhnya Tembok Berlin, maka tidak akan ada lagi pandemi yang meluas saat ini.

Rezim otoriter selalu menutup-nutupi kebenaran tanpa refleksi, menyebabkan tragedi berulang. Sangat penting untuk memahami bahwa kesaksian pembantaian Lapangan Tiananmen yang menyadarkan negara-negara Eropa Timur untuk mengakhiri pemerintahan komunis, takut tank-tank juga akan menghancurkan rakyatnya.

Tindakan keras Partai Komunis Tiongkok yang kejam di Lapangan Tiananmen menyulut api yang menggulingkan rezim-rezim komunis di Eropa Timur dibandingkan dengan prediksi Amerika Serikat yang telah lama berkuasa bahwa standar hidup yang lebih tinggi akan mengarah pada “evolusi damai.” Kekayaan Tiongkok, ditambah dengan munculnya kelas menengah mendukung status quo, hanya menjadikan rezim ini semakin tirani. Hal ini selaras dengan tradisi politik Tiongkok yang unik yaitu “perubahan datang bersama kemiskinan, stabilitas dengan kekayaan.” Rezim otoriter dapat mengembangkan ekonomi dengan cepat, seperti yang terlihat pada Jerman pada masa pemerintahan Adolf Hitler, yang kemudian menjadi negara di Eropa yang paling kuat ekonomi dan militernya hanya dalam 13 tahun. Begitu pula dengan Partai Komunis Tiongkok telah mengubah Tiongkok menjadi kekuatan global dalam waktu 20 tahun.

Saat ini, “pemerintahan global” Partai Komunis Tiongkok telah mengambil alih berbagai departemen di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memulai intrusi komprehensif ke Asia melalui G20, Bank Investasi Infrastruktur Asia, dan Inisiatif Jalur dan Jalan. Partai Komunis Tiongkok juga berupaya membangun sebuah komunitas masa depan bersama negara-negara Afrika yang lemah di bidang ekonomi, dengan tujuan melemahkan pengaruh politik Amerika Serikat yang demokrasi dan mendorong dominasi Partai Komunis Tiongkok secara internasional.

Namun, negara-negara demokrasi liberal yang terbelakang tidak akan dengan mudah memperdagangkan kebebasan dan  demokrasi untuk “roti dan susu.” Hal ini hanya akan terjadi ketika pembangunan Tiongkok melambat, maka negara-negara lain memiliki peluang untuk tumbuh lebih kuat. Meskipun mungkin sudah sangat terlambat, Amerika Serikat telah bangkit, dan Eropa kemungkinan besar akan mengikuti. Perang Dingin yang baru, serta perang panas seperti konflik Rusia-Ukraina, akan terjadi secara global.

Tiga puluh lima tahun yang lalu, ketika rezim-rezim komunis di Eropa Timur jatuh, Partai Komunis Tiongkok menggunakan kekerasan di Lapangan Tiananmen untuk memperingatkan bahwa hanya menggunakan kekerasan dapat  menyelamatkan dunia. Kenyataan ini memaksa kita untuk bercermin bahwa semakin lama kekuasaan otoriter bertahan, maka semakin dalam kekuasaan otoriter mengakar dalam masyarakat. Kekuasaan otoriter dapat bangkit kembali di Uni Soviet dan kekuasaan otoriter bangkit kembali di Tiongkok; Perang Dingin tidak pernah berakhir.

Tentu saja, Partai Komunis Tiongkok tidak akan membiarkan paham kemanusiaan bertahan, juga tidak akan membiarkan para mahasiswa muda yang tidak disebutkan namanya dalam foto-foto itu kembali ke Lapangan Tiananmen. Jika anda ingin kebebasan menang, anda harus menghadapi otoritarianisme, karena kebebasan hanya ada melalui persaingan dengan otoritarianisme. Jika kita berharap agar demokrasi dan tank-tank tidak pernah bertemu lagi, negara-negara demokratis harus merefleksi pelajaran sejarah dari pembantaian Lapangan Tiananmen, membuat sejarah yang berlumuran darah 35 tahun lalu sebagai sumber kekuatan moral kita.

