Liu Di
Pada awal Dinasti Tang, ilmu seni bela diri Sie Jin Kwie adalah paling menonjol. Sie Jin Kwie adalah namanya yang dikenal dalam dialek Hokkian. Sedangkan dalam Bahasa mandarin disebut dengan Xue Rengui.
Ketika masa kaisar Gao Zong dari Tang, bala tentara Tang memperluas wilayah. Tentara berturut-turut menyerang wilayah Turki Barat (suku nomaden ber-etnis Turki di zaman Tiongkok kuno), Paekche (salah satu dari 3 kerajaan Korea kuno) dan Koguryo (negara Asia Timur kuno), sehingga luas wilayah Dinasti Tang mencapai puncaknya.
Pada zaman yang penuh gejolak itu, justru merupakan panggung bagi para ksatria untuk menunjukkan kebolehan mereka. Sie Jin Kwie, satria berjubah putih yang dipromosikan berkat mata bijak sang kaisar Tai Zong dari Tang, juga pada masa itulah ia secara resmi memulai perjalanan karirnya yang cemerlang.
Pada tahun ke-2 Kaisar Xian Qing dari Tang (tahun 657), Jendral Su Dingfang dari dinasti Tang memimpin 10.000 pasukan berkuda menggempur wilayah barat Ashina Helu, Turki Barat yang memberontak.
Peperangan ini merupakan suatu peperangan sengit. Sebanyak 4 kali peperangan yang melibatkan 2 generasi kaisar dan dapat diakhiri oleh gempuran Su Dingfang.
Meskipun tidak diketahui apakah Sie Jin Kwie ikut terjun dalam perang tersebut, namun yang dapat dipastikan, ia telah berjasa besar dalam memperlancar jalan menuju kemenangan perang tersebut.
Hanya saja jasa kemiliterannya Sie Jin Kwie kali ini, bukan dalam hal jumlah musuh yang dibasmi, ataupun perolehan jumlah rampasan perang. Melainkan dengan cara menetapkan strategi dan menegakkan aturan, sehingga tanpa berperangpun telah merebut hati lawan.
Piawai dalam Bidang Ilmu Kemiliteran dan Sastra, Sebarkan Kebajikan Dinasti Tang Agung
Tercatat dalam kitab sejarah otentik, ketika Su Dingfang berperang, Sie Jin Kwie mengajukan catatan dan analisanya pada kaisar Gao Zong, dengan dasar “perang yang tanpa alasan yang jelas, akhirnya pasti akan kalah.”
Ketika itu, ia mengajukan strategi umum dalam pertempuran. Karena pada masa itu rumpun etnis Turki sedang terbelah, di antaranya Nishufu karena merasa dirinya mampu dan tidak mau tunduk di bawah Helu yang mengangkat dirinya sebagai Khagan, namun malang dia telah dikalahkan, anak istrinya ditawan, sehingga terpaksa menyerah.
Sedangkan tentara Tang dalam berperang juga menangkap keluarga Nishufu, ketika sedang bersiap-siap memasukkan mereka ke dalam daftar warga kelas bawah, namun dapat dicegah dengan adanya strategi dari Sie Jin Kwie. Maka cara paling tepat yang diterapkan oleh pasukan Tang adalah mengembalikan mereka kepada Nishufu, bahkan menghadiahi mereka sejumlah harta.
”Dengan demikian, dinasti Tang Agung bukan saja dapat menunjukkan rasa simpatik dan santunan terhadap Nishufu; juga dapat membuat rakyat melihat kekejaman dan kesewenang-wenangan Helu serta mengagumi kaisar Tang Agung yang menyebar-luaskan kebajikan,” ujar Sie Jin Kwie yang spontan diterima oleh Gao Zong dari Tang.
Benar saja Nishufu sangat mengagumi dan berterima kasih atas kebajikan sang kaisar. Ia bersumpah dan berjanji setia sampai mati pada dinasti Tang. Proposal Sie Jin Kwie bukan saja telah memperlemah kekuatan nyata etnis Turki, bahkan bersamaan itu telah membuat pasukan Tang menjadi pasukan keadilan.
Dalam medan perang, Su Dingfang dan kawan kawan tidak gentar dalam menghadapi batu ujian keras dari ratusan ribu tantara musuh dan badai salju setebal 0,7 meter. Mereka memperoleh kemenangan besar walau dengan prajurit sedikit melawan musuh dalam jumlah banyak dalam mempersatukan Turki Barat. Kemudian Nishufu menjadi orang pertama yang dianugerahi gelar “Khan” di Turki oleh Dinasti Tang, dan menjaga keamanan tapal batas bagi dinasti Tang.
Catatan berisi analisa yang dipersembahkan kepada kaisar ini tersimpan dalam berkas catatan sejarah, memiliki alasan yang kuat dan dilengkapi bukti, serta berstruktur jelas. Kecerdasan Sie Jin Kwie mampu menggambarkan keseluruhan situasi dengan hanya melihat sebagian.
Ternyata ia bukan saja seorang perwira dengan daya tempur yang amat sangat tinggi, tapi juga merupakan seorang ahli strategi militer dengan wawasan luas dalam bidang sastra dan kemiliteran.
Sedangkan tingkat pencapaiannya dalam bidang ilmu pengetahuan, lebih mengagumkan, dibuktikan dalam dua buah kitab dinasti Tang “Jing Ji Zhi” dan “Yi Wen Zhi”, semuanya mencatat adanya satu set kitab 14 jilid berjudul “Catatan Baru tentang Makna Zhou Yi (The Book of Change)”, pada kolom penulis dari 2 kitab tersebut, secara mengejutkan tercantum nama besar Sie Jin Kwie!
