Oleh Omid Ghoreishi
Dengan komunisme yang ditinggalkan di Eropa dan sebagian besar dunia, hanya segelintir rezim komunis yang tersisa.
Sama seperti bagaimana mantan presiden AS Ronald Reagan berperan dalam membawa runtuhnya komunisme di Blok Timur dan runtuhnya Uni Soviet, Presiden Donald Trump juga membantu mengakhiri komunisme di dunia, berurusan dengan masing-masing negara komunis dengan cara yang berbeda, kata Frank Xie, seorang profesor di School of Business Administration di University of South Carolina.
Trump telah berbicara menentang komunisme pada sejumlah kesempatan.
“Di manapun sosialisme sejati, atau komunisme, telah diadopsi, telah melahirkan kesedihan dan kehancuran dan kegagalan,” katanya dalam pidato ke Majelis Umum PBB pada September 2017.
“Mereka yang mengabarkan prinsip-prinsip ideologi yang didiskreditkan (dicela) ini, hanya berkontribusi pada penderitaan terus-menerus pada orang-orang yang hidup di bawah sistem kejam ini. Amerika berjuang dengan setiap orang yang hidup di bawah rezim yang brutal.”
Dia membuat komentar-komentas serupa dalam sebuah pernyataan pada bulan Juni 2017 ketika mengumumkan kebijakan pemerintahannya terhadap komunis Kuba, mengatakan “komunisme telah menghancurkan setiap negara di mana ia pernah diuji.”
Trump telah mengubah arah sebaliknya dari inisiatif mantan presiden Barack Obama untuk membuka hubungan perdagangan dan pariwisata dengan Kuba, memulihkan embargo untuk negara komunis Amerika Tengah tersebut dan menambah tekanan pada rezim yang sedang berkuasa.
Untuk Vietnam, Trump menggunakan hubungan ekonomi untuk membawa negara Asia tersebut ke dalam sistem ekonomi dunia. “Mereka benar-benar akan melepaskan komunisme mereka dengan segera, saya percaya,” kata Xie.
Ketika datang ke Korea Utara, Trump telah menggunakan ancaman militer dan sanksi-sanksi ekonomi agar negara komunis tersebut meninggalkan senjata nuklir.
Dan di Tiongkok, menurut Xie, yang menulis buku tahun 2013 berjudul “The Dragon’s Vault“, memberlakukan tarif untuk menyeimbangkan perdagangan adalah “senjata yang sangat efektif” yang digunakan Trump.
“AS sedang menabrak kubah naga merah di titik lemahnya,” katanya, mengacu pada cadangan mata uang asing rezim komunis Tiongkok, yang telah menggelembung berkat sebagian besar tahun-tahun surplus perdagangan.
Xie mengatakan tanpa cadangan besar ini, Partai Komunis Tiongkok (PKT) bisa dilumpuhkan.
Tarif
Dengan hanya sebagian dari tarif yang telah direncanakan Amerika Serikat untuk impor Tiongkok diberlakukan, Tiongkok sudah merasakan dampaknya terhadap ekonomi mengingat bahwa akses ke basis konsumen-konsumen luar negeri terbesarnya telah terhambat.
Saham-saham Tiongkok telah mulai menurun, dan perang perdagangan yang sedang berlangsung menyebabkan sentimen negatif di kalangan investor. Meskipun Beijing telah memberlakukan tarif timbal balik, pasar di Amerika Serikat tetap stabil, dan bahkan mengalami pertumbuhan.
Pemerintahan Trump telah memberlakukan tarif 25 persen pada barang-barang Tiongkok senilai $34 miliar, yang akan diperbesar hingga $50 miliar dalam beberapa hari mendatang. Tiongkok telah menanggapi dengan tarif yang sama untuk ekspor Amerika.
Amerika Serikat telah mengumumkan tarif 10 persen lebih lanjut atas impor Tiongkok senilai $200 miliar yang akan mulai berlaku dalam beberapa bulan.
