Dr. Xie Tian
Beberapa hari lalu seorang teman mengirim sebuah video melalui internet, dikatakan saat Komunis Tiongkok menggelar rapat, para pelayan yang menyajikan teh telah dididik dengan proses menuangkan teh yang terbagi menjadi 25 langkah! Untuk hal ini, Komunis Tiongkok senang dan bangga di surat kabar partainya.
Warganet yang humoris berkata, “dalam hal omong kosong Komunis Tiongkok memang sangat profesional, namun dalam hal profesional Komunis Tiongkok sendiri adalah tong kosong!” Memang demikian adanya, ini juga merupakan hal-hal membosankan pada negara otoriter.
Sebenarnya inisiatif internasional dan program investasi “one belt one road” (OBOR) yang dimaksud Komunis Tiongkok, pada dasarnya adalah mengubah suatu investasi yang profesional menjadi permainan yang bertujuan politik, lalu karena masyarakat internasional mulai tersadar, lelucon ini telah dibongkar ke akarnya sehingga meredup.
“One Belt One Road” adalah kepanjangan dari “The Silk Road Economic Belt and The 21st Century Maritime Silk Road”, atau dalam bahasa Inggris disingkat menjadi “belt road initiative atau BRI). Ini adalah jalur ekonomi lintas negara yang diprakarsai oleh Komunis Tiongkok sejak tahun 2013.
Dilihat dari perencanaan Komunis Tiongkok, program ini jauh melampaui cakupan jalan sutra dan jalan sutra maritim dalam sejarah, mencakup Asia tengah, Asia utara dan Asia barat, negara pesisir samudera hindia dan laut tengah, dan bahkan menjangkau amerika utara, australia juga eropa.
Lewat daratan, Komunis Tiongkok berupaya memperkuat kerjasama ekonomi dengan negara dan regional sepanjang jalur darat, memperkuat pembangunan infrastruktur di sepanjang jalur, dengan harapan mampu menghabiskan kelebihan produksi dan tenaga kerja dari Tiongkok, menjamin pasokan sumber daya alam ke Tiongkok, mendorong perkembangan wilayah barat Tiongkok.
Lewat lautan, Komunis Tiongkok berupaya menjangkau wilayah di laut Tiongkok selatan lewat pelabuhan pesisir timur Tiongkok, mencapai samudera hindia, pada akhirnya mencapai eropa, jalur lainnya masuk ke wilayah selatan samudera pasifik.
Dalam tiga sesi rapat pleno pada kongres nasional ke-18 Komunis Tiongkok di bulan November 2013 silam, program “OBOR” naik kelas menjadi strategi nasional, karena program ini mungkin dapat menyelesaikan kesulitan ekonomi dalam negeri Tiongkok, apalagi terlihat memiliki wawasan ke depan dan ambisi ekspansionis. Selain dapat memperlas pengaruh Komunis Tiongkok di seluruh dunia, juga dapat membantu para elite Komunis Tiongkok mengalihkan ASet mereka, tentu saja mereka sangat menggandrunginya.
Pada 2014 Komunis Tiongkok membentuk “Yayasan Jalan Sutra” dengan dana USD 40 Miliar. Di tahun 2015 Komunis Tiongkok mendirikan “Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Modal awal AIIB adalah USD 100 miliar, diantaranya investasi sebesar USD 29 miliar oleh Tiongkok dengan hak suara 300.000 suara, merupakan pemegang saham utama, jauh melampaui negara anggota lainnya, bahkan masih satu kali lipat lebih besar daripada saham kedua terbesar yakni india ( USD 8,4 miliar) dan Rusia ( USD 6,5 miliar) jika dijumlahkan.
Di saat membentuk ‘Yayasan Jalan Sutra’ di tahun 2014, Komunis Tiongkok telah mengeluarkan modal sebesar USD 40 miliar, tapi di tahun 2017 saat penambahan modal, hanya menginvestasikan rmb 100 miliar (atau sekitar USD 14,8 miliar). Mengapa melakukan perubahan yang begitu misterius itu? Apakah karena seluruh dunia telah menerima mata uang rmb, atau karena RMB bisa ditukarkan dengan bebas dan telah menjadi mata uang internasional? Tentu saja tidak.
OBOR mulai diterapkan sejak tahun 2014, hingga saat ini terjebak dalam kesulitan, bahkan disebut-sebut merupakan program propaganda yang mulai ‘mati pelan-pelan’, adalah dikarenakan kondisi ekonomi Tiongkok, khususnya perdagangan dengan luar negeri, sudah tidak mampu lagi menopang proyek ‘pemborosan uang’ seperti OBOR ini.
Ada yang membandingkan OBOR dengan ‘rencana marshall (atau lebih dikenal dengan marshall plan)’ AS pasca PD-II, dengan anggapan bahwASanya AS mampu bangkit menjadi negara adidaya berkat marshall plan, Komunis Tiongkok mungkin bisa bangkit dengan OBOR, dan menjadi negara superpower yang mampu menandingi Amerika Serikat.
Marshall plan AS untuk membantu Eropa di masa itu, sebagian adalah program kredit, sebagian besar adalah bantuan, uang yang digunakan adalah uang dolar milik AS sendiri. Tentu saja pemerintah AS tak bisa seenaknya mencetak uang untuk membantu dan berinvestasi di eropa, melainkan hanya bisa dilakukan jika disahkan oleh kongres, menaikkan pungutan pajak, mengurangi belanja, dan memperluas sumber dana.
