oleh Li Hong
Pesawat penumpang Malaysia Airlines MH370 yang membawa 239 orang telah hilang lebih dari empat tahun lamanya.
Baru-baru ini, Ian Wilson, seorang ahli teknis Inggris yang terus mengikuti berita pencarian pesawat tersebut mengatakan bahwa tampaknya bangkai pesawat itu berada dalam hutan rimba di Kamboja.
Menurut laporan beberapa media seperti ‘The Mirror’ dan ‘Daily Star Inggris, Wilson baru-baru ini mengatakan bahwa ia menemukan bangkai pesawat penumpang MH370 yang hilang itu melalui penelusran di Google Maps. Dengan menggunakan zoom, Wilson percaya bahwa puing pesawat penumpang itu berada di dalam hutan Kamboja.
Laporan menyebutkan bahwa Wilson telah merencanakan perjalanan ke dalam hutan untuk membuktikan alasannya.
“Saya menghabiskan beberapa jam untuk menemukan lokasi kemungkinan kecelakaan pesawat itu melalui Google Maps,” kata Wilson.
“Akhirnya, seperti yang Anda lihat, bangkai pesawat berada di tempat yang gelap pada hutan”.
Google Maps menunjukkan panjang pesawat sekitar 70 meter, sedikit lebih panjang dari MH370 yang 63,7 meter. Tapi gambar menunjukkan ada celah besar pada bagian perut pesawat dan ekor. Wilson percaya bahwa itu dimungkinkan akibat terjadi retak saat pesawat menyentuh tanah.
Namun menurut situs The Aviation Safety Network bahwa insiden lain yang tercatat di hutan luas Kamboja tidak sesuai dengan situasi yang digambarkan oleh para saksi mata.
Tetapi sebagaimana catatan yang pernah dipublikasikan oleh Kementerian Transportasi Malaysia sebelumnya, bahwa komunikasi terahir dari kapten pesawat MH370 yang terekam adalah pesawat sedang berada di wilayah udara Kamboja pada saat itu (yakni jam 01:19 waktu setempat).
Petugas navigasi pesawat sipil di Kota Ho Chi Minh bahkan telah mencari informasi terkait dari Phnom Penh, Kamboja. Di sinilah Wilson menunjukkan di Google Maps, tetapi kemudian dinilai salah.
Pesawat MH370 yang membawa total 239 orang terdiri dari 227 orang penumpang dan 12 orang awak pesawat. 154 orang di antaranya adalah warga Tiongkok. Pesawat ini tiba-tiba hilang kontak dalam penerbangannya dari Kualu Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014.
Setelah pesawat tersebut hilang, sejumlah negara ikut dalam operasi pencarian dan penyelamatan berskala besar, meskipun hasilnya nihil sampai sekarang.
Pesawat MH370 menjadi misteri terbesar dalam sejarah penerbangan modern, dan memunculkan sejumlah teori konspirasi, seperti terkena tembakan misil, atau skuadron yang terbang ke daratan untuk bersembunyi dan sebagainya.
Namun, tidak ada laporan saksi yang relevan dalam empat tahun terakhir. Jika pesawat meledak atau terbang ke darat, sulit untuk melarikan diri dari pengawasan radar negara-negara tetangga, sehingga argumen yang relevan tidak memiliki bukti yang andal.
Pemerintah Malaysia mengumumkan laporan terbaru mengenai MH370 pada konferensi pers 30 Juli lalu. Laporan ini dinamakan Laporan Investigasi Keselamatan MH370.
Bagian utamanya terdiri dari 495 halaman, yang isinya mencakup informasi dasar pesawat, komposisi awak, survei dan operasi pencarian. Namun, menurut laporan itu, penyebab hilangnya pesawat tetap tidak jelas.
Penyidik mengatakan bahwa sampai sekarang mereka masih belum dapat menemukan alasan sebenarnya kehilangan pesawat itu. Tetapi dapat dipastikan bahwa saluran komunikasi pesawat itu telah diputus sebelum hilang, dan kemudian dengan sengaja terbang ke arah sebaliknya selama lebih dari tujuh jam.
Tindakan putar balik pesawat itu dilakukan di bawah kendali tangan manusia, dan tidak dikesampingkan adanya campur tangan pihak ketiga secara ilegal.
Victor Iannello, ketua tim investigasi independen MH370 baru-baru ini mengatakan bahwa ia menemukan hal yang tidak biasa dalam informasi dan laporan investigasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia.
Victor Iannello mengatakan, informasi abnormal telah menyiratkan bahwa laporan investigasi itu tidak lengkap, bahkan ada beberapa isi laporan yang telah direvisi.
Setelah lebih dari empat tahun hilangnya MH370, orang-orang masih meminta otoritas berwenang Malaysia merilis data-data tentang intersepsi, ini yang dianggap mengecewakan. (Sin/asr)