EpochTimesId – Para pendukung pro-integrasi Inggris dengan Uni Eropa ambil bagian dalam unjuk rasa di London, Inggris, Sabtu (20/10/2018) akhir pekan kemarin. Mereka menuntut agar pemerintah Inggris mengadakan pemungutan suara publik ke-dua atas ketentuan Brexit, menurut BBC.
Penyelenggara mengklaim aksi ini adalah demonstrasi terbesar yang pernah ada. Mereka mengklaim ada sekitar 700.000 orang ambil bagian dalam demonstrasi anti-Brexit (Britis Exit/Keluarnya Inggris dari Uni Eropa) tersebut. Demonstran berjalan kaki melewati jalan-jalan utama di London.
Jika kalim itu akurat, angka kehadiran ini akan menjadikan demonstrasi pada hari Sabtu sebagai protes terbesar kedua di Inggris sejak pergantian abad, menurut The Guardian. Polisi Metropolitan mengatakan tidak dapat memperkirakan jumlah peserta aksi, yang memenuhi Alun-Alun Parlemen London.
Rekaman udara yang diposting oleh The Metro menampilkan skala kerumunan demonstran.
Sementara sejumlah Anggota Parlemen Inggris menyerukan agar pemungutan suara baru terkait Brexit, sejalan dengan keinginan pengunjuk rasa. Walikota London, Sadiq Khan, termasuk di antara politisi yang berbicara kepada mereka yang berkumpul di Parliament Square.
“Apa yang benar-benar penting adalah bahwa mereka yang mengatakan bahwa suara publik tidak demokratis, tidak patriotik, menyadari bahwa sebenarnya, kebalikannya adalah kebenaran,” kata Sadiq Khan, dilansir BBC.
“Apa yang bisa lebih demokratis, apa yang bisa lebih Inggris, selain mempercayai penilaian rakyat Inggris.”
Sementara itu, unjuk rasa pro-Brexit diadakan di Harrogate, yang diselenggarakan oleh komunitas ‘Leave Means Leave’. Demonstrasi ini dipimpin oleh mantan pemimpin UKIP, Nigel Farage.
“Bukti-bukti menunjukkan, hanya ada sekitar sepertiga dari rakyat yang memilih untuk tetap di Uni Eropa. Kita adalah negara demokratis, dan kami berpikir pemerintah seharusnya langsung melakukan keinginan kami,” kata Farage, menurut BBC.
“Dan itu adalah pesan kami (keluar dari Uni Eropa). Teruskan saja, penuhilah janji Anda kepada kami, Anda mengatakan jika kami memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, maka itu akan terjadi, itu perlu.”
Di London, pengunjuk rasa mengibar-ngibarkan bendera biru dan emas Uni Eropa dan mengangkat spanduk di bawah langit cerah. Mereka terus menyerukan referendum baru tentang kesepakatan akhir tentang bagaimana Inggris akan meninggalkan blok perdagangan terbesar dunia.
Seorang demonstran, Sarah Bennett, yang datang dari daerah Holmfirth, Yorkshire, untuk ambil bagian dalam acara tersebut. Dia mengatakan kepada Reuters bahwa dia memang menginginkan agar Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa. Namun, Brexit yang ‘lembut’ akan menjadi hasil yang lebih baik bagi Inggris, daripada tidak mencapai kesepakatan dengan Eropa.
Aksi unjuk rasa itu digelar ketika tekanan semakin menguat kepada Perdana Menteri Theresa May, atas strategi negosiasinya yang mendapat tentangan kuat dari parlemen Uni Eropa. Padahal, waktu yang tersisa hanya sekitar lima bulan sampai Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa. Sejauh ini, tidak ada kesepakatan ‘perceraian’ dan beberapa ‘lawan politik’ di Partai Konservatif yang menaungi May, mengancam akan melengserkannya.
Beberapa jajak pendapat menunjukkan sedikit perubahan yang menguntungkan jika Inggris tetap di Uni Eropa. Akan tetapi belum ada perubahan yang menentukan dalam sikap, dan banyak dari rakyat Inggris mengatakan bahwa mereka semakin bosan dengan isu Brexit.
Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dengan margin 51,89 persen melawan 48,11 persen dalam referendum pada Juni 2016. Inggris dijadwalkan resmi keluar dari UE pada 29 Maret 2019. (TOM OZIMEK dan Reuters/The Epoch Times/waa)
Video Rekomendasi :
Video Pilihan :
https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