Ketika Lord David Alton bertanya, “Apa tujuan anda?” Saya menutup foto-foto 35 tahun yang lalu itu dan berkata, “Untuk memastikan teror politik tidak menyusup ke Parlemen Inggris dan untuk melihat jatuhnya Partai Komunis Tiongkok.”

Ma Jian adalah seorang penulis Tiongkok terkenal yang diasingkan di Inggris. Novel-novelnya antara lain “Pembuat Mie,” “Sembilan Jalan Bercabang,” “Berpikir,” dan “Debu Merah,” yang menggambarkan pengembaraan di Tiongkok dan memenangkan Penghargaan Sastra Perjalanan Internasional Thomas Cook tahun 2002 di Inggris. Pada tahun 2005, ia dinobatkan salah satu dari lima puluh penulis terpenting di dunia pada abad ke-21 oleh majalah sastra Perancis Lire. Sebagian besar novel Ma Jian telah diterjemahkan ke hampir 30 bahasa dan didistribusikan di seluruh dunia, dan ia dinominasikan sebagai kandidat Hadiah Nobel Swedia di bidang Sastra pada tahun 2013 dan 2014.

Jangan Sampai Kita Melupakan Pembantaian di Lapangan Tiananmen 4 Juni 1989

Dr. Chin Jin

Pembantaian berdarah yang terjadi pada  4 Juni 1989 di Lapangan Tiananmen di Beijing, Tiongkok, akan diperingati yang ke-35. Kami mengingatnya setiap tahun, memperingatinya setiap tahun; tidak perlu diingatkan karena pembantaian berdarah itu tidak akan pernah dilupakan.

Gerakan demokrasi berskala besar itu memberikan keuntungan bagi Partai Komunis Tiongkok dengan peluang bagus untuk melakukan transisi secara damai otokrasi menuju demokrasi. Saat itu, para pelajar muda tidak menghasilkan tuntutan apa-apa terhadap kekuatan Partai Komunis Tiongkok itu sendiri. Tuntutan para pelajar muda semata-mata untuk adanya kebebasan pers dan berpendapat, hanya mengungkapkan ketidakpuasan terhadap korupsi di kalangan elit Partai Komunis Tiongkok. Minat para pelajar muda terhadap urusan-urusan nasional sebagian besar disebabkan oleh pemikiran yang tercerahkan dan semangat reformis dari kedua Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok berturut-turut, yaitu Hu Yaobang dan Zhao Ziyang. Namun, para tetua Partai Komunis Tiongkok, diwakili oleh Chen Yun, percaya bahwa tuntutan para pelajar muda untuk adanya kebebasan dan demokrasi menantang fondasi pemerintahan Partai Komunis Tiongkok. Akibatnya, kelompok garis keras Deng Xiaoping memerintahkan penindasan terhadap gerakan demokrasi dengan kekerasan. Meskipun hal ini untuk sementara menstabilkan rezim, peluang-peluang yang diberikan oleh gerakan demokrasi kepada Partai Komunis Tiongkok maupun Tiongkok adalah hilang.

Luka sejarah masih terus berdarah. Tiongkok terus-menerus menanggung akibatnya yang besar atas pembantaian itu. Permasalahan yang diminta oleh para pelajar muda untuk ditangani oleh Partai Komunis Tiongkok waktu itu tidak hilang, malah terakumulasi sepanjang sejarah. Pembantaian tersebut membuat persepsi legitimasi Partai Komunis Tiongkok semakin rapuh di mata orang-orang. Banyak yang mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok kehilangan legitimasinya karena “pembantaian tanggal 4 Juni.” Saya selalu tidak setuju dengan pandangan ini. Rezim Partai Komunis Tiongkok secara paksa merebut kekuasaan dari Republik Tiongkok dengan intervensi militer Uni Soviet secara terang-terangan. Mengklaim legitimasi atas sesuatu yang diambil secara paksa itu sendiri adalah tidak masuk akal dan menggelikan. Apalagi rakyat Tiongkok tidak pernah punya kesempatan untuk mempertanyakan legitimasi dan efektivitas pemerintahan Partai Komunis Tiongkok. Secara obyektif, sejak tahun 1949, rakyat Tiongkok secara diam-diam menerima rezim baru yang dipaksakan kepada mereka, dengan demikian keberadaan rezim Partai Komunis Tiongkok paling banyak memiliki penampilan luar yang menyesatkan yang masuk akal. Namun, dalam pikiran rakyat Tionghoa, hal yang masuk akal ini dirusak secara bermakna oleh pembantaian “tanggal 4 Juni.”

