Xia Xiaoqiang
Media resmi Beijing dan Pyongyang sama-sama memberikan penilaian tinggi terhadap hubungan RRT – Korea Utara setelah kunjungan Kim Jong-un ke Tiongkok barubaru ini. Selain itu Xi Jinping juga menerima undangan berkunjung ke Korea Utara.
Pertemuan itu seolah hendak memamerkan kepada dunia tentang hubungan “saudara sekandung” yang akrab. Namun, hanya di satu tahun yang lalu yakni sebelum Perang Dagang RRT -AS dimulai, hubungan Kim Jong-un dengan pemerintahan Xi Jinping sama sekali berbeda dengan sekarang.
Sebelum Xi Jinping berkuasa, di dalam internal Partai Komunis Tiongkok (PKT), golongan Jiang Zemin (pemimpin PKT 1989-2002) mengendalikan kebijakan terhadap Korea Utara, hubungan rezim Kim Jong-il (ayah Kim Jong-un) terutama sangat dekat dengan kelompok Jiang.
Zhou Yongkang (mantan pimpinan Komisi Politik-hukum Pusat yang divonis seumur hidup) pernah menjadi jembatan pertalian hubungan Beijing dan marga Kim ayah dan anak; Zhang Dejiang mantan anggota komite tetap dari faksi Jiang pernah belajar di Universitas Kim Il-sung di Korea Utara; Zeng Qinghong, penasehat militer Jiang Zemin juga pernah memiliki hubungan dekat dengan Kim Jong-il. Korea Utara juga pernah dipertimbangkan sebagai salah satu jalan mundur bagi kelompok Jiang Zemin apabila upaya kudeta mereka gagal.
Setelah Xi Jinping berkuasa, ia menerapkan strategi berbeda dari faksi Jiang dan PKT di masa lalu dan mulai menjaga jarak dengan Korea Utara.
Dari tanggal 3 hingga 4 Juli tahun 2014, ketika Xi Jinping pertama kali mengunjungi Semenanjung Korea, ia melewati pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan malah bertemu dengan seteru Korut yakni Presiden Korea Selatan Park Gyun-hye, hal ini menumbangkan praktik tradisional masa lalu PKT.
Setelah Xi Jinping mengambil alih kekuasaan, Kim Jong-un berulang kali memberi isyarat untuk mengunjungi Beijing, tapi tidak mendapatkan persetujuan.
Pada saat yang sama, faksi Jiang selalu mempertahankan interaksi yang erat dengan Korut, masalah Korea Utara pun menjadi alat bagi faksi Jiang untuk menjegal kebijakan Xi Jinping, beberapa kali uji coba nuklir Korea Utara selalu terjadi pada saat peristiwa besar terjadi dalam situasi internal politik tingkat tinggi PKT.
Mengapa hubungan RRT-Korut lantas mendadak berubah setelah Perang Dagang RRT-AS? Dampak dimulainya Perang Dagang RRT-AS merupakan pukulan berat yang cukup fatal bagi rezim Komunis Tiongkok.
PKT sedang kehilangan “Jerami penyelamat” yang dipegang erat untuk mengendalikan ekonomi RRT. Krisis kemusnahan Partai telah dijadikan krisis utama bagi PKT. Menyelamatkan Partai telah menjadi reaksi naluriah dan tindakan pilihan utama PKT secara keseluruhan.
Terhadap kunjungan Kim Jong-un ke Tiongkok di saat yang bersamaan dengan Perang Dagang RRT-AS sedang berkobar gencar dan negosiasi perang dagang itu sedang berlangsung, sangat sulit bagi dunia luar untuk tidak mengkaitkan masalah Korea Utara dengan Perang Dagang RRT-AS.
Sesungguhnya apakah Xi Jinping yang menjadikan masalah Korea Utara sebagai kartu truf ataukah sebaliknya, semuanya tidak terlalu penting. Yang penting adalah, kartu itu sama-sama digunakan untuk melawan Amerika Serikat.
Ada komentator yang berpendapat bahwa kunjungan Kim Jong-un ke Tiongkok semestinya adalah demi pertemuan Trump-Kim yang segera akan diselenggarakan, untuk itu Kim meminta bantuan sesuatu kepada Xi Jinping. Karena Kim Jong-un khawatir sanksi Amerika Serikat akan berlanjut dan terus ditingkatkan sehingga menyebabkan krisis rezim yang lebih parah.
Sedangkan pihak Beijing ingin mencapai kesepakatan dengan AS, tidak mungkin memainkan kartu truf Korea Utara seperti dulu yang akan memengaruhi negosiasi perdagangan. Pandangan dan logika seperti ini digunakan untuk PKT, masih agak terlalu “sederhana”.
PKT di bawah krisis kekuasaan, semua metode dan cara perlindungan diri yang digunakan pada dasarnya tidak memiliki terlalu banyak logika dan garis dasar. Selama kartu apa saja bisa digunakan maka PKT akan mengeluarkan kartu itu.
Di sisi lain, Perang Dagang RRT-AS juga telah mengembalikan bentuk asli hubungan antara PKT dan PBKU (Partai Buruh Korea Utara): Rezim Komunis Tiongkok menjadikan Korea Utara, saudara kecil brandal itu sebagai alat untuk melawan dan menantang Amerika Serikat dan dunia Barat; sementara itu Korea Utara melalui dukungan dari PKT memeras dan menipu masyarakat Barat untuk bertahan hidup, ideologi komunisme yang sama membuat PKT dan PBKU bersekongkol dan telah saling memanfaatkan selama bertahun-tahun.
Rezim PKT dan rezim marga Kim Korea Utara kini sedang berada dalam situasi ketidatenteraman dalam negeri plus tekanan besar dari luar negeri dan sedang menuju ke situasi tercerai-berai untuk kemudian musnah.
Di bawah latar belakang Perang Dagang RRT-AS, sepasang saudara senasib dan sepenanggungan ini, bersekutu melawan AS untuk mencoba mendapatkan sambungan nafas rezim yang tersengal, telah menjadi landasan tren situasi bagi pengamatan pertarungan antara tiga negara yakni RRT, AS dan Korea Utara. (LIN/WHS/asr)