Tang Hao
Masih dalam proses perkembangannya, Trump kembali melemparkan bom pengguncang ke tengah perang dagang AS-RRT.
Pihak AS akan kembali memberlakukan kebijakan bea masuk baru terhadap produk impor dari RRT senilai USD 200 milyar lebih, hal ini menjadi sorotan dunia. Pada hari Jum’at (7/9/2018) lalu Trump menekankan, “Segera kebijakan ini akan diterapkan, dan ini ditentukan oleh peristiwa apa yang akan terjadi selanjutnya.”
Namun di luar dugaan, Trump mendadak menaikkan nilainya seketika, sehingga meningkatkan intensitas perang ini, “Saya sangat tidak ingin mengatakan hal ini, tapi setelah (USD 200 milyar) ini, kami juga telah mempersiapkan USD 267 milyar (3.952 triliun Rupiah) berikutnya.”
Mari kita berhitung.
Saat ini bea masuk sebesar 25% yang dipungut oleh AS terhadap produk dari RRT telah mencapai USD 50 milyar, begitu kebijakan USD 200 milyar ini dikeluarkan, maka total akan mencapai USD 250 milyar.
Akan tetapi, jika Trump benar-benar menambahkan USD 267 milyar lagi, maka berarti skala perang dagang AS terhadap RRT akan mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni USD 517 milyar (7.652 triliun Rupiah).
Sementara tahun lalu total nilai produk impor AS dari RRT adalah sebesar USD 505 milyar, dengan kata lain, jika diberlakukan, itu berarti semua produk RRT yang diekspor ke AS harus membayar bea masuk yang mahal.
Lalu, mengapa Trump terus menaikkan nilai bea masuk ini, dan semakin besar dari sebelumnya?
Sebenarnya Trump bukan menaikkan harga selangit secara sembarangan. Menurut penulis, Trump berupaya mencapai setidaknya empat strategi pentingnya.
- Maksimalkan Tekanan Ekonomi Terhadap PKT, Balikkan Perdagangan Tak Adil
Sejak 23 Agustus lalu perundingan perdagangan putaran keemat berakhir tanpa hasil, pihak RRT memberikan informasi pada pihak luar “akan berunding lagi setelah pemilu paruh waktu di AS, dan menuntut AS di WTO. Jelas dengan niat melakukan “taktik menunda” untuk mengulur waktu, serta menantikan pada saat pemilu paruh waktu nanti (bulan November) apakah bisa membuat Trump dan Partai Republik mengalami kekalahan, dengan demikian dapat mematahkan spirit dan kekuatannya.
Trump sangat memahami pemikiran Partai Komunis Tiongkok (PKT) ini, itu sebabnya beberapa hari lalu ia menyatakan sikap, terhadap perang dagang ini ia tidak “dibatasi oleh jadwal waktu” dan telah membuat “rencana jangka panjang”.
Lamanya waktu perang bea masuk bernilai tinggi akan membuat jumlah perdagangan ekspor-impor RRT menyusut drastis. Ditambah kapasitas bisnis yang berlebih tidak dapat diserap oleh pasar, menyebabkan bisnis akan memilih tutup atau pindah ke luar negeri. Selanjutnya akan menyeret banyak industri pasokannya ikut hengkang, atau memindahkan kapasitasnya ke luar negeri untuk menekan biaya dan mengurangi kerugian.
Dulu, banyak yang berpendapat perusahaan Taiwan dan asing yang berinvestasi di bidang IPTEK tidak akan mudah hengkang karena terkait besarnya biaya pemindahan juga rumitnya rantai pasokan hulu sampai ke hilir.
Tapi baru-baru ini, terdampak tekanan psikologis suramnya prospek akibat perang dagang serta menanjaknya biaya tenaga kerja di RRT, banyak perusahaan teknologi ternama dan pabrik perakitan, telah secara bertahap pindah ke Asia Tenggara, India atau ke Taiwan, sebagian produsen bahkan tengah bersiap menarik pabriknya dari Tiongkok.