Apa yang masuk akal adalah nyata, dan apa yang nyata adalah masuk akal. Hal ini dapat ditegaskan bahwa jika terjadi pergolakan politik lagi, Partai Komunis Tiongkok akan menemukan dirinya dalam posisi yang sulit, tidak mampu menyelamatkan diri. Saat itu, rakyat Tiongkok tidak akan patuh seperti pada tahun 1989 dan sangat mungkin akan merebut kesempatan untuk menggulingkan kekuasaan Partai Komunis Tiongkok.

Bila kita mengamati pembantaian 35 tahun lalu dalam konteks lanskap global, menjadi jelas bahwa tindakan-tindakan drastis yang dilakukan Deng Xiaoping untuk mempertahankan kekuasaan dan kekuatan Partai Komunis Tiongkok disambut dengan penerimaan secara diam-diam oleh Presiden Amerika Serikat pada saat itu yaitu Bush. Meskipun Partai Komunis Tiongkok sempat menghadapi isolasi diplomatik, Deng Xiaoping dengan teguh mengalahkan kelemahan Barat yang berpikiran pendek.

Kita juga harus mengklarifikasi bahwa penderitaan yang dialami oleh rakyat Tiongkok selama 75 tahun yang berada di bawah kekuasaan besi Partai Komunis Tiongkok bukanlah pilihan rakyat Tiongkok tetapi diberlakukan oleh mantan Presiden Amerika Serikat Harry Truman dan pemimpin Soviet Joseph Stalin. Pengenaan ini dimulai oleh mantan Presiden Amerika Serikat Franklin Roosevelt di mana Franklin Roosevelt berkhianat dan menjual sekutu masa perangnya, Republik Tiongkok pada Konferensi Yalta, yang mengizinkan Joseph Stalin menduduki Timur Laut Tiongkok. Kebijakan Presiden Harry Truman mengenai Tiongkok semakin membantu Partai Komunis Tiongkok dalam melakukan pembersihan di seluruh daratan Tiongkok, menjerumuskan rakyat Tiongkok ke dalam jurang kehancuran dan kerusakan akibat komunisme yang mengerikan.

Hari ini, kami mengingat tanggal 4 Juni. Meskipun kami memperingatinya setiap tahun, kami harus dengan jelas mengakui kenyataan yang pahit: dampaknya terhadap perubahan sistem otokratis Tiongkok yang ada saat ini sangatlah minim, dan hanya beresonansi dengan kelompok kecil minoritas aktivis demokrasi Tiongkok yang bertekad. Perjuangan antara rakyat Tiongkok dengan Partai Komunis Tiongkok mirip dengan pertempuran antar manusia dengan binatang buas, perang antara manusia dengan iblis, yang hampir tidak ada peluang keberhasilan atau kemenangan. Meskipun demikian, kami terus mengejar hari di mana rakyat Tiongkok dapat membebaskan dirinya dari pemerintahan otokratis brutal Partai Komunis Tiongkok dengan kegigihan.

Di bawah kepemimpinan Xi Jinping selama 12 tahun terakhir, kondisi nasional Tiongkok telah mengalami kemunduran dengan kecepatan dan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pencapaian reformasi ekonomi selama empat puluh tahun telah terkikis sepenuhnya.

Secara politis, negara ini sedang mengalami “Revolusi Kebudayaan 2.0,” mengingatkan pada era Mao Zedong. Moral sosial telah rusak, dan runtuhnya masyarakat Tiongkok dan jatuhnya rezim otokratis Partai Komunis Tiongkok secara tiba-tiba tampaknya sudah dekat. Hal ini merupakan peluang politik untuk perubahan yang bermakna di Tiongkok.

Secara kebetulan, dunia juga mulai mengalami kemunduran dan menarik diri. Amerika Serikat, negara yang pernah menjadi mercusuar demokrasi, kebebasan, dan peradaban pasca-perang yang dihormati dan dikagumi di seluruh dunia, telah runtuh secara moral. Keadilan di dunia sangat kurang, dan dunia dengan cepat terjerumus ke dalam jurang yang dalam. Hasil ini merupakan hasil dari tren global, yang didorong oleh perkembangan dan evolusi gerakan sosialis dan komunis dunia, didorong oleh kekuatan jahat, di luar kemampuan manusia untuk membalikkannya.

