EpochTimesId – Otoritas Beijing mengklaim konsep Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (One Belt One Road/OBOR) akan menciptakan sebuah komunitas yang dapat dinikmati bersama oleh umat manusia di masa mendatang.
Tetapi dalam pelaksanaannya banyak negara merasakan bahwa Tiongkok tidak adil dalam membagi keuntungan dari pembangunan infrastrukturnya.
Financial Times memberitakan, bahwa proyek infrastruktur transportasi Sabuk Ekonomi Jalur Sutra yang melibatkan 34 negara Asia dan Eropa tersebut mayoritas dilakukan oleh Tiongkok. Laporan itu merujuk sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Studi Strategis Internasional dari Washington.
Perusahaan kontraktor milik Tiongkok mengerjakan 89 persen proyek dan hanya 11 persen yang dikerjakan oleh perusahaan milik negara lain.
Laporan menyebutkan bahwa perbedaan ini telah menunjukkan ketidaksinkronan antara propaganda dan pelaksanaannya. Pemimpin Tiongkok dalam pidato tentang proyek OBOR ini selalu mengatakan bahwa kosep jalur sutra akan membawa liberalisasi perdagangan dan investasi serta berbagi keuntungan bagi pemerintah dan masyarakat dari 70 negara sahabat.
Pusat Studi Strategis Internasional Washington menyinggung bahwa ada ketidakkonsistenan besar antara ucapan dan tindakan pemerintah Tiongkok.
Jonathan Hillman, Direktur Pusat Penelitian Strategis Asia untuk Reconnecting Asia mengatakan, “Meskipun ucapan pejabat Tiongkok menyebut jalur sutra proyek terbuka, Tetapi tetap saja menjadi usaha yang berpusat pada kepentingan Tiongkok.”
Perbedaan menyolok tampak dalam hal pembangunan infrastruktur antara proyek jalur sutra Tiongkok dengan proyek yang didanai dua Bank pembangunan multilateral utama Barat, yakni Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Perbedaan itu adalah masalah pendistribusian yang lebih merata.
Menurut penelitian dari Pusat Studi Strategis Internasional Washington bahwa, 41 persen perusahaan kontraktor untuk infrastruktur transportasi yang didanai oleh 2 Bank pembangunan utama berasal dari negara-negara tempat proyek berada, 29 persen dari Tiongkok dan 30 persen dari negara-negara ketiga. Penelitian ini mencakup 178 proyek dari tahun 2006 sampai sekarang.
Pemimpin Tiongkok dalam pidato di Kongres Nasional ke-19 menekankan bahwa peran OBOR diharapkan dapat memecahkan tatanan dunia yang dipimpin oleh Barat dan menciptakan sebuah lingkungan internasional yang baru.
Namun, Raffaello Pantucci, Direktur Studi Keamanan Internasional di Royal United Services Institute (RUSI) mengatakan bahwa dunia luar sekarang baru sadar bahwa Tiongkok komunis tidak akan mengirim uang dan kontrak kerjasama untuk negara lain. (ET/Qin Yufei/Sinatra/waa)