Olivia Li – The Epochtimes
Makanan tercemar yang diekspor dari Tiongkok ke Korea Utara sedang merusak persahabatan antara kedua negara komunis itu. Sebuah sumber informasi dari Pyongyang mengungkapkan, bahwa warga Korea Utara tidak lagi mempercayai makanan atau bahan makanan yang diproduksi di Tiongkok.
Sumber itu mengungkapkan kepada Daily NK pada 8 Oktober yang dikutip oleh The Epochtimes, bahwa mayoritas minyak goreng di pasar Korea Utara berasal dari Tiongkok.
Akhirnya, Konsumen baru-baru ini mengetahui bahwa minyak kedelai yang diproduksi Tiongkok sebenarnya adalah minyak selokan, yaitu minyak goreng yang didaur ulang dari limbah restoran.
Media Daily NK adalah surat kabar online berbasis di Korea Selatan. Media itu berfokus pada masalah yang berkaitan dengan Korea Utara. Kisah-kisah yang dilaporkannya diduga diperoleh dari orang dalam Korea Utara melalui jaringan informan.
“Sekarang konsumen Korea Utara bersedia menghabiskan lebih banyak untuk membeli minyak goreng dari negara-negara Asia Tenggara,” demikian bunyi laporannya.
Sumber itu mengatakan, “Harga sebotol minyak kedelai Tiongkok 5 liter adalah 4,5 hingga 5 dolar AS, sementara minyak goreng yang diproduksi dari Asia Tenggara sekitar 6 dolar AS. “
Dia lebih jauh menjelaskan, bahwa orang-orang Korea Utara dulunya berpikir bahwa makanan yang dibuat di Korea Utara itu bersih dan aman. Akan tetapi, mereka kini mengetahui bahwa banyak bahan makanan diimpor dari Tiongkok, negara yang terkenal karena produk makanan yang tercemar.
Sumber itu menjelaskan, semakin banyak konsumen, terutama wanita yang peduli dengan kesehatan anak-anak mereka. Hingga berhenti membeli makanan yang mengandung bahan-bahan yang diproduksi Tiongkok, seperti sosis.
Sumber informasi lainnya dari Tiongkok mengkonfirmasi, bahwa minyak kedelai produksi Tiongkok yang diekspor ke Korea Utara memang minyak selokan. Sumber itu menambahkan, bahwa perusahaan perdagangan Korea Utara yang membeli minyak dari Tiongkok, sengaja menyebutkan bahwa mereka menginginkan minyak selokan yang murah meriah.
Lebih jauh sumber itu menyebutkan, bos perusahaan perdagangan Korea Utara meminta minyak selokan. Perusahaan itu, kemudian menjual minyak ke pabrik pengolahan makanan. Faktanya, beberapa karyawan di perusahaan perdagangan secara terbuka mengklaim, bahwa mereka tidak akan menyantap makanan yang diproduksi di Korea Utara.
Praktik ilegal daur ulang minyak selokan dan menjualnya kembali ke restoran dan konsumen, secara luas terungkap sekitar 2010 silam.
He Dongping, seorang profesor di Universitas Politeknik Wuhan, Tiongkok pernah mengatakan kepada media pemerintah Tiongkok pada 2010, bahwa Tiongkok mengkonsumsi sekitar 22,5 juta ton minyak goreng setiap tahun. Sementara itu, produksi tahunan minyak goreng di negara itu kurang dari 20 juta ton. Karena itu, ia memperkirakan bahwa orang-orang Tiongkok mengonsumsi sekitar 2,5 juta ton minyak selokan setiap tahun.
Ada masalah kesehatan serius yang terkait dengan minyak selokan. Dikarenakan, biasanya terkontaminasi dengan bakteri, jamur, racun seperti timah, dan karsinogen benzopyrene dan aflatoksin.
Rusia mengecam tentang udang berbahaya dari Tiongkok
Warga Tiongkok biasanya menyebut Korea Utara sebagai “adik lelaki komunis Tiongkok,” sementara Rusia disebut “saudara lelaki komunis Tiongkok.”
Kedua istilah itu masih digunakan sampai sekarang, hampir dua dekade setelah pembubaran Uni Soviet. Dikarenakan, rezim Komunis Tiongkok masih memperlakukan Rusia sebagai sekutu dekat. Itu ketika perlu menangkal kecaman dari masyarakat internasional.
Tidak seperti warga Korea Utara, yang secara diam-diam menangani masalah makanan tercemar dari Tiongkok, pemerintah Rusia secara terbuka mengecam tentang udang beku yang diimpor dari Tiongkok.
Badan Federal untuk Perikanan di Rusia mengumumkan pada bulan September tahun lalu, bahwa mereka melakukan sebanyak 25 inspeksi udang beku di pasar. Tidak ada yang melewati standar keamanan pangan. Udang beku di Rusia sebagian besar diimpor dari Tiongkok dan sebagian kecil diimpor dari Vietnam.
Badan itu mengklaim bahwa udang dari Tiongkok, mengandung bahan kimia berbahaya dari lingkungan penangkapan ikan yang buruk serta antibiotik dan hormon pertumbuhan yang berlebihan.
Alexander Savelyev, kepala Badan Informasi Perikanan Rusia mengatakan, produk-produk makanan laut itu jahat dan beracun. Dikarenakan pakan yang digunakan peternak udang Tiongkok dan Vietnam, bahkan mengandung limbah buruk seperti kotoran babi.
Savelyev mengungkapkan, Mereka juga menggunakan antibiotik dalam jumlah besar dan hormon pertumbuhan di peternakan ikan dan udang. Ia mengatakan, negaranya menghabiskan uang untuk membeli produk makanan kotor dari mereka, diproduksi karena keserakahan.Â
Sebagai negara komunis, pemerintah Tiongkok memiliki sangat sedikit teman di komunitas internasional. Meski demikian, hubungan persaudaraan sesama komunis sekarang juga dalam risiko, karena skandal makanan tercemar mengikis “persahabatan yang ditempa dengan darah” bersama Korea Utara dan persahabatan lama dengan Rusia. (asr)