Ke mana arah dunia ini? Ada perasaan bahwa Tuhan sudah mengeluarkan sebuah peringatan. Jika umat manusia tidak bangkit dan mengubah arahnya, kemarahan Tuhan mungkin sekali lagi menimbulkan banjir besar untuk mencegah kerusakan manusia. (vv)

Dr. Chin Jin yang berbasis di Australia adalah ketua global Federasi untuk Tiongkok Demokratis. Kelompok yang membela demokratisasi Tiongkok melalui oposisi terhadap Partai Komunis dan dukungan terhadap hak asasi manusia. Didirikan setelah protes-protes Lapangan Tiananmen tahun 1989. Dr. Chin Jin sendiri mengalaminya secara langsung tragedi Lompatan Jauh ke Depan dan Kebudayaan Revolusi.

Kebenaran di Balik Bermeja: Pulau yang Hilang yang Diselimuti Konspirasi

EtIndonesia. Sejarah penuh dengan cerita tentang negara-negara dan peradaban yang telah lama hilang, namun hanya sedikit dari negeri-negeri legendaris tersebut yang benar-benar memiliki alamat yang nyata.

Namun, tidak demikian halnya dengan Pulau Bermeja yang, selama berabad-abad, merupakan ciri umum pada peta yang dibuat oleh penjelajah Spanyol.

Pertama kali muncul dalam ringkasan pulau-pulau di dunia pada tahun 1539, wilayah kecil di lepas Semenanjung Yucatán di Meksiko merupakan perlengkapan kartologi yang mapan hingga abad ke-18.

Namun, pada tahun 1921, dia muncul terakhir kali dalam peta (dalam Atlas Geografis Republik Meksiko), setelah itu tampaknya dia lenyap sama sekali dari lautan.

Ada sejumlah teori seputar nasibnya – beberapa di antaranya lebih kredibel dibandingkan teori lainnya.

Beberapa orang berspekulasi bahwa pulau tak berpenghuni itu ditelan begitu saja oleh perairan di sekitarnya akibat pergeseran alami dasar laut dan kenaikan permukaan laut.

Ada pula yang berpendapat bahwa hal tersebut hanyalah sebuah rekayasa – baik hasil pengamatan keliru para kartografer atau penemuan cerdik para penjelajah awal untuk mengelabui pesaing mereka.

Sementara yang lain berpendapat bahwa itu sebenarnya sengaja diledakkan oleh CIA.

Hipotesis terakhir dan paling kontroversial berasal dari perselisihan mengenai minyak.

Antara tahun 2008 dan 2009, Pemerintah AS dan Meksiko melakukan serangkaian negosiasi mengenai siapa yang memiliki hak pengeboran di sebagian Teluk Meksiko, tempat Bermeja pernah dikatakan berada.

“Pulau Bermeja merupakan sebuah kontroversi karena merupakan wilayah utama Zona Ekonomi Eksklusif di Teluk Meksiko,” ahli geografi Israel Baxin Martínez menjelaskan dalam wawancara tahun 2021 dengan Mexico News Daily.

“Ada pencarian resmi pada saat itu untuk melihat apakah masih ada sisa pulau ini karena perluasan zona ini ke Meksiko akan berarti melimpahnya minyak.”

Namun, pencarian tersebut tidak membuahkan hasil, dan karena gagal membuktikan keberadaan Bermeja, Meksiko kehilangan hak atas wilayah maritim yang diyakini menyimpan 22,5 miliar barel minyak.

Mengingat apa yang dipertaruhkan di sini, kini menjadi rumor populer di kalangan komunitas nelayan Yucatán bahwa pulau itu sengaja dihancurkan agar Amerika dapat memasuki Zona Ekonomi Eksklusif, demikian yang dilaporkan Mexico News Daily.

Dan meskipun hal ini, tentu saja, merupakan teori konspirasi yang sebagian besar tidak berdasar, pada tahun 2008, enam senator dari Partai Aksi Nasional yang saat itu berkuasa di Meksiko menyuarakan kecurigaan mereka bahwa pulau tersebut telah dimusnahkan oleh kekuatan Amerika.

