Tersembunyi banyak sekali penyakit sehingga perlu pengurangan signifikan
Oleh : Han Jie
ASI mengandung lesitin dan taurin, kedua zat ini berpartisipasi dalam perkembangan otak bayi dan ikut andil dalam perkembangan intelektualitas bayi.
Susu sapi pernah merupakan makanan sehat favorit dalam kehidupan masyarakat, apa lagi bagi bayi dan anak-anak dalam pertumbuhan merupakan konsumen terbesar.
Susu sapi dan produk susu karena kandungan protein yang heterogen (terutama kasein) kandungannya jauh lebih tinggi dari air susu ibu (ASI).
Sehingga setelah manusia mengkonsumsinya dalam jangka panjang, bermunculanlah alergi dan berbagai macam penyakit peradaban modern lain. Akibatnya, jumlah kebutuhan manusia terhadap susu sapi sedang menurun setiap tahunnya.
Dilaporkan bahwa rata-rata konsumsi tahunan setiap orang adalah 144 pint (1pint = 0,568 liter) susu sapi, tetapi 40% di antaranya dikonsumsi bersama sereal, dan orang-orang yang mengkonsumsi susu sapi 60% diantaranya adalah anak-anak.
Susu sapi yang pernah dianggap sebagai makanan populer yang paling bergizi, di Amerika Serikat konsumsi susu sapi sudah berkurang 37% dibandingkan dengan tahun 1970an; di Inggris konsumsi susu sapi dalam 20 tahun terakhir telah berkurang sepertiganya.
Perbedaan Susu Sapi dan ASI
Jiang Shuhui seorang dokter Taiwan menunjukkan bahwa kandungan total protein susu sapi amat tinggi, tiga kali lipatnya susu ibu.
Protein susu sapi, terutama terdiri dari casein (zat keju), sedangkan susu ibu terutama terdiri dari albumin.
ASI rasanya agak manis karena kandungan karbohidratnya lebih tinggi ketimbang susu sapi; susu sapi kekurangan mineral yodium, zat besi, fosfor dan magnesium, yang justru berlimpah pada air susu ibu.
ASI mengandung lesitin yang tergolong fosfolipid dan taurin sebagai asam amino, dua zat ini terlibat dalam perkembangan otak bayi, pemberian ASI pada bayi berkaitan dengan pengembangan intelektualnya.
Anak sapi meminum susu sapi, akan menggalakkan pertumbuhan tulang dan berat badannya, dua kali lipat setiap bulan 3 bulan pertama setelah lahir rata-rata terjadi demikian, namun hanya sedikit ada perkembangan otaknya dan berlangsung lambat.
Sedangkan bayi manusia membutuhkan waktu enam bulan untuk meningkatkan berat badan menjadi dua kali lebih besar daripada saat dilahirkan.
Pertumbuhan fisik dan perkembangan kematangan bayi terjadi perlahan-lahan, tapi otak berkembang dengan kecepatan yang paling pesat, dan melampaui semua hewan.
Anggota tubuh dan kerangka tulang anak sapi bertumbuh sangat cepat, maka perlu menambahkan protein dalam jumlah besar. Pertumbuhan otak bayi manusia melebihi tubuhnya, maka itu mereka membutuhkan bantuan lesitin dan taurin serta material khusus lainnya.
Selain itu, lactoalbumin (whey protein) dan casein dalam ASI memiliki perbandingan sekitar 2: 1, sedangkan dalam susu sapi perbandingan ini adalah sekitar 1: 4,6.
Sehingga kebanyakan resep susu menambahkan ekstra protein susu whey agar mendekati kadar ASI.
Anak prematur yang mengkonsumsi terlalu banyak kasein mudah menyebabkan asidosis metabolik, sedangkan anak-anak yang terlahir cukup bulan sebenarnya tidak menunjukkan perbedaan ketahanan yang signifikan terhadap keduanya.
Saat ini, manusia sudah memahami bahwa casein adalah jaringan yang kuat tebal bagaikan tali,berlendir lengket seperti lem, dia dapat menempel pada dinding selaput lendir dan membuat tubuh menjadi mampat, menyebabkan jaringan organ mengalami perubahan patologis.
Susu sapi dan produk susu merupakan biang keladi alergi
Dr. Jiang menunjukkan, susu sapi dan produk susu mengandung setidaknya lebih dari 25 jenis komponen protein (protein dengan jenis yang berbeda), penyebab reaksi alergi manusia yang sangat penting.
Kandungannya juga memiliki relevansi dengan autoimun diri yang signifikan terhadap penyakit.
Susu sapi dan produk susu merupakan biang keladi alergi makanan, dan reaksi alergi hampir tidak pernah dijumpai pada bayi yang dibesarkan dengan mengkonsumsi ASI.
Pengobatan Tradisional Tiongkok (PTT) beranggapan bahwa susu sapi merupakan makanan penghasil dahak, penyebab asma, rhinitis alergi, atopicdermatitis dan alergi lain pada anak. Secara klinis gejalanya akan hilang jika sepenuhnya berhenti mengkonsumsi produk-produk susu.
Bersambung
(Pur/whs/asr)
Sumber : epochtimes.com