Olivia Li – The Epochtimes
ETIndonesia- Ekonom Tiongkok terkemuka yang dikutip oleh The Epochtimes edisi Amerika Serikat baru-baru ini mengungkapkan, bahwa dari total cadangan devisa Tiongkok, hanya beberapa ratus miliar dolar saja yang dapat digunakan secara bebas.
Pakar ini memperingatkan bahwa pengerahan militer Komunis Tiongkok ke Hong Kong akan membawa konsekuensi bencana bagi perekonomian Tiongkok. Penyebabnya, Hong Kong adalah sumber utama cadangan devisa daratan Tiongkok.
Wei Jie, seorang ekonom dan profesor di Sekolah Ekonomi dan Manajemen di Universitas Tsinghua, memberikan pidato di forum pertemuan puncak tentang manajemen bisnis di Beijing, Tiongkok, pada 25 Oktober lalu untuk membahas kebijakan ekonomi masa depan.
Sebagai mantan direktur di lembaga penelitian Komisi Pengawasan Aset dan Administrasi milik negara, ia dianggap sebagai salah satu lembaga think tank bagi para pemimpin Komunis Tiongkok.
Wei mengatakan bahwa Tiongkok akan menghadapi berbagai risiko ekonomi tahun depan. Terutama krisis utang, karena jatuh tempo utang akan mencapai puncaknya pada tahun depan.
Institut Keuangan Internasional memperkirakan bahwa total utang Tiongkok — perusahaan, rumah tangga, dan pemerintah — melebihi 300 persen dari Produk Domestik Bruto pada kuartal pertama tahun 2019.
Dalam pidatonya, Wei mengatakan dia ingin mengusulkan slogan untuk tahun yang akan datang yakni : “Berusaha untuk bertahan hidup, karena ada harapan dan masa depan selama kita bertahan hidup.” Slogan itu menyiratkan bahwa krisis mendalam telah terjadi dalam ekonomi Tiongkok.
Wei menunjukkan bahwa sangat penting untuk memastikan pasokan dana. Sedangkan rezim Tiongkok harus menstabilkan pasar saham, nilai tukar mata uang, pasar valuta asing, dan pasar keuangan untuk menjamin pasokan dana.
Ketika berbicara tentang menstabilkan nilai tukar mata uang, Wei mengatakan salah satu prasyarat adalah menstabilkan cadangan devisa.
Menurut perkiraannya, Tiongkok hanya memiliki beberapa ratus miliar dolar dalam cadangan devisa yang dapat digunakan.
“Setiap fluktuasi dalam pasokan cadangan asing pasti akan mempengaruhi mata uang domestik Tiongkok, dan mempengaruhi pasokan dana domestik,” demikian pernyataan Wei Jie.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ada tiga sumber utama cadangan asing — satu adalah uang yang diperoleh, yang kedua adalah uang pinjaman, dan yang ketiga adalah investasi asing.
Menurut dia, Masalah Hong Kong melibatkan uang pinjaman dan investasi asing. Hal demikian dikarenakan Hong Kong adalah pusat penyelesaian luar negeri untuk Renminbi atau yuan yang berarti Tiongkok bergantung pada Hong Kong ketika meminjam uang dan melakukan berbagai transaksi keuangan. Terlebih lagi, 70 persen investasi asing mengalir ke Tiongkok melalui Hong Kong.
Di antara para pemimpin utama rezim Komunis Tiongkok, beberapa bersikeras mengerahkan militer ke Hong Kong.
Tetapi Wei mengatakan, intervensi militer harus dihindari dengan segala cara. Justru karena itu akan berdampak besar pada pasar keuangan Hong Kong, sebagai akibatnya menimbulkan masalah besar bagi pasokan cadangan devisa Tiongkok.
Dia juga mengatakan bahwa tidak mungkin bagi kota daratan manapun, seperti Shenzhen atau Shanghai, untuk menggantikan peran Hong Kong dalam waktu dekat.
Sementara itu, Reuters melaporkan Hong Kong telah jatuh ke dalam resesi. Itu setelah dilanda lima bulan protes pro-demokrasi yang terus meletus. Sekretaris Keuangan Hong Kong, Paul Chan yang dikutip Reuters mengatakan, tidak mungkin mencapai pertumbuhan apa pun pada tahun ini.
Dia mengatakan akan “sangat sulit” untuk mencapai perkiraan pra-protes kepada pemerintah tentang pertumbuhan ekonomi tahunan 0-1 persen.
Aksi protes pada 27 Oktober lalu di Hong Kong mengangkat isu melawan kebrutalan polisi, membela Muslim dan wartawan. Polisi akhir pekan lalu menembakkan meriam air ke sekelompok orang yang berdiri di luar masjid Kowloon dan para wartawan terluka dalam bentrokan.
Serikat staf program penyiar publik RTHK mengatakan pada 28 Oktober, bahwa pihaknya telah meminta polisi untuk mengidentifikasi petugas yang “menyerang dan merobek topeng” dari salah satu wartawannya pada 27 Oktober. Wartawan itu mengenakan rompi pengenal yang mengidentifikasi dirinya sebagai jurnalis.
Gambar-gambar yang beredar online menyarankan dia mengenakan masker gas untuk melindungi dari gas air mata dan semprotan merica. Masker wajah biasa dilarang pada bulan ini di bawah undang-undang darurat era kolonial yang kini diterapkan pemerintah Hong Kong.
Hong Kong Free Press, sebuah layanan berita online, menyerukan pembebasan seorang fotografer lepas yang ditangkap pada 27 Oktober, setelah dia meminta untuk melihat kartu surat perintah polisi.
Klub Koresponden Asing Hong Kong juga mengutuk terjadinya penangkapan. Mereka menyerukan penyelidikan independen terhadap “kekerasan polisi terhadap wartawan dan campur tangan dengan hak media untuk meliput protes di bawah hukum Hong Kong.” (asr)