Oleh: Annie Wu, Epoch Times
Maskapai penerbangan di Tiongkok saat ini sedang digunakan untuk mengangkut barang kiriman yang mengerikan: organ tubuh manusia.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 4 Oktober, media China News Service mengumumkan bahwa di bandara-bandara di seluruh negeri, China Southern Airlines telah membuka jalur ekspres untuk mengangkut organ manusia pada bulan Mei 2016, dan telah berhasil mengangkut lebih dari 500 diantaranya.
Artikel tersebut menyombongkan atas pengiriman lintas negara untuk operasi transplantasi organ tubuh, dari bagian barat laut Xinjiang ke Kota Hangzhou di Tiongkok tenggara.
Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian independen dan laporan Epoch Times sendiri telah mengungkapkan bagaimana industri transplantasi di Tiongkok melejit setelah mantan pemimpin Tiongkok Jiang Zemin melancarkan penganiayaan Falun Gong secara intensif skala luas terhadap praktisi Falun Gong, dengan begitu banyak dari mereka yang ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara.
Peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan praktisi Falun Gong dan tahanan hati nurani lainnya, seperti orang Uyghur, orang Tibet, dan rumah Kristen, sebagai “bank organ hidup”, rezim Tiongkok mendapat keuntungan dari permintaan internasional untuk operasi transplantasi. Untuk memastikan organ tubuh tetap sehat, operasi sering terjadi dalam kondisi jantung korban masih berdetak, sehingga korban meninggal akibat kehilangan darah dan trauma.
World Organization to Investigate the Persecution of Falun Gong (WOIPFG) merilis sebuah laporan pada bulan Juli yang menyatakan bahwa sebanyak seratus rumah sakit di Tiongkok masih terus melakukan operasi transplantasi organ dalam ratusan dan ribuan per tahun. Waktu tunggu yang singkat dan pemenuhan kebutuhan yang lengkap – setiap pasien penerima organ transplantasi – tetap tidak berubah, ini menunjukkan bahwa praktik pengambilan organ paksa tetap ada, organisasi tersebut menyimpulkan.
Penyelidikan WOIPFG sebelumnya mengungkapkan bahwa militer Tiongkok mengendalikan sistem pengambilan organ paksa tersebut, melakukan sebagian besar operasi transplantasi pada anggota militer atau di rumah sakit militer.
Berita tentang pengiriman organ melalui maskapai ini, bagaimanapun, mengungkapkan bahwa kemungkinan ada saluran lain untuk transplantasi organ, kata juru bicara WOIPFG Wang Zhiyuan. “Pertumbuhan eksplosif industri transplantasi masih berlangsung. Rahasia gelap dari transplantasi organ belum sepenuhnya terbuka,” katanya.
Sementara rezim berusaha untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Tiongkok memiliki sistem standar untuk transplantasi organ, berita terbaru hanya menimbulkan lebih banyak pertanyaan.
“Dengan jalur ekspres, mereka ingin menjamin agar organ bisa diangkut secepat mungkin. Tujuannya adalah untuk mempromosikan prestasi mereka. Tapi pertanyaan pentingnya adalah, dari mana organ-organ ini berasal? Apakah ada transparansi bagaimana organ-organ ini diperoleh? “Kata Huang Shiwei, wakil direktur Asosiasi Perawatan Transplantasi Organ Internasional Taiwan. Organisasi tersebut berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang pengambilan organ paksa dan mencegah kunjungan medis ke Tiongkok untuk operasi transplantasi.
Media pemerintah sebelumnya telah melaporkan bahwa maskapai penerbangan telah mengangkut organ ke perbatasan negara tersebut, ke tempat-tempat seperti Kashgar dan Ghulja di Provinsi Xinjiang.
Ilshat Hassan, presiden Asosiasi Amerika Uighur, prihatin bahwa pengambilan organ paksa terjadi di Xinjiang, di mana kelompok etnis Uighur merupakan mayoritas rakyat.
Dalam beberapa bulan terakhir, Hassan telah menerima laporan dari orang tua yang anaknya belajar di Universitas Xinjiang bahwa anak yang mereka cintai telah hilang.
Mereka takut anak-anak mereka menjadi korban pengambilan organ. “Polisi setempat, dan sekolah tidak bisa menemukannya. Kemana mereka pergi? Kita hanya bisa mengaitkannya dengan panen organ berskala besar,” ungkapnya. (ran)