ANALISIS BERITA
Sengketa dagang Presiden Donald Trump yang sedang berlangsung dengan Tiongkok menimbulkan kerusakan pada ekonomi Tiongkok, membuat mata uang dan pasar saham menurun bahkan ketika kekhawatiran-kekhawatiran mendalam tentang perkiraan perlambatan pertumbuhan.
Tiongkok, karena semakin banyak pengamat mulai menyadari, tidak bisa menyamai kemampuan Amerika Serikat untuk menaikkan tarif. Ia tidak mengimpor sebanyak AS mengimpor dari Tiongkok, dan sebagian besar barang yang diimpor Tiongkok adalah produk-produk yang tidak dibuat di dalam negeri atau merupakan bahan-bahan untuk ekspor-eksporTiongkok sendiri.
Dengan posisi Tiongkok menghadapi kondisi ekstrim tersebut dan Trump tidak melakukan perubahan tekad, beberapa pakar perdagangan menyarankan bahwa Beijing akhirnya dapat terdorong ke “pilihan ekstrim”, menjual kepemilikan obligasi AS-nya.
Namun, ancaman itu bisa menjadi tindakan yang melibatkan risiko tinggi.
Melemahnya yuan yang berlangsung lama baru-baru ini memicu kecurigaan bahwa Tiongkok telah mendevaluasi mata uangnya sebagai bentuk pembalasan terhadap peningkatan tarif dari Amerika Serikat. Selama kampanye pemilihan Presiden Trump, dia secara terbuka mencerca upaya-upaya Tiongkok yang disengaja untuk “manipulasi mata uang.”
Apakah penurunan yuan tersebut disebabkan oleh manipulasi atau benar-benar reaksi pasar terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, yang sedang ditekan Trump.
“Pada akhirnya, posisi negosiasi Tiongkok lebih rumit,” kata Robin Brooks, kepala ekonom di Institut Keuangan Internasional, kepada CNBC pada 17 Agustus. “Mereka telah mencoba untuk mengimbangi sebagian dari tarif yang dikenakan AS dengan cara mendevaluasi RMB (mata uang Tiongkok), dan itu tidak berhasil.”
“Makanya, menuju ke meja perundingan lagi. Saya pikir itu lebih dari sekedar kelemahan ekonomi,” tambahnya.
Menjual sejumlah besar Treasury AS (obligasi yang didukung oleh pemerintah AS yang dikeluarkan melalui Departemen Keuangan) dan membeli aset cadangan lainnya (obligasi Pemerintahan Jerman, sekuritas Pemerintah Inggris dan Irlandia, atau Obligasi Pemerintah Jepang) tidak mudah untuk ditarik. Namun, haruskah Tiongkok memberlakukan langkah ini, apa dampak yang akan terjadi jika Tiongkok menjual portofolio Treasurynya terhadap perekonomian AS? Dan berapa biaya yang dibebankan pada perekonomian AS, seperti yang dikemukakan oleh beberapa komentator Asia?
Tidak banyak, semuanya akan baik-baik saja.
Pasar Obligasi Tidak Bekerja Keras
Ada sedikit contoh yang dapat digunakan sebagai contoh di masa lalu untuk penjualan Treasury besar-besaran. Tetapi data memang ada mengenai hubungan antara kuantitas transaksi Treasury dan penetapan harga dan imbal hasil obligasi tersebut.
Sebuah studi tentang pelonggaran kuantitatif Federal Reserve, pembelian sistematis sekuritas Treasury oleh bank sentral, menghasilkan beberapa poin data yang menonjol. Setiap pembelian Treasuriy sebesar 10 persen dari PDB menghasilkan penurunan 50-basis poin (0,5 persen) dalam imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun, menurut laporan penelitian tahun 2016 oleh Peterson Institute for International Economics.
Dengan kata lain, pembelian Treasury oleh bank sentral setara dengan 1 persen dari PDB biasanya akan menghasilkan penurunan 5-basis poin dalam imbal hasil obligasi (imbal hasil obligasi yang berbanding terbalik dengan harga obligasi). Dengan asumsi bahwa dinamika yang sama berlaku untuk menjual obligasi, pengetatan kuantitatif, kita dapat menggunakan logika untuk memprediksi dampak dari setiap penjualan obligasi Tiongkok.
Data Departemen Keuangan AS menunjukkan bahwa Tiongkok saat ini memegang sekitar $1,2 triliun obligasi Treasury, tidak termasuk utang keagenan. Melikuidasi semua kepemilikan Treasury akan berjumlah menjual obligasi senilai 6 persen dari PDB AS. Berdasarkan asumsi sebelumnya, ini akan meningkatkan imbal hasil Treasury sekitar 30 basis poin.
Tarif naik sekitar 30 basis poin, atau 0,3 persen, akan menjadi signifikan jika terjadi tiba-tiba. Penurunan harga obligasi yang sesuai akan menciptakan perpindahan pasar jangka pendek, tetapi, pada akhirnya, AS memiliki lebih dari cukup alat yang tersedia untuk mengimbangi dampaknya.
Federal Reserve untuk Menyelamatkan
Apa artinya ini? Secara teori, ketika harga Treasury menurun, tarif akan meningkat. Ini semestinya juga menaikkan tingkat bunga pada utang konsumen dan komersial seperti hipotek, kredit mobil, dan obligasi korporasi.
Mengasumsikan efek ini ke pasar keuangan AS yang lebih luas, para investor dapat memilih untuk membuang saham dan membeli obligasi, karena hasil yang diharapkan lebih tinggi dari instrumen pendapatan tetap dibandingkan dengan aset-aset berisiko.
Jika situasi ini terdengar akrab, itu karena telah terjadi setelah krisis keuangan terakhir. Karena ekonomi AS lainnya sedang dalam kondisi baik hari ini, tren ini saja akan langsung kembali baik. Federal Reserve kemungkinan akan membalik jalur kebijakan moneternya saat ini dan mulai mengendorkan bukan mengetatkan. Ini dapat meyakinkan pasar dengan memulai QE lagi dan membeli Treasury.
Berputar kembali ke tarik tambang AS-Tiongkok, skenario ini melemahkan dolar AS terhadap yuan. Seiring waktu, ekspor AS akan tampak lebih menarik bagi pembeli asing dan ekspor-ekspor Tiongkok akan menderita.
Semua ini membawa Beijing kembali ke strategi yang ada: mendevaluasi yuan. (ran)
ErabaruNews