Pindahnya pabrik perakitan besar, produk dari rantai pasokan dari hulu tidak mampu diserap oleh pasar dalam negeri, juga perlahan akan terjangkit “efek migrasi berkelompok.” Tidak sedikit industri telah mengalami dimana pabrik pada rantai pasokannya satu persatu pindah ke luar negeri, perlahan keseluruhan rantai pasokan akan meniru dan hengkang ke luar negeri. Sebagai contoh Vietnam yang paling dekat dari RRT, yang saat ini tengah menggantikan posisi RRT sebagai pabrik dunia.
Bisnis Hengkang, Pengangguran Melonjak, Pemda Terjebak Krisis Moneter
Selain itu, modal asing dan perusahaan asing akan hengkang dengan cepat, akan menyebabkan hilangnya devisa asing RRT, sehingga membuat mata uang RMB terjerumus dalam keterpurukan tak berujung.
Singkat kata, begitu garis waktu perang dagang ini ditarik semakin panjang, maka “tiga penopang” perekonomian RRT — perdagangan, investasi, konsumsi, — akan “pincang”, dan akan memperbesar tekanan terhadap ekonomi RRT, pertumbuhan ekonomi RRT semester kedua tahun ini akan semakin terpuruk.
Sebaliknya melihat AS, saat ini di bawah “Trumponomics”, ekonomi AS bertumbuh, lapangan kerja stabil, mata uang AS menguat, dan struktur industri sangat berbeda dengan di RRT, efek samping perang dagang diperkirakan hingga tahun depan baru akan berdampak pada masyarakat AS. Oleh sebab itu keunggulan waktu jelas tengah berpihak pada sisi Trump dan AS.
Pada saat itu, tidak hanya tidak akan bisa mewujudkan transformasi industri ke tingkat lebih tinggi “Made in China 2025”, juga mungkin akan mengakibatkan pondasi ekonomi industri yang telah ada goyah, milyaran rakyat Tiongkok akan menanggung akibatnya gara-gara PKT. Semakin lama perang ini diulur, ambruknya ekonomi Tiongkok akan semakin berisiko tinggi.
- Lawan Perang Front Persatuan Luar Negeri dan Perang Intelijen PKT
“Mereka (PKT) adalah ancaman terbesar keamanan negara kita.” Direktur Pusat Anti Mata-Mata dan Keamanan Nasional AS William Evanina pada hari Selasa (4/9) lalu saat diwawancara media massa mengatakan, selama jangka waktu panjang PKT telah membidik industri teknologi tinggi AS untuk mencuri kekayaan intelektual atau rahasia bisnis, “Mereka memiliki seperangkat rencana strategis, mempersiapkan diri melampaui kita di bidang ekonomi.”
Kongres AS juga mengumumkan laporan Front Persatuan PKT di luar negeri, mengungkap bagaimana front persatuan PKT menyusup ke dalam kalangan politik AS, kalangan bisnis, akademi dan berbagai lapisan masyarakat, memanfaatkan opini publik masyarakat AS untuk memengaruhi kebijakan negara Amerika, lebih lanjut bahkan diam-diam menggulingkan Amerika.
Tindakan ini bukan suatu kebetulan, melainkan merupakan tendensi pemerintahan Trump untuk mengungkap ancaman besar dari PKT selaku rezim sayap kiri terbesar di dunia itu terhadap Amerika, di satu sisi menyadarkan warga AS bahwa negaranya memang sedang terancam, di sisi lain juga memperingatkan rezim PKT bahwa dirinya telah diawasi dari seluruh aspek.
- Jatuhkan PKT, Perang Diplomatik Menangkan Denuklirisasi Korut
Denuklirisasi Korut, adalah ajang perang penting lainnya bagi Trump di wilayah Asia Timur. Namun bagaimana perkembangan perang ini, sangat berkaitan erat dengan PKT.