Namun, ini adalah ide yang tidak masuk akal jika Anda mempertimbangkan apa yang diperlukan untuk menghancurkan seluruh pulau. Lagi pula, pasti ada yang memperhatikan?

Selain itu, ini bukan pertama kalinya peta terbukti menyesatkan.

Julio Zamora, presiden Masyarakat Geografi Meksiko, menyatakan dalam sebuah wawancara dengan Lonely Planet pada tahun 2010: “Negara-negara yang membuat peta pada abad ke-16 dan ke-17 menerbitkan peta tersebut dengan ketidakakuratan untuk mencegah musuh-musuh mereka menggunakannya.”

Lagi pula, pulau yang ditempatkan secara strategis (palsu) dapat menghalangi calon perampas kekuasaan untuk mendekati wilayah tertentu.

Terlebih lagi, seperti yang dikatakan Martinéz: “Kami percaya bahwa segala sesuatu yang dipetakan pasti ada. Jadi, karena pulau tersebut dipetakan pada abad ke-16, 17, dan 18, terdapat asumsi bahwa pulau tersebut memang ada, dan catatan peta menegaskan hal tersebut.”

Namun demikian, jika menyangkut Bermeja, segalanya menjadi lebih rumit. Karena pulau itu tidak hanya ditambahkan ke peta, tetapi juga disebutkan dalam dokumen lain.

Ini termasuk sejumlah inventaris pemerintah dan inventaris resmi lainnya yang diterbitkan menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 — beberapa di antaranya merupakan inventaris pemerintah.

“Pertanyaan khususnya mengenai Bermeja adalah bahwa hal itu tidak hanya disebutkan dalam sejarah kartografi,” kata Martínez. “Ini memiliki simpanan studi yang jauh lebih besar.”

Irasema Alcantara, dari Institut Geografi di Universidad Nacional Autónoma de México (UNAM), setuju, dan mengatakan kepada Lonely Planet: “Kami menemukan dokumen yang berisi deskripsi yang sangat tepat tentang keberadaan Bermeja.

“Atas dasar ini kami sangat yakin bahwa pulau itu memang ada, tapi di lokasi lain.”

Namun demikian, sejak tahun 2009, hanya empat ekspedisi resmi yang diluncurkan untuk menemukan Bermeja, di samping beberapa perjalanan yang dilakukan oleh jurnalis dan detektif amatir.

TV Azteca dan National Autonomous University sama-sama melakukan kampanye penelitian maritim untuk menemukan lokasi pulau tersebut, namun mereka kembali dengan tangan kosong – bahkan tidak menemukan sisa-sisa daratan yang mungkin pernah berdiri di sana.

Martínez menunjukkan bahwa seluruh misteri ini memberikan pencerahan yang menarik tentang kondisi manusia.

“Secara budaya, apa yang kita lihat di Bermeja, […] adalah bahwa masyarakat tidak peduli dengan apa yang mereka miliki, namun mereka peduli dengan apa yang telah hilang dari mereka,” kenangnya.

“Orang-orang iri dengan apa yang telah diambil dari mereka, tapi mereka menolak melakukan apa pun dengan apa yang sudah mereka miliki.” (yn)

Sumber: indy100

Pengacara HAM David Matas : Kemajuan dalam Mengakhiri Pengambilan Organ Secara Paksa ‘Terlalu Lambat’

Jessie Zhang

Pengacara hak asasi manusia internasional David Matas mengatakan bahwa kemajuan untuk mengakhiri praktik pengambilan organ secara paksa yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok adalah “sangat lambat.”

Pekerjaan David Matas telah membuatnya terlibat dalam upaya melawan apartheid di Afrika Selatan, penindasan di bawah Uni Soviet, dan kediktatoran di Amerika Latin.

Namun, ia mengatakan kemajuan dunia bebas dalam melenyapkan praktik pengambilan organ secara sistemik yang dilakukan rezim Tiongkok bersifat beku.

“Saya sudah menangani berkas ini sejak tahun 2006. Sudah 18 tahun,” katanya kepada Epoch Times pada tanggal 4 Juni saat kunjungannya ke Parlemen Australia. “Itu adalah lambat.”