Sebagai contoh, baru-baru ini presiden trump dan kongres partai demokrat mencapai kesepakatan dalam investasi pembangunan infrastruktur senilai USD 2 Triliun, guna memperbaiki jalan dan jembatan di AS, yang dianggarkan dengan menaikkan pajak penjualan bahan bakar mobil, warga AS harus membayar 25 sen lebih mahal untuk setiap gallon bahan bakar.
Warga tidak terlalu mempersoalkan hal ini, karena warga menggunakan fasilitas jalan tol dan jembatan, artinya warga membayar untuk perbaikan jalan dan jembatannya sendiri, memang sudah sepantasnya. Hanya setiap kali mengisi bahan bakar mobil, harus membayar 2 sampai 5 dolar AS lebih mahal.
Berbeda dengan Tiongkok, investasi di luar negeri oleh Komunis Tiongkok, kondisi yang paling ideal adalah menggunakan uangnya sendiri, dibayar dengan RMB. Komunis Tiongkok bahkan berharap semuanya bisa memanfaatkan tenaga kerja sendiri, mulai dari bahan baku sampai mesin dan tenaga kerja, semuanya dibayar dengan RMB.
Tapi Komunis Tiongkok tidak mampu berbuat demikian, ia mungkin bisa saja melakukan perdagangan barter dengan negara perbatasan, tapi hal yang sama tidak dapat dilakukan begitu saja dengan negara yang jauh; negara yang bekerjasama juga tidak mau menanggung hutang RMB, karena tidak ada jaminan, mereka juga tidak bersedia memboyong tenaga kerja dari Tiongkok ke negeri sendiri untuk pembangunan infrastruktur.
Selain menyingkirkan tenaga kerja dalam negeri, juga menanggung beban hutang. Yang dapat dilakukan oleh Komunis Tiongkok untuk berinvestasi di OBOR hanyalah dana-dana yang berasal dari cadangan devisa dan mata uang keras valuta asing yakni keuntungan yang mereka peroleh dari surplus perdagangan dengan negara lain.
Surplus perdagangan ASing Tiongkok terutama berasal dari AS dan sebagiannya dari negara-negara eropa. Keuntungan yang didapat dari AS-lah yang paling banyak, hal itu juga yang telah memicu antipati terbesar dari pemerintahan Trump. Itu sebabnya, begitu trump memulai perang dagang, dampak terhadap Komunis Tiongkok juga paling besar.
Menurut data dari komisi perdagangan internasional (ITC) AS, surplus dagang Tiongkok terhadap AS, dari sekitar USD 30 miliar di tahun 1998 secara perlahan telah melonjak naik sampai hampir USD 100 miliar. Peningkatan terbesar berawal dari tahun 2001 yakni setelah Tiongkok bergabung dengan WTO.
Dari tahun 2007 hingga 2008 mencapai puncaknya yakni sebesar USD 300 miliar. Di saat krisis moneter melanda dunia di tahun 2008, tren ini agak menurun hingga sekitar USD 200 miliar di tahun 2009, lalu meningkat pesat lagi di tahun 2010.
Sampai tahun 2014 hingga 2015, di saat Komunis Tiongkok mengusung proyek baru OBOR, adalah saat dimana Komunis Tiongkok merasa paling bangga dan lupa diri, surplus dagang dengan AS mencapai USD 350 miliar!
Impian indah dan idealisme Komunis Tiongkok, bahwa surplus seperti ini jika terus berlanjut, maka orang amerika setiap tahun memberi uang sebanyak USD 350 sampai 370 miliar pada Tiongkok, dan dalam sepuluh tahun akan menjadi 4 triliun dolar AS. Komunis Tiongkok bisa memanfaatkan perdagangan luar negeri, membeli dan mengakuisisi, mendorong OBOR, menerapkan pengaruh otoriternya, dan menyiapkan jalan keluar bagi dirinya!
Di tahun 2016 trump terpilih menjadi presiden, Komunis Tiongkok belum menyadari bencana telah menghadang di depan mata. Pada perundingan perdana pemimpin Tiongkok-AS pada 2017 lalu, Komunis Tiongkok masih mengira semuanya sudah pasti, trump telah berhasil mereka atasi.
Sampai tahun 2018 Trump memulai perang dagang, barulah Komunis Tiongkok terkejut, tiba-tiba Komunis Tiongkok mendapati angan-angan, rencana dan strateginya, semuanya telah terperosok ke dalam kesulitan, mematahkan impian indah sepihak Komunis Tiongkok.
Perang dagang trump telah memutus sumber harta Komunis Tiongkok, mengakibatkan cadangan devisa Tiongkok terancam bahaya, Komunis Tiongkok pun segera memberlakukan pengendalian ketat terhadap penukaran mata uang oleh warga Tiongkok dan perusahaan asing.
Memasuki tahun 2019 hingga 2020, surplus dagang besar Komunis Tiongkok hanya akan menjadi sejarah. Cadangan devisa di tangan Komunis Tiongkok pun akan segera lenyap. Ini menandakan, perang dagang Trump telah mencabut akar permasalahan pada program obor Komunis Tiongkok, impian indah Komunis Tiongkok telah pupus! (SUD/WHS/asr)
Proyek OBOR telah membuat banyak negara jatuh ke dalam perangkap hutang dan antipati penduduk setempat. ILUSTRASI (Arif Ali/Getty Images)
Video Rekomendasi :