Seorang wartawan Tiongkok yang bekerja untuk perwakilan perusahaan media penyiaran milik pemerintah, CCTV, di Inggris baru-baru ini mengungkapkan sejauh mana staf-staf media negara tersebut menyebarkan propaganda pro-Beijing di luar negeri.
Sebuah panel berjudul “The Erosion of Freedom, the Rule of Law, and Autonomy in Hong Kong”, telah diadakan 30 September sebagai bagian dari konferensi oleh Partai Konservatif Inggris. Panel tersebut dihadiri oleh Benedict Rogers, pendiri kelompok advokasi Inggris, Hong Kong Watch; Anggota Parlemen Konservatif Fiona Bruce; dan aktivis pro-demokrasi Hong Kong Martin Lee, Benny Tai, dan Nathan Law.
Ketika Rogers, yang juga wakil ketua Komisi Hak Asasi Manusia Partai Konservatif, mengatakan, “Saya percaya ada kepentingan di dalam keduanya Tiongkok dan Inggris untuk Hong Kong agar berhasil” dan “memastikan bahwa ‘satu negara, dua sistem’ ditegakkan,” seorang wanita dengan kartu pers, kemudian telah diidentifikasi sebagai reporter CCTV Kong Linlin, memutuskan untuk membuat keributan di panel tersebut.
Ketika seorang relawan acara mencoba mengawalnya keluar, Kong menampar pria tersebut, menurut video yang diunggah oleh Hong Kong Watch.
Kong menyela, berteriak, “Anda pembohong. Anda anti Tiongkok. Anda ingin memisahkan Tiongkok. Dan Anda bahkan bukan orang Tiongkok. Sisanya semua pengkhianat!’” menurut akun Rogers, seperti yang diberitahukan pada Hong Kong Free Press, situs web berita.
Pada saat itu, Bruce memintanya untuk meninggalkan tempat. Ketika Kong terus berteriak, seorang mahasiswa sukarelawan, yang dikenal sebagai Enoch Lieu, mendekatinya dan mendesaknya untuk pergi.
Dalam video tersebut, Kong terlihat menampar Lieu dua kali, sekali ketika Lieu berbicara dengan dia dan berikutnya ketika penjaga keamanan mengawalnya keluar.
“Dia menuduh saya mencoba membungkamnya. Lalu saya berkata, cukup selesai sampai di sini Anda harus pergi. Tiba-tiba, dia menampar wajah saya,“ Lieu memposting di Twitter pada 30 September dalam serangkaian postingan tentang insiden tersebut.
“Tindakannya adalah serangan langsung terhadap kebebasan berbicara tepat pada konferensi partai kami. Tindakannya tidak dapat ditoleransi,” tulis Lieu.
Kong ditangkap kemudian oleh polisi setempat, karena dicurigai melakukan penyerangan umum. Kong dibebaskan 1 Oktober, menunggu penyelidikan, menurut Associated Press.
Pada tahun 1997, kedaulatan atas Hong Kong telah diserahkan dari Inggris ke Republik Rakyat Tiongkok. Sejak itu, Beijing telah mengintensifkan campur tangan dalam urusan Hong Kong, meskipun Deklarasi Bersama menjamin bahwa Hong Kong diperintah secara otonom.
Campur tangan terutama tumbuh setelah protes massal pada tahun 2014, ketika warga Hong Kong menuntut hak pilih universal dalam pemilihan pemimpin kota. Tahun lalu, panelis Law dipenjara karena perannya sebagai pemimpin protes tersebut, yang dikenal sebagai Gerakan Payung.
Beijing telah memegang teguh klaimnya atas Hong Kong sejak itu.
Mungkin tidak mengherankan, pada 1 Oktober, Kedutaan Besar Tiongkok di Inggris merilis sebuah pernyataan untuk membela Kong, sementara mengklaim bahwa panel Inggris tersebut “meningkatkan arogansi separatis anti Tiongkok.”
Pernyataan tersebut melanjutkan dengan mengatakan bahwa kebebasan berbicara wartawan Tiongkok telah dilanggar ketika “dia hanya mengajukan pertanyaan dan menyatakan pendapatnya.” Pihak kedutaan meminta penyelenggara acara untuk meminta maaf kepada Kong.
Sebuah laporan oleh situs berita pemerintah China Plus mengklaim bahwa dia adalah orang yang dilecehkan secara fisik.
Selain itu, juru bicara CCTV mengatakan “tidak dapat diterima bahwa hak hukum seorang jurnalis Tiongkok dilanggar di Inggris,” menurut laporan China Plus. CCTV juga menuntut permintaan maaf.
Law menyesalkan tindakan-tindakan Kong yang didukung oleh Beijing.
“Selama itu ‘benar secara politis,’ memukul orang, menyebabkan keributan, dan tidak membedakan mana yang benar dan salah semuanya telah menjadi suatu prestasi agung nasional yang mulia. Orang-orang Hong Kong, tidakkah Anda merasa jijik?” tulisnya dalam bahasa Mandarin di Facebook pada 2 Oktober.
Beberapa netizen Tiongkok daratan tidak menerima pembenaran argumen Beijing sama sekali.
“Wow, luar biasa, negaraku. Melakukan hal-hal yang memalukan di Inggris,” komentarnya sinis.
Yang lain berpendapat Kong memiliki motif tersembunyi untuk membuat keributan. “Dia hanya ingin modal politik. Apakah Anda pikir dia benar-benar marah?” (ran)