Pada  Juli 2006, David Matas dan David Kilgour, mantan Sekretaris Kanada dan pengacara negara dan hak asasi manusia, menerbitkan laporan mereka, yang menyimpulkan pengambilan organ yang direstui negara sedang terjadi di Tiongkok.

Sumber utama organ-organ yang ditemukan adalah praktisi Falun Gong (juga disebut Falun Dafa), sebuah latihan spiritual dari tradisi Budha yang mengajarkan para praktisinya untuk hidup berdasarkan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar, dan telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok sejak tahun 1999.

Partai Komunis Tiongkok Melihat Falun Gong sebagai ‘Musuh Politik’

Falun Gong sangat populer dan bahkan disambut baik oleh para pejabat Tiongkok sepanjang tahun 1990-an hingga pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin secara sepihak melancarkan kampanye kekerasan menjelang berakhirnya milenium.

Popularitas Falun Gong dan penekanan Falun Gong pada nilai-nilai moral, yang mengingatkan pada kebudayaan Tiongkok yang kental dengan ajaran Buddha dan Tao sebelum rezim komunis, dianggap sebagai ancaman terhadap ideologi ateis yang dianut Partai Komunis Tiongkok.

Akibat penindasan tersebut, dalam 25 tahun terakhir telah terjadi ribuan korban jiwa praktisi Falun Gong dikirim ke penjara, pusat penahanan, rumah sakit jiwa, dan kelas cuci otak serta juga menderita penyiksaan fisik dan mental, termasuk kurang tidur, pemukulan, pemaksaan makan, dan pelecehan seksual.

“Pembunuhan massal terhadap tahanan hati nurani untuk diambil organ-organnya memiliki tujuan ganda bagi Partai [Komunis Tiongkok],” kata David Matas.

“Pembunuhan-pembunuhan ini melenyapkan apa yang dianggap Partai Komunis Tiongkok sebagai musuh politiknya.”

Australia Tertinggal dari Negara Lain, Tetapi Dapat ‘Menetapkan Contoh’

David Matas mengatakan kemajuan telah dicapai dalam mengatasi pengambilan organ, namun tujuan akhir untuk menghentikan pengambilan organ belum tercapai.

“Sejak saat itu, ada perubahan-perubahan, dan ada beberapa negara-negara yang telah memberlakukan undang-undang atau menghambat keterlibatan dalam pelecehan transplantasi di luar negeri,” katanya. “Tetapi Australia belum melakukannya.”

Pengacara tersebut menyebutkan sifat henti-mulai dari tindakan terhadap pengambilan organ di Tiongkok.

“Ada laporan Komisi Hak Asasi Manusia pada tahun 2018 (di Australia). Ada tanggapan pemerintah terhadap laporan tersebut, yang menerima rekomendasi mengenai peraturan perundang-undangan.

“Ada rencana aksi lima tahun untuk menangani perdagangan manusia. Mereka membuat temuan yang keluar pada bulan Maret 2023 dan mereka sedang melakukan konsultasi sekarang.

“Ada RUU Senat mengenai pengumpulan data melalui deklarasi bea cukai, dan komite Senat menegaskan kembali dukungannya terhadap undang-undang tahun 2018,” kata David Matas.

Sedangkan Australia merupakan negara kecil dengan dampak yang lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Kanada, pakar hak asasi manusia tersebut menekankan bahwa negara mana pun dapat memberikan sebuah contoh melalui undang-undang dan mengambil sebuah tindakan bersatu untuk mengatasi permasalahan ini.

“Saya pikir Australia tidak memiliki pengaruh global seperti Amerika Serikat, tetapi Australia dapat memberi contoh. Semakin bersatunya tindakan mereka dalam masalah ini, maka semakin efektif,” kata David Matas.

“Pandangan saya adalah: ini adalah sesuatu yang memerlukan upaya terus-menerus.” (Vv)

Anak-anak yang Terlahir Tuli Kini Menari Mengikuti Musik Setelah Tindakan Medis yang ‘Menakjubkan’

EtIndonesia. Dua anak di Tiongkok yang terlahir tuli kini dapat mendengarkan dan menari mengikuti musik setelah menjalani terapi gen perintis yang memulihkan pendengaran di kedua telinganya.

