Epochtimes.id- Seorang penyintas Farhid Ahmed yang selamat dari aksi penembakan menyampaikan dirinya memaafkan si pelaku. Walaupun Ahmed harus merelakan istrinya yang juga menjadi salah satu korban tewas akibat penembakan di Masjid Al-Nur, Christchurch, Selandia Baru Jumat (15/3/2019).
Insiden penembakan brutal itu menewaskan 50 jiwa. Brenton Tarrant adalah seorang warga Australia berusia 28 tahun, yang didakwa pada Sabtu 16 Maret lalu atas pembunuhan di Masjid Al-Nur. Insiden ini adalah penembakan massal paling brutal dalam sejarah Selandia Baru.
Tarrant kini mendeka dipenjara tanpa pembelaan. Dia akan kembali diseret ke pengadilan pada 5 April mendatang. Tarrant akan menghadapi lebih banyak dakwaan.
Farhid Ahmed adalah orang yang pertama kali diwawancarai polisi pada hari Jumat itu tak lama setelah penembakan terjadi. Pada saat itu, dia belum mendengar kabar tentang istrinya hingga kemudian dia menerima kabar buruk.
Istrinya, Husna Ahmed mengelola kelas untuk anak-anak di masjid, sementara suaminya memberikan khotbah. “Dia mungkin lebih terbuka daripada saya; dia bisa mengulurkan tangan untuk siapa pun,” kata Farid Ahmed kepada Newshub.
Pada hari Jumat, kehidupan damai mereka hancur ketika seorang penembak menerobos masjid tempat mereka bertugas selama 20 tahun. “Apa yang dia lakukan ketika penembakan dimulai, dia mengatur para wanita dan anak-anak untuk melarikan diri, dia memandu mereka,” kata Ahmed.
Pasangan itu berada di ruangan yang terpisah dan Farhid Ahmed -menggunakan kursi roda karena pernah kecelakaan ditabrak mobil. Tetapi si penembak tak memasuki ruangan Ahmed beribadah. Ini membuatnya dapat menyelamatkan diri ke tempat parkir. Dia pun menyaksikan pembantaian itu dari belakang sebuah mobil.
“Kupikir aku tidak akan keluar, dan aku siap mati. Itulah sebabnya saat ini aku hanya berpikir, ‘Tidak ada gunanya panik, aku lebih baik tenang dan siap’,” katanya.
Husna mengumpulkan para wanita dan anak-anak dan membawa mereka ke tempat yang aman sebelum kembali menyelamatkan suaminya. “Lalu ketika mereka berada di tempat yang aman, dia akan kembali untuk saya – dan itulah saatnya dia datang ke gerbang, itulah saatnya,” kata suaminya.
Pada hari Jumat itu, menunggu di luar berjama-jam setelah serangan teroris. Farhid berbicara kepada Newshub berharap istrinya baik-baik saja. “Ketika itu, saya tidak tahu di mana istri saya berada, dia ada di ruang wanita,” katanya. Lalu dia mendapat berita terburuk yang bisa dia bayangkan.
Istrinya kehilangan nyawanya karena berusaha menyelamatkannya. Terlepas dari tindakan kebencian yang mengerikan, Farhid Ahmed telah menemukan cara untuk memaafkan penembak.
“Saya pikir mungkin dia mengalami beberapa trauma dalam hidupnya, mungkin dia tidak dicintai, Saya tidak membencinya sama sekali, saya tidak membencinya sama sekali, tidak sama sekali,” ujarnya.
Farhid mengatakan memberikan maaf adalah apa yang ingin dikatakan dan diinginkan oleh istrinya Husna. “Dia berani, dan dia memberikan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain,” katanya.
Farhid mengatakan dirinya ingin berpesan kepada orang yang melakukan ini, atau jika dia memiliki teman yang berpikiran sama seperti ini bahwa dirinya tetap mengasihi mereka.
Farhid mengatakan dirinya tidak setuju dengan apa yang dilakukan karena sebuah keputusan yang salah. Tapi Farhid menekankan dirinya percaya bahwa mereka memiliki sesuatu yang besar di hati.
Bahkan, jika ada kesempatan, farhid ingin memeluk memeluk si pelaku dan ingin mengatakan hal yang palin dalam dari lubuk hatinya. “Saya tidak menyimpan dendam kepada Anda,saya tidak pernah membenci Anda, saya tidak akan pernah membenci Anda,” kata Ahmed.
Farhid menyampaikan pesan kepada semua orang yang mengalami kejadian buruk agar membalasnya dengan kebaikan. “Jika seseorang berbuat buruk kepadamu, lakukan hal yang baik sebagai balasannya,” katanya kepada Newshub.
Sumber : Newshub, VOA