Sejak awal Trump telah melihat konspirasi antara “PKT dan Korut saling melengkapi”, tapi Beijing dan Pyongyang tetap diberi waktu untuk “berkomunikasi secara baik-baik” sambil diamati, akan tetapi didapati PKT dan Korut tetap berusaha bersandiwara, diam-diam saling membantu, dan tidak ada niat untuk denuklirisasi.
Oleh karena itu baru-baru ini di Twitter secara terbuka Trump mencuit menyebut RRT, menuding Beijing telah memberi tekanan pada Korut sehingga menyebabkan Korut tidak bersedia denuklirisasi. Di saat yang sama juga memberi tekanan militer: Bila Trump menginginkan, bisa saja langsung menggelar latihan perang bersama AS, Korsel, Jepang dan besaran skalanya akan jauh melampaui sebelumnya.
Ekonomi Trump memberi tekanan perang dagang yang besar bagi PKT, di sisi lain juga menekan secara militer, membuat PKT sulit mengatasinya dan terus terdesak.
Tujuan Trump bukan hanya ingin menekan PKT sepenuhnya, menghukumnya atas tindakan diplomatik dan ekonomi yang tidak bermoral dan tidak beretika. Di saat yang sama juga “menghukum PKT diperlihatkan pada Korut (juga pada Iran)” — agar Kim Jong-Un melihat dengan jelas, “big brother komunis” yang selama ini diandalkannya sebenarnya suka menindas yang lemah dan takut pada yang kuat, hanyalah type preman yang pintar bersilat lidah saja. Ini membuat Kim Jong-Un melihat, sekarang PKT sendiri sulit bertahan, bagaimana mungkin bisa melindungi rezim keluarga Kim di Korut?
- Persatukan Patriotisme, Bantu Tangkal Serangan Pemilu Paruh Waktu
Api perang dagang Trump walaupun telah dikobarkan keluar, tapi sekaligus juga berkobar di dalam negeri — meriam ditembakkan ke ajang perang pemilu paruh waktu. Akibat pengaruh kekuatan sayap kiri dalam jangka waktu panjang terhadap masyarakat AS, setelah menjabat, Trump membawa Amerika kembali ke tradisi, sehingga terus menerus mengalami perlawanan dan kendala.
Terutama oleh media massa dan politisi sayap kiri, yang memanfaatkan trik “pembenaran politik (political correctness)” membentuk perlawanan berkelompok, memecah masyarakat, bahkan memicu konflik, di dalam masyarakat Amerika kini telah terpolarisasi, tidak mudah untuk dipersatukan.
Namun Trump yang cinta Amerika sejak kecil meyakini, di dalam hati warga Amerika tradisional terdapat rasa patriotisme yang kokoh, inilah kekuatan pemersatu bangsa yang melampaui segala batasan partai, ras, gender, maupun usia.
Dengan memperlihatkan dimana musuh negara yang sebenarnya, memperlihatkan jalan yang benar akan dibawa kemana negara ini, akan membuat warga memilih yang tepat, meletakkan semua perbedaan dan perselisihan, menyatukan hati, dan maju bersama.
“Saat Anda membuka hati bagi patriotisme, di dalam hati tidak akan ada lagi ruang untuk berprasangka,” dalam pidato pelantikannya Trump telah secara jelas menyatakannya pada seluruh warga Amerika.
Dengan demikian, tidak hanya membuat perang dagang ini mendapat dukungan warga pemilih lintas partai, juga walaupun oposisi memusuhi Trump, namun terhadap nilai tradisional “patriotisme”, “anti komunis” dan lain-lain, mereka sulit menentangnya.
Oleh karena itu, juga akan sangat membantu bagi Trump dan Partai Republik untuk “membangkitkan kembali Amerika” ini demi meraih lebih banyak dukungan warga pemilih, dan menguntungkan pemenangan pemilu paruh waktu. (SUD/WHS/asr)