EpochTimesId — Tiga pesawat kargo militer Amerika Serikat mendarat di kota perbatasan Kolombia, Cucuta pada 16 Februari 2019. Pesawat itu membawa 180 ton bantuan kemanusiaan untuk negara tetangga Kolombia, Venezuela. Negara yang masih terus mengalami krisis ekonomi, politik, dan sosial yang berkepanjangan.
Pesawat Angkatan Udara C-17, yang tiba dari Miami, membawa pengiriman kedua bantuan AS sejak pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido menolak legitimasi pemimpin rezim sosialis Venezuela, Nicolas Maduro pada 23 Januari 2019. Dia mengklaim bahwa konstitusi menyatakan dirinya sebagai presiden sementara dari negara yang dilanda krisis.
Guaido telah menggunakan gelar barunya untuk menggalang bantuan dari negara-negara di seluruh dunia. Bahkan ketika Maduro secara konsisten menyangkal adanya krisis kemanusiaan, memusatkan perselisihan internasional mengenai masa depan Venezuela mengenai pasokan yang saat ini ditimbun di Cúcuta.
Amerika Serikat telah menjanjikan bantuan senilai 20 juta dolar AS untuk meringankan penderitaan rakyat di Venezuela yang disebabkan oleh kekurangan makanan dan obat-obatan yang meluas, dan hiperinflasi yang merajalela, yang bahkan membuat produk yang paling dasar tidak dapat dijangkau oleh rakyat miskin.
“Ini bukan yang pertama, dan itu tidak akan menjadi yang terakhir,” Administrator USAID, Mark Green mengumumkan kepada pers internasional yang menunggu kedatangan kiriman. “Lebih banyak lagi di perjalanan.”
Pengiriman bantuan terbaru berisi makanan bernutrisi, peralatan P3K, dan barang-barang pribadi, dengan pengiriman tambahan diharapkan akan tiba dalam beberapa hari mendatang.
Tiga Titik
Gudang yang dijaga ketat di Cúcuta adalah salah satu dari tiga titik dari upaya pengiriman yang akan dilakukan pada 23 Februari 2019; Oposisi Guaido berharap akan mendorong pertikaian antara Maduro dan pasukan militer yang terus mendukungnya, meskipun ada ketidakpuasan rakyat. Dua lokasi lainnya adalah Roraima di Brasil utara, dan pulau Curacao di Karibia Belanda.
Ketika saatnya tiba, tokoh-tokoh militer akan menghadapi pilihan untuk tidak mematuhi perintah Maduro dan membiarkan pasokan yang sangat dibutuhkan ke negara itu, atau tetap setia kepadanya dan menghalangi masuknya bantuan, berpotensi memicu konfrontasi dengan orang banyak yang sangat membutuhkan makanan dan obat-obatan.
Maduro, mengatakan penurunan negaranya adalah akibat dari sanksi yang dijatuhkan AS dan bahwa Venezuela bukan pengemis. Sebuah upaya rumit dengan menggunakan tanki minyak dan peti kemas dilakukan pada 6 Februari 2019, untuk menghalangi barikade jembatan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam memberikan bantuan, memicu kebuntuan internasional atas Venezuela di perbatasan.
“Lebih dari 50 metrik ton bantuan kemanusiaan dari AS kini berada di Kolombia. Masa depan para pemimpin militer pasca-Maduro di Venezuela akan bergantung sebagian besar pada, apakah mereka mengizinkan atau tidak bantuan itu untuk menjangkau rakyat Venezuela,” Senator A. Marco Rubio (Republikan/Florida) dari AS men-tweet tentang blokade itu.
Rubio mengunjungi Cúcuta pada 17 Februari 2019 untuk membahas rencana distribusi. Bahkan dengan adanya dukungan kuat dari Amerika Serikat, Kolombia, dan Brasil, belum jelas juga apakah bantuan kemanusiaan akan berhasil melintasi perbatasan.
Sementara itu, Guaido telah mengatakan bahwa ratusan ribu sukarelawan, termasuk banyak diaspora Venezuela yang tinggal di seluruh Amerika Latin, telah mendaftar untuk membawa pasokan melintasi perbatasan. Walau masih belum jelas, apakah mereka akan nekat bergerak dalam menghadapi kemungkinan dampak pengusiran dari pasukan militer yang telah banyak dikritik karena melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Ada juga kekhawatiran bahwa bantuan dapat dikirim ke Venezuela tetapi kemudian didistribusikan secara tidak efektif atau disita oleh Garda Nasional, yang dapat mendistribusikan atau menjualnya, sehingga merusak usaha oposisi dalam membantu rakyat miskin.
“Saya tidak berpikir bahwa Garda Nasional akan mengambil bantuan ini. Saya lebih khawatir bahwa bantuan ini mungkin tidak disampaikan secara terorganisir di lapangan,” kata Geoff Ramsey, direktur Venezuela pada Kantor Perwakilan Washington di Amerika Latin. “Adalah satu hal untuk mengatakan Anda adalah pemerintah sementara dan lainnya untuk mulai memberikan layanan kepada rakyat Venezuela.” (LUKE TAYLOR/The Epoch Times/waa)
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA
Simak Juga :
https://youtu.be/rvIS2eUnc7M