EpochTimesId – Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, Kamis (19/4/2018) mengatakan bahwa Korea Utara menyatakan kesediaannya untuk mewujudkan denuklirisasi total tanpa syarat di Semenanjung Korea. Kesediaan Korut dikatakan akibat tekanan kuat dari sanksi Amerika Serikat.
Presiden Moon Jae-in ketika makan siang dengan CEO dari sejumlah perusahaan media Korea Selatan mengatakan bahwa pertemuan Moon dengan Kim Jong-un akan diselenggarakan sebelum bertemu dengan Amerika. Pertemuan puncak Dua Korea diagendakan pada Jumat (27/4/2018) pekan depan.
Perkembangan hingga kini menunjukkan bahwa proses denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea diprediksi bisa tercapai. Demikian juga dengan rencana normalisasi hubungan antara Korea Utara dan Selatan, serta antara DPRK dengan AS.
“Saya tidak berpikir bahwa Korea Selatan dan Korea Utara memiliki interpretasi yang berbeda tentang makna denuklirisasi. Korea Utara sedang menyatakan keinginannya untuk mewujudkan denuklirisasi sepenuhnya,” ujar Moon.
“Mereka tidak memberikan persyaratan yang mungkin mendapat penolakan Amerika Serikat. Misalnya, mereka menuntut agar Amerika Serikat menarik pasukannya dari Korea Selatan. Mereka hanya meminta AS untuk mengakhiri kebijakan yang memusuhi Korea Utara, dan menuntut adanya jaminan keamanan.”
Rezim Kim dari Korea Utara mengembangkan senjata nuklir dengan mengabaikan sanksi PBB. Mereka menganggapnya sebagai upaya untuk mencegah ancaman serangan dari AS yang memperlakukan mereka sebagai musuh.
Selama beberapa tahun Pyongyang menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk meninggalkan persenjataan nuklirnya jika Amerika Serikat menarik pasukannya dari Korea Selatan. Mereka juga menuntut AS membubarkan aliansi pencegahan nuklir antara AS-Jepang-Korea Selatan.
Perang Korea pecah pada bulan Juni 1950 dan berakhir sementara berkat penandatanganan, “Perjanjian Gencatan Senjata Perang Korea” pada bulan Juli 1953. Saat ini, tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan ada sekitar 28.500 orang.
Video Rekomendasi :
https://www.youtube.com/watch?v=ncESfPb3yGY
Belakangan ini santer beredar rumor bahwa konflik antara Utara dengan Selatan yang telah berjalan selama 65 tahun itu akan diakhiri melalui pertemuan puncak Moon-Kim pekan depan.
Hari Selasa (17/4/2018) lalu, Presiden Trump menyatakan sikap ikut gembira atas usaha tersebut. Dan pada 18 April Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka sekarang sedang mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam mengubah suasana permusuhan yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Moon siap untuk mencapai kesepakatan damai melalui pertemuan dengan Kim Jong-un pekan depan. Moon mengatakan, jika Korea Utara dapat menepati komitmennya untuk mencapai denuklirisasi sepenuhnya, maka kedua Korea tidak beralasan untuk tidak berdamai.
Selain itu, banyak negara lain juga akan memberikan bantuan ekonomi yang dibutuhkan oleh Korea Utara.
Namun, karena pertemuan puncak Moon-Kim juga masih berada dalam sejumlah batasan, sehingga mau tidak mau perlu mempertimbangkan adanya sanksi internasional.
“Pertama, KTT kedua Korea harus dimulai dengan itikad baik, dan dengan menyadari akan hasil yang bakal dicapai dalam pertemuan Trump-Kim nanti, pertemuan puncak antara saya dengan Kim Jong-un dan dialognya baru akan dapat berlangsung dengan baik,” tegas Moon.
Trump dalam siaran pers hari Rabu menyatakan bahwa ia masih bersikap optimis terhadap pertemuannya dengan Kim Jong-un. Tetapi, ia menekankan bahwa sanksi kuat masih terus berjalan sampai terwujudnya denuklirisasi.
Trump mengatakan bahwa jika Korea Utara memilih meninggalkan senjata nuklir, negara itu akan menghadapi masa depan yang gemilang. Jika pertemuannya dengan Kim sudah dapat diprediksikan bakal sulit untuk menggapai hasil positif, maka ia tidak bersedia menghadiri pertemuan atau mengancam akan WO di tengah pertemuan.
Sebelum acara ‘Nuclear Non-Proliferation Treaty’ yang akan berlangsung selama 2 pekan, Duta Besar Khusus AS untuk lembaga itu, Robert Wood, pada konfrensi persnya di Jenewa pada 19 April mengatakan bahwa Amerika Serikat masih berkomitmen untuk mencapai tujuan denuklirisasi lengkap Korea Utara yang dapat diverifikasi dan tidak dapat diubah.
“Kami akan terus melakukan tekanan terbesar, yang berarti sanksi akan terus berjalan sampai dapat dipastikan bahwa Korea Utara tidak dapat memperoleh dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan senjata nuklir,” ujar Robert Wood.
Robert Wood mengatakan, Korea Utara perlu menunjukkan sikap serius terhadap rencana menghapus senjata nuklirnya, dan melaksanakan tindakan yang nyata.
“Masih ada jalan panjang untuk kita tempuh,” sambung Wood.
Juru bicara kepresidenan Korea Selatan mengatakan, saluran telepon hotline antara kepala kedua negara akan tersambung pada 20 April untuk memungkinkan komunikasi langsung 2 arah antara Cheong Wa Dae (Gedung Biru Korsel) dengan Kantor Komisi Urusan Negara Korea Utara.
Juru bicara tersebut juga mengatakan bahwa 6 orang pejabat senior Korea Selatan, termasuk panglima Staf Gabungan, Direktur Inteljen, Menteri Unifikasi, Pertahanan dan Menlu akan mendampingi Moon Jae-in menghadiri KTT pada 27 April mendatang. (Wu Ying/ET/Sinatra/waa)
Video Rekomendasi :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA