EpochTimesId – Pemerintah Amerika Serikat menyuarakan dukungan terhadap aksi demonstrasi di Iran. Amerika mengecam penangkapan terhadap para pemrotes yang melakukan aksi dengan damai.
“Banyak laporan demonstrasi damai oleh warga Iran yang bosan dengan korupsi rezim dan pemborosan kekayaan negara. Dimana hal tersebut digunakan untuk mendanai terorisme di luar negeri,” tulis Presiden Donald Trump di akun Twitter-nya pada hari Jumat malam (29/12/2017) waktu Amerika.
“Pemerintah Iran harus menghormati hak rakyat mereka, termasuk hak untuk mengekspresikan diri mereka. Dunia sedang mengamati,” sambung Trump.
Ketegangan terus meningkat di Iran sejak demonstrasi menentang rezim yang berkuasa pecah di beberapa kota. Polisi menggunakan meriam air dan gas air mata pada hari Jumat untuk membubarkan sekitar 300 pemrotes di Kermanshah, sebuah kota di Iran barat, seperti dikutip The Epoch Times dari Al Jazeera.
Sejumlah media semi-negara, Fars juga melaporkan protes tersebut menyebar ke ibu kota Teheran.
Day 3. Protestors in #KhorramAbad , (Lorestan province) pic.twitter.com/UvE9yF1GyU
— IranWire (@IranWireEnglish) December 30, 2017
Day 3. Hundreds of people have gathered in #NajafAbad (Isfahan Province) pic.twitter.com/5vB8vQuFt4
— IranWire (@IranWireEnglish) December 30, 2017
Departemen Luar Negeri AS juga mengeluarkan sebuah kritik keras terhadap rezim Iran. Pernyataan itu dirilis dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
Mereka mengatakan bahwa para pemimpin negara tersebut telah mengubah sebuah negara kaya dengan sejarah dan budaya yang kaya menjadi negara nakal. Sebab, Iran kini dinilai hanya bisa mengespor kekerasan, pertumpahan darah, dan kekacauan.
Dalam pernyataan yang sama, Departemen Luar Negeri menggemakan komentar sebelumnya dari Trump dan Sekretaris Negara Rex Tillerson. Mereka menyatakan bahwa korban terbesar rezim Iran adalah rakyatnya sendiri, dan Amerika Serikat mendukung transisi pemerintahan yang damai.
U.S. strongly condemns arrest of peaceful protestors in #Iran, urges all nations to publicly support Iranian people. As @POTUS said, longest-suffering victims of Iran's leaders are Iran's own people. #Iranprotests pic.twitter.com/mUTObTeHft
— Matthew Miller (@StateDeptSpox) December 29, 2017
Trump menyatakan bahwa Iran adalah musuh utama terbesar untuk perdamaian dan kemakmuran di Timur Tengah. Hal itu disampaikan dalam sebuah pidato saat kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi pada bulan Mei tahun ini.
“Dari Lebanon hingga Irak dan Yaman, Iran mendanai, mempersenjatai, dan melatih teroris, milisi, dan kelompok ekstremis lainnya. Mereka menyebarkan kehancuran dan kekacauan di seluruh wilayah. Selama beberapa dekade, Iran telah memicu kebakaran konflik sektarian dan teror,” kata Trump, kalla itu.
“Mereka adalah pemerintahan yang berbicara secara terbuka tentang pembunuhan massal, dengan bersumpah untuk menghancurkan Israel, ancaman mati kepada Amerika, dan menghancurkan banyak pemimpin dan negara yang ada di ruangan ini,” sambung Trump.
Trump mendesak semua negara yang berketuhanan untuk mengisolasi Iran, menolak pendanaan terorisme. Penggemar olahraga golf ini juga mengajak mereka berdoa agar suatu hari nanti, rakyat Iran akan memiliki pemerintahan yang adil dan jujur, yang layak mereka dapatkan.
Selama bertahun-tahun, Trump telah mengkritik kesepakatan nuklir yang ambil pemerintahan Obama dengan Iran. Pemilik Trump Tower ini mengatakan bahwa hal itu dapat menyebabkan perang nuklir di Timur Tengah.
Trump akan memiliki kesempatan untuk membatalkan kesepakatan tersebut dan sanksi terkaitnya pada bulan Januari 2018. Itu adalah batas waktu untuk pendekatan sertifikasi ulang, Newsweek melaporkan.
Sebuah opini pedas liputan mendalam oleh POLITICO diterbitkan awal bulan ini. Investigasi itu mengungkap bahwa pemerintahan Obama menghentikan dan memblokir penyelidikan terhadap perusahaan kriminal bernilai miliaran dolar AS yang dijalankan oleh kelompok teroris Hizbullah.
Hizbullah menenangkan Iran sebelum kesepakatan nuklir. Menurut laporan tersebut, Hizbullah menjual obat-obatan ke Amerika Serikat untuk mendanai aktivitas terorisme.
Amerika Serikat memiliki kesempatan untuk melakukan pukulan dengan melakukan penindakan hukum terhadap perusahaan kriminal tersebut. Namun usaha tersebut dilaporkan macet akibat pemerintahan Obama, kasus itu akhirnya ditutup. (waa)
https://twitter.com/Gbehdad/status/947125730957316101