Mereka termasuk di antara sekelompok kecil pasien pertama di dunia yang menerima pengobatan inovatif ini.

Diberikan sebagai infus ke dalam telinga, obat ini bekerja dengan menggantikan DNA yang rusak yang menyebabkan jenis tuli bawaan yang dikenal sebagai DFNB9.

Lima anak – dua perempuan dan tiga laki-laki – memperoleh kemampuan pendengaran di kedua telinga, dan mampu mendengar dan mengucapkan kata-kata serta menemukan dari mana suara itu berasal.

Namun dua di antaranya menunjukkan peningkatan yang lebih maju dan mampu merespons musik, yang memiliki sinyal suara lebih kompleks, kata para peneliti.

Zheng-Yi Chen, seorang ilmuwan asosiasi di Laboratorium Eaton-Peabody di Mass Eye and Ear di AS, mengatakan: “Hasil dari penelitian ini sangat mencengangkan.

“Kami terus melihat kemampuan pendengaran anak-anak yang diobati mengalami kemajuan secara dramatis dan studi baru menunjukkan manfaat tambahan dari terapi gen ketika diberikan pada kedua telinga.”

Tim mengatakan merawat kedua telinga anak-anak memberi mereka kemampuan mendengar suara dalam tiga dimensi, yang penting untuk komunikasi dan tugas umum sehari-hari seperti mengemudi.

Para peneliti mengatakan penelitian mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine, menunjukkan jenis pengobatan ini ‘sangat menjanjikan dan memerlukan uji coba internasional yang lebih besar’.

Meskipun terapi eksperimental ini hanya menargetkan satu kondisi, harapannya adalah bahwa pengobatan serupa di masa depan dapat membantu lebih banyak anak-anak dengan jenis ketulian lain yang disebabkan oleh gen.

Hasil terbaru ini melanjutkan pekerjaan yang dilakukan tim dua tahun lalu, ketika mereka merawat anak-anak dengan satu telinga.

Setelah terapi gen, anak-anak tersebut berubah dari tuli berat menjadi gangguan pendengaran ringan hingga sedang pada telinga yang dirawat.

Namun pemberian terapi pada kedua telinga memberikan manfaat tambahan dibandingkan dengan uji coba sebelumnya, kata tim, termasuk kemampuan mendengar di lingkungan yang bising.

DFNB9 adalah salah satu bentuk tuli herediter yang paling umum.

Diperkirakan ada 20.000 orang di Eropa dan Amerika yang mengidap penyakit ini.

Hal ini disebabkan oleh kegagalan memproduksi protein yang disebut otoferlin, yang diperlukan untuk transmisi sinyal suara dari telinga ke otak.

Saat ini, implan koklea adalah satu-satunya pengobatan efektif yang direkomendasikan untuk pasien DFNB9.

Untuk memberikan pengobatan, para peneliti menggunakan versi modifikasi dari virus terkait adeno (AAV), yang tidak berbahaya bagi manusia.

AAV diubah oleh para ilmuwan sehingga bisa membawa versi gen OTOF manusia, dan diberikan sebagai infus ke telinga bagian dalam pasien.

Anak-anak tersebut diamati selama 13 minggu atau 26 minggu di Rumah Sakit Mata & THT Universitas Fudan di Shanghai, Tiongkok.

Para peneliti mengatakan tidak ada efek samping besar yang terlihat dan uji coba tetap berlangsung dimana pasien terus dipantau.

Mereka juga menambahkan bahwa diperlukan upaya lebih lanjut untuk menyempurnakan terapi tersebut.

Hasil ini muncul setelah seorang gadis di Inggris juga menerima terapi gen jenis serupa dalam uji klinis terpisah di Rumah Sakit Addenbrooke di Cambridge.

Opal Sandy, 18 bulan, dari Oxfordshire, menjalani perawatan di telinga kanannya dengan anestesi umum, dan implan koklea dipasang di telinga kirinya.

Hanya beberapa minggu kemudian, dia bisa mendengar suara keras, seperti tepuk tangan.