Sulit sekali dibayangkan ternyata bersamaan dengan giat berlatih silat dan melatih bala tantara, sang jenderal masih sempat juga menghasilkan karya ilmiah hasil penelitian.
Meskipun 1 set buku karangannya itu telah punah, namun catatan tersebut menunjukkan sisi lain bahwa Sie Jin Kwie sudah sejak muda melahap buku-buku kesusasteraan dan budaya. Bahkan tingkat wawasan sejati dari sang Jenderal besar itu mungkin sudah terlalu jauh untuk dikejar oleh kebanyakan kaum terpelajar di zamannya.
Tidak mengherankan bahwa di dalam karya seni tentang legenda Sie Jin Kwie, sering kali disinggung tentang kecakapan dan wawasannya. Misalnya dalam opera tradisional, Sie Jin Kwie menyebut dirinya sebagai, “Di masa lampau Jin Kwie banyak membaca kitab-kitab zaman kuno maupun kini.” Meski ia pandai, nyonya Liu sang istri juga menghibur dan menasihatinya: ”Di dalam dadamu terkandung puluhan ribu jilid kitab, buat apa begitu gelisah?” Hal ini bukanlah angan angan generasi berikut yang hendak mengkultuskan Sie Jin Kwie, ternyata merupakan fakta sejarah yang akurat.”
Sosok Pemanah Handal
Sie Jin Kwie yang di atas kuda terlebih lagi nampak perkasa dan gagah berani, ketika menyerbu musuh di medan laga wilayah provinsi Liaoning Timur, dan bagian Utara gurun Gobi (Mongolia).
Keahliannya memanah dari atas kuda telah sepenuhnya terekspresikan. Pada 659, sekali lagi Sie Jin Kwie menggempur Korea, terlebih dahulu menyerang 3 ribu musuh di kota Gui Duan. Tahun berikutnya terlibat perang besar melawan para jenderal musuh di gunung Heng.
Dalam kitab sejarah tertulis bahwa ia “menaiki kuda memimpin penyerbuan, setiap kali busurnya membidik, pasti ada yang jatuh terkena panah.” Sie Jin Kwie yang dulunya pernah menjadi serdadu biasa, ternyata merupakan pemanah jitu dari atas kuda. Sesampainya di kota Sosong, Sie Jin Kwie menemui tandingannya, pihak lawan juga menerjunkan pemanah ahli yang secara beruntun memanah mati belasan prajurit Tang. Sie Jin Kwie lantas menyongsongnya, memanah jatuh busurnya, membuat sepasang tangannya tidak berdaya dan berhasil menangkapnya hidup-hidup.
Dalam peperangan dinasti Tang menghancurkan Koguryo (kini sebagian wilayah Korea) pada Tahun 666 Masehi, Sie Jin Kwie maju berperang bersama jendral besar Li Ji, merupakan peristiwa “Perjalanan Perang Sie Jin Kwie ke Timur” yang beredar luas.
Dalam sejarah tercatat, pada awal peperangan, pasukan dinasti Tang berada dalam posisi tidak menguntungkan. Untunglah ada Sie Jin Kwie yang 2 kali membantu pada saat yang tepat, menghancurkan lebih dari 50.000 musuh, hal mana telah membalikkan situasi.
Menanggapi hal ini kaisar Gao Zhong dari Tang menulis surat pribadi yang memujinya sebagai “Jenderal yang mantan prajurit, tanpa hirau jiwa raga, menyerbu ke kiri menyerang ke kanan, tanpa tandingan”.
Dua tahun kemudian, Sie Jin Kwie memimpin pasukan berjumlah 2 – 3 ribu prajurit untuk menggempur Buyeo di Koguryo, dalam internal pasukannya, karena jumlah personel yang sedikit, ada yang menasihatinya untuk tidak gegabah melakukan penyerbuan.
Ketika itu, Sie Jin Kwie berpendapat: ”Kualitas pasukan lebih menentukan daripada kuantitasnya, yang penting adalah sang komandan piawai menggunakan prajuritnya.” Maka ia dengan teguh melakukan penyerbuan, dan berhasil membobol Buyeo dengan prestasi menghancurkan sepuluh ribu musuh, kota-kota lain mendengar ini langsung menyerah, reputasi dan wibawa pasukan Tang meningkat pesat.
Namun yang paling mengagumkan adalah perilaku Sie Jin Kwie setelah menang perang. Berkat jasanya dalam kemiliteran ia diangkat menjadi kepala daerah administrative. Ia memerintah dan tinggal di Koguryo, di sana ia menyantuni anak-anak yatim piatu dan para manula. Ia mempromosikan cendekiawan setempat, mendirikan monumen bagi orang-orang yang loyal dan berbakti pada oran tua. Dalam waktu singkat, segenap masyarakat Koguryo dengan suka cita menerima edukasi dari dinasti Tang.
Untuk menduduki sebuah kota mungkin hanya memerlukan siasat jitu dan keunggulan militer, namun untuk menundukkan hati manusia suatu negeri, justru membutuhkan kasih yang merakyat dan perilaku luhur.
Hal ini dapat dilakukan oleh Sie Jin Kwie, mungkin di dalam hatinya, benar-benar telah dapat memahami makna sejati dari “kebajikan dalam kemiliteran” (PUR/WHS/asr)