Epochtimes.id- Wabah sering terjadi di negara kepulauan, biasanya merupakan sekitar setengah dari kasus wabah di dunia setiap tahun.
Tahun ini, bagaimanapun, “musim wabah” datang lebih awal, menyebabkan peringatan wabah menyebar dengan cepat melampaui area normal, dipercepat oleh jenis penyakit yang jarang terjadi.
Sekitar 1,800 orang diperkirakan terinfeksi dalam tiga bulan terakhir di Madagaskar, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Oktober. Pada tahun yang normal biasanya sekitar 1.000 orang terinfeksi di seluruh dunia.
Menurut WHO, sekitar 127 kematian telah dilaporkan sejak Agustus lalu.
Wabah ini biasanya dikaitkan dengan epidemi Black Death yang menewaskan 50 juta orang di Eropa pada abad ke-14 yang disebarkan oleh kutu tikus. Black Death menjadi bencana terburuk manusia sepanjang 1347-1351 M.
Profesor Jimmy Whitworth, seorang ilmuwan kesehatan masyarakat internasional di London School of Hygiene & Tropical Medicine, kepada Mail Online mengatakan wabah tersebut dapat terus menyebar karena telah menyebar ke kota-kota berpenduduk padat.
Dia mengatakan kepada MailOnline, “Madagaskar adalah negara endemik paling banyak di dunia dan telah mengalami wabah setiap tahun sekitar saat ini, wabah ini adalah yang terburuk selama 50 tahun atau lebih.”
Wabah bubonic plaque biasanya membunuh 30 persen -60 persen korban jika tak diobati. Sedangkan jika terinfeksi wabah pneumonia dan tidak segera diobati selalu berakibat fatal.
Sementara Wabah pes jenis pneumonia menyebar melalui batuk, meludah, atau bersin dan bisa membunuh dalam waktu 24 jam jika tidak diobati.
Skrining tambahan telah dilakukan di bandara di Madagaskar sebagai langkah pencegahan penyebaran penyakit ini.
Tidak ada vaksin yang tersedia untuk mengobati wabah, namun dapat diobati dengan antibiotik, menurut Centers for Disease Control.
WHO menjelaskan wabah pes ini dapat dicegah dan diobati dengan antibiotik jika terdeteksi cukup dini. Sedangkan infeksi dapat dicegah melalui tindakan standar pencegahan.
“Wabah pes tidak lagi berkembang dengan cara yang digambarkan oleh buku-buku sejarah kita,” kata Dr. Sylvie Briand, Direktur Departemen Manajemen Bahaya Infeksi WHO, dalam sebuah pernyataan.
“Wabah pes adalah penyakit lama, tapi tantangan yang ditimbulkannya sekarang di zaman kontemporer dan berbeda secara mendasar dari apa yang kita miliki bahkan 40 tahun yang lalu.”
Seorang juru bicara WHO mengatakan kepada Express: “Sementara wabah saat ini dimulai dengan satu kelompok besar yang terkait secara epidemiologis, kasus wabah pneumonia tanpa hubungan epidemiologi yang jelas sejak terdeteksi di daerah-daerah di Madagaskar, termasuk kota-kota padat penduduk Antananarivo di dataran tinggi pusat dan Toamasina di pantai timur.”
The number of new #plague cases in #Madagascar is declining. Here is the latest situation report as of 31 October. https://t.co/KoHuS1yjMD pic.twitter.com/CQXXhAFNnT
— WHO African Region (@WHOAFRO) November 2, 2017
“Karena meningkatnya risiko penyebaran lebih lanjut dan sifat penyakit yang parah, keseluruhan risiko di tingkat nasional dianggap sangat tinggi.”
“Sembilan negara dan wilayah, termasuk tujuan wisata seperti Seychelles, Mauritius, dan wilayah Prancis La Réunion, disarankan untuk meninjau protokol mereka sebagai langkah mengkarantina pengunjung yang terinfeksi,” tambahnya.
Madagaskar biasanya melaporkan sekitar 500 kasus wabah setiap tahunnya, dengan musim wabah berlangsung dari September sampai April.
Menurut WHO, dari tahun 2010 sampai 2015 ada sekitar 3.248 kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, termasuk 584 kasus kematian. (asr)