Sekarang enam bulan setelah perawatan, dia bisa mendengar suara-suara lembut, seperti bisikan, dan mulai mengucapkan kata-kata seperti ‘mama’, ‘dada’ dan ‘uh oh’. (yn)

Sumber: metro

Rayakan Hari Laut Sedunia, JW Marriott Surabaya Ajak Masyarakat Sekitar Membuat Kreasi Hidangan Laut yang Sehat

Surabaya – Dalam rangka menyambut Hari Laut Sedunia yang akan jatuh pada 8 Juni, JW Marriott Surabaya mengundang masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam acara inovatif “Kreasi Hidangan Laut yang Sehat”. Acara ini menekankan pentingnya mengkreasikan hidangan laut yang tidak hanya lezat, namun juga menyehatkan. Dengan sentuhan kuliner, JW Marriott Surabaya berkomitmen untuk memberikan pengalaman kuliner yang istimewa dan bermakna.  Kegiatan yang dilakukan pada Senin, 3 Juni 2024 di JW Marriott Surabaya tersebut dipandu oleh Chef Rikky Didik Prianto selaku Chef De Cuisine Indonesian Specialty dari Pavilion Restaurant. Chef Rikky, dengan keahlian dan pengalamannya, memandu para peserta dalam teknik memasak dan presentasi hidangan laut yang menarik, serta wawasan tentang pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya laut dan gizi seimbang untuk mencegah stunting pada anak. 

Menu pertama adalah Sate Ikan Tenggiri. Ikan tenggiri mudah didapatkan karena merupakan ikan tropis yang hidup di perairan laut dan memiliki kandungan protein tinggi sebesar 21,4 gram per 100 gram ikan. Ikan ini juga ideal sebagai MPASI (Makanan Pendamping ASI) karena dapat diolah menjadi berbagai hidangan lezat yang mendukung kesehatan anak-anak. 

Untuk membuat Sate Ikan Tenggiri, haluskan bumbu-bumbu seperti 80 gram bawang putih, 80 gram cabe merah besar, 10 pcs cabe rawit, 3 cm kunyit, 3 cm lengkuas, 3 butir kemiri, 1 sdt ketumbar, 1 sdt terasi, serta gula merah dan garam secukupnya. Campur bumbu halus ini dengan kaldu bubuk, minyak goreng, dan saus tomat, kemudian aduk hingga rata. Selanjutnya, campurkan bumbu dengan potongan ikan tenggiri, tusuk dengan tusuk sate, dan bakar hingga matang.

Selain Sate Ikan Tenggiri, Chef Rikky juga mempersembahkan Nugget Ikan Tenggiri, yang merupakan salah satu menu yang disukai oleh anak-anak. Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain 500 gram ikan tenggiri giling, 2 butir telur, 3 sdm tepung tapioka, 100 gram keju cheddar parut, serta garam, kaldu bubuk, dan susu kental manis secukupnya. Haluskan 80 gram bawang putih, 1 buah bawang bombai ukuran sedang, dan 1 sdt merica bubuk. Campurkan bahan dasar dengan bumbu halus, bentuk menjadi bulat pipih sesuai selera, lalu lumuri dengan tepung terigu dan tepung roti. Nugget ikan dapat digoreng langsung hingga coklat keemasan atau disimpan di mesin pembeku hingga tiga bulan.

 “Dalam rangka merayakan Hari Laut Sedunia, kami ingin menginspirasi ibu-ibu untuk membuat kreasi hidangan laut yang tidak hanya enak, tapi juga menyehatkan, tanpa bahan pengawet,” ungkap Rikki Didik Prianto selaku Chef De Cuisine Indonesian Speciality – Pavilion Restaurant. “Selain itu, kreasi-kreasi ini memiliki bahan-bahan yang sederhana dengan cara pembuatan yang tidak memakan waktu lama, sehingga cocok untuk ibu-ibu yang tidak punya banyak waktu luang tetapi tetap ingin menyajikan menu bergizi seimbang untuk anaknya”.  Disamping itu, JW Marriott Surabaya juga bertekat dalam memiliki program untuk makanan laut berkelanjutan, yang berasal dari operasi perikanan atau akuakultur yang meminimalkan dampak berbahaya terhadap lingkungan, menjamin kondisi kerja yang baik, serta mendukung mata pencaharian dan manfaat ekonomi di seluruh rantai pasokan. (mel)