Pekan lalu, Trump mengatakan dia siap untuk memperpanjang tarif hingga $500 miliar, atau secara efektif seluruh volume ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat.
Dampak
Defisit perdagangan tahunan Amerika Serikat dengan Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir telah melonjak menjadi lebih dari $350 miliar, dengan angka pada $375 miliar tahun lalu.
Total ekspor Tiongkok pada tahun 2017 adalah sekitar $2 triliun, dengan seperlima dari yang diperuntukkan bagi Amerika Serikat. Dengan PDB Tiongkok tahun 2017 sebesar $12 triliun, total ekspor ke Amerika Serikat menyumbang 3,5 persen dari PDB Tiongkok.
Di AS, dengan ekspor tahun 2017 ke Tiongkok hanya $130 miliar dan dengan PDB mendekati $20 triliun, ekspor ke Tiongkok hanya menyumbang sekitar 0,7 persen dari PDB AS.
“Ketergantungan pada ekspor tidak terlalu besar untuk AS, tetapi sangat besar bagi Tiongkok,” kata Xie.
“Jika Tiongkok kehilangan perdagangannya dengan Amerika Serikat, ekonominya tidak akan bertahan.”
Pemerintahan Trump telah memberlakukan tarif bersama dengan pembatasan-pembatasan investasi di Tiongkok sebagai tanggapan terhadap apa yang diklaim Washington sebagai praktik-praktik perdagangan Tiongkok yang tidak adil yang berkontribusi pada defisit perdagangan besar, serta pencurian kekayaan intelektualnya.
‘The Dragon’s Vault’ (Kubah Naga)
Cadangan mata uang asing Tiongkok tahun ini lebih dari $3 triliun. Cadangan terus meningkat sejak negara itu bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), berkat surplus perdagangan besar yang dipertahankan Tiongkok dengan para mitra dagangnya meskipun mereka mengeluh bahwa Beijing tidak bermain sesuai aturan.
Namun, cadangan tersebut tidak digunakan untuk meningkatkan kehidupan orang-orang Tiongkok atau membantu mengangkat orang-orang dari negara berkembang tersebut keluar dari kemiskinan, Xie berkata. Sebaliknya, uang masuk ke “kubah” rezim untuk kepentingan para elit PKT.
“Pada tahun 1989, setelah Pembantaian Lapangan Tiananmen, rezim komunis hampir jatuh. Mereka pikir mereka akan kehilangan kendali atas Tiongkok … mereka siap untuk pergi. Itu saatnya ketika mereka mentransfer $60 miliar ke rekening bank Swiss,” katanya.
“Itu jumlah yang mereka miliki saat itu. Tentu saja, mereka memiliki lebih banyak sekarang. Mereka menggunakan itu sebagai sarang telur untuk para elitnya.”
Uang tersebut digunakan tidak hanya untuk membiayai gaya hidup mewah para elit PKT, tetapi juga untuk menekan para pembangkang dan kelompok yang ditargetkan oleh Partai secara internal serta untuk menggunakan kontrol di luar negeri, kata Xie.
Contohnya termasuk membeli dukungan dari negara-negara Afrika kecil di Dewan Hak Asasi Manusia PBB; mendukung negara-negara yang bertindak melawan Amerika Serikat; dan mendanai Institut Konfusius di kampus-kampus universitas di seluruh dunia, yang telah disebut sebagai senjata politik rezim untuk memperluas kekuatan lunaknya atau bahkan untuk spionase.
“Pada dasarnya [uang itu] untuk kelangsungan hidup rezim komunis,” kata Xie.
Itulah mengapa tarif AS merugikan PKT, jelasnya.
“Mereka tidak dapat mempertahankan kekuatan mereka tanpa dukungan uang. Mereka tidak bisa melanjutkan penindasan, penganiayaan, dan mempertahankan kekuasaannya.” (ran)
ErabaruNews