Nick Gutteridge Spesial untuk The Epochtimes
Uni Eropa mengeluarkan peringatan keras pada 9 Oktober, bahwa perusahaan “yang didukung negara” dari negara “bermusuhan” dapat menyusup ke jaringan 5G untuk melumpuhkan benua itu.
Laporan itu terkait referensi terselubung dengan raksasa telekomunikasi Komunis Tiongkok, Huawei.
Dalam penilaian ancaman bersama yang disusun oleh para pakar keamanan dari semua 28 negara blok, dinyatakan bahwa penyalahgunaan berbahaya teknologi baru akan memiliki “dampak negatif yang sangat parah dan luas.”
Peringatan tersebut menyoroti risiko penyedia “menjadi sasaran gangguan dari negara non-Uni Eropa.” Di mana ada “hubungan yang kuat antara pemasok dan pemerintah” yang dapat “melakukan segala bentuk tekanan” di atasnya.
Laporan yang dipublikasikan secara resmi itu, berhenti menyebutkan nama Huawei atau Tiongkok. Sedangkan para pejabat senior Uni Eropa menyebutnya dalam upaya untuk “menjaga pendekatan netral.”
Namun demikian, ketentuan di mana risiko keamanan diuraikan, menjadikan terang benderang bahwa negara-negara Uni Eropa memiliki nama raksasa telekomunikasi yang didukung Beijing dalam pikiran.
Dokumen tersebut menyatakan, bahwa pemasok yang berbasis di negara-negara “di mana tidak ada pemeriksaan dan keseimbangan legislatif atau demokratis.” Dokumen tersebut juga menyebut “tidak adanya perjanjian keamanan atau perlindungan data” dengan Uni Eropa yang mana menghadirkan risiko tertinggi.
Laporan itu memperingatkan, bahwa aktor yang bermusuhan dapat menggunakan “kelemahan keamanan utama, seperti yang berasal dari proses pengembangan perangkat lunak yang buruk di dalam pemasok peralatan.
Cara itu, dengan jahat memasukkan Backdoor secara disengaja ke dalam produk mereka. Kemudian dapat digunakan untuk meretas sejumlah perangkat yang akan terhubung ke jaringan 5G, dari pengiriman dan sensor ke telepon pintar atau bahkan peralatan rumah tangga. Tujuannya, untuk “menyerang jaringan” dan membuatnya Overload.
Sir Julian King, komisaris keamanan Uni Eropa, mengatakan laporan itu “sudah menjadi sinyal ke pasar” bahwa ancaman seperti itu, akan direspon dengan serius. Sedangkan pengadaan 5G “tidak seperti membeli mobil, tapi seperti bergabung dengan sebuah klub.
Sir Julian King yang dikutip The Epochtimes mengungkapkan, 5G akan menjadi saluran digital masyarakat Eropa. Teknologi itu akan membawa informasi yang sangat sensitif. Termasuk, mendukung banyak aspek tidak hanya bagaimana menjalankan ekonomi semata. Lebih jauh bagaimana menjalani kehidupan.
King membela keputusan Uni Eropa yang tidak menyebutkan nama Tiongkok atau Huawei dalam laporan itu. Ia mengatakan dengan bahwa Blok Eropa tidak ingin melakukan sesuatu dengan urutan yang keliru. Tetapi mengatakannya, tidak dapat dituduh sebagai upaya menghindar dari permasalahan.
Langkah Uni Eropa, tidak seperti Pendekatan AS yang telah melarang Huawei dari jaringan 5G-nya. AS juga telah meluncurkan serangkaian laporan hitam tentang Huawei.
Huawei juga telah dimasukkan dalam daftar hitam oleh Amerika Serikat. Negeri Paman SAM itu telah meminta Uni Eropa untuk mengikuti jejaknya. Itu setelah menyebut Huawei sebagai ancaman keamanan.
Namun demikian, para pejabat Eropa menyarankan bahwa blok itu akan mengambil pendekatan berbeda dengan Huawei.
Huawei telah berulang kali membantah menggunakan backdoors dalam teknologinya untuk memata-matai pelanggan.
Meski demikian, Pada bulan Mei, surat kabar Belanda, Volkskrant melaporkan, bahwa pihak berwenang di Den Haag sedang menyelidiki sebuah perusahaan dengan alasan tersebut. (asr)