Empat Konspirasi Komunis Tiongkok di Balik Blockchain

Xie Tian

Baru-baru ini Partai Komunis Tiongkok  tiba-tiba saja mengusung Blockchain, Big Data, Artificial Intelligence (AI) dan berbagai program riset nasional lainnya, untuk mengadakan mata uang digital. Tujuan sesungguhnya, mungkin tidak sesederhana seperti yang dikatakan di kalangan masyarakat, yakni Komunis Tiongkok tiba-tiba saja sedang timbul gairah sesaat lantas berniat menstimulus perekonomiannya. 

Penggunaan terpenting mata uang digital adalah, pada enkripsi terhadap mata uang. Jika Komunis Tiongkok mengenkripsi mata uang, apakah pertimbangannya? Apakah berharap memusnahkan supremasi mata uang dolar AS? Menjelang kehancuran Komunis Tiongkok, akankah blockchain ini menjadi Serangan Pearl Harbour  dan Pertempuran Waterloo bagi Komunis Tiongkok? Bagaimana pun juga, di balik Blockchain, setidaknya terdapat empat konspirasi Komunis Tiongkok di bidang moneter. 

Blockchain hanya semacam metode pembukuan, penyimpanan, dan verifikasi yang terdesentralisasi dan tidak bisa diubah. Pembukuan yang tidak dapat dihapus, tidak dapat diubah dan terdesentralisasi seperti itu telah diaplikasikan sejak dulu di dalam sistem akuntansi dan keuangan pada dunia nyata dan di negara Barat. 

Dalam sistem akuntansi “Double Entry” yang ditemukan oleh orang Italia dan telah digunakan secara luas, apa pun itu transaksinya tidak bisa dihapus. Anda  menggunakan pena mencatat pembukuan, jika salah tulis pun tidak boleh dihapus, hanya bisa dicoret dengan satu garis melintang dan dicantumkan keterangan pembatalan, di samping dicatat nama pembuat keterangan. Lalu dicatatkan lagi pembukuan yang benar. 

Demikian halnya di komputer, jika salah pembukuan, entah salah catat satu atau dua akun, setiap kesalahan harus dimasukkan lagi kontra-pembukuannya, untuk menghilangkan pencatatan sebelumnya, kemudian baru dicatatkan kembali yang benar. 

Blockchain telah menyebarluaskan sistem pencatatan Double-Entry ciptaan orang Italia itu, dengan mencatat semua transaksi, transfer dan pembayaran pada mata uang digital seperti Bitcoin. Dihubungkan dengan rantai internet secara berlapis dengan satu persatu pembukuan blockchain dengan bentuk yang tidak bisa diubah dan tidak bisa dihapus. 

Semua orang membuat konvensi dan menyepakati bersama, siapa pun tidak akan bisa mengubah, karena diubah pun tidak berguna. Semua kepemilikan, transaksi dan pembayaran mata uang digital, tercatat oleh puluhan ribu bahkan jutaan pembukuan, yang tersimpan di segala tempat yang memiliki jutaan jaringan internet dan server. Apalagi, semuanya dienkripsi dengan skala tinggi. Karena orang tidak mungkin bisa menyusup ke semua komputer dan membajaknya, dan mengubahnya sekehendak hati, jadi sangat “aman”. 

Tentunya, jika mampu merusak sistem ini, yang berarti jika Anda  mampu mengendalikan “seluruh” komputer di dunia, seluruh komputer host dan terminal, maka Anda  akan dapat mengendalikan mata uang digital. Suatu pemerintahan otoriter yang sangat tersentralisasi, memanfaatkan internet dan teknologi Blockchain, mungkin akan dapat melakukan hal semacam ini. 

Di Tiongkok tidak ada internet dalam makna sebenarnya. Internet di Tiongkok hanyalah suatu jaringan lokal atau “intranet”, tidak jauh berbeda karakternya dengan intranet di dalam suatu perguruan tinggi atau sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Hanya saja ruang lingkupnya jauh lebih luas. 

Komunis Tiongkok ada kemampuan, juga memanfaatkan perusahaan internet yang dikuasai, untuk mengendalikan dan mengawasi semua komputer host, terminal dan komputer yang ada di dalam negeri, bahkan dengan mudah dapat mengendalikan ponsel.

Di dalam kondisi seperti ini, jika Komunis Tiongkok menggunakan Blockchain mengedarkan mata uang digital, maka Komunis Tiongkok akan bisa memanfaatkan enkripsi dan level keamanannya, untuk sewaktu-waktu mengubah data sesuai kebutuhan. 

Jika ada suatu negara yang memiliki sistem komputer yang super canggih, yang lebih cepat dan kuat, misalnya menggunakan komputer quantum dan jaringan internet yang lebih canggih, juga mungkin akan melupakan mata uang digital yang dikembangkan dengan sistem 3G-4G dan enkripsi. Lalu dengan segala keunggulannya, ibarat pesawat tempur siluman Amerika menyerang suku primitif Australia yang hanya memiliki bumerang, untuk menyelesaikan masalah. Tentu, yang memiliki teknologi itu, saat ini hanya Amerika Serikat. 

Secara esensi, Blockchain mendukung mata uang digital, adalah semacam sistem “demokratisasi”, sangat bertolak belakang dengan sistem otoriter Komunis Tiongkok yang sangat tersentralisasi. Bitcoin mungkin merupakan temuan orang Jepang yang bernama Satoshi Nakamoto, tapi hanya sukses diluncurkan di negara bebas seperti Amerika Serikat. 

Walaupun pemerintah Amerika Serikat tidak menyukai dan tidak menyetujuinya, tapi juga tidak bisa menindaknya, karena tidak melanggar hukum. Dengan hukum yang ada sekarang, Bitcoin tidak melanggar hukum. Pemerintah Amerika Serikat menganggap Bitcoin sebagai semacam surat berharga, yang harganya berubah seiring pergerakan pasar, dan dapat disimpan, juga dapat digunakan untuk membayar. 

Selama tidak mengancam mata uang dolar Amerika Serikat, tidak akan ada orang yang peduli. Jika ada pengusaha mengatakan, hanya menerima Bitcoin dan tidak menerima mata uang dolar Amerika Serikat, mungkin juga tidak akan ada masalah. Akan tetapi jika ada bank mengatakan, hanya menerima Bitcoin dan tidak menerima dolar Amerika Serikat, maka pemerintah mungkin akan turun tangan. Karena pada uang dolar Amerika Serikat tertera dengan jelas: “This note is legal tender of all debts, public and private”. 

Komunis Tiongkok mendorong Blockchain, untuk kemudian mengedarkan mata uang digital, setidaknya mempunyai empat manfaat yakni mengendalikan warga sepenuhnya, menghapus bukti jejak inflasi, merampas keuntungan yang diperoleh pejabat korup dan menantang posisi mata uang dolar Amerika Serikat. 

Komunis Tiongkok boleh jadi telah mencetak mata uang sebanyak 180 trilyun RMB, tapi uang itu tidak sepenuhnya beredar. Jika benar sudah beredar maka harga daging babi di Tiongkok sudah bukan lagi RMB 50 Yuan per kg, melainkan adalah RMB 250 Yuan per kg. 

Pejabat Komunis Tiongkok yang korup, saat tertangkap berapa banyak uang tersimpan di rumahnya? 

Ada yang jutaan sampai puluhan juta RMB, bahkan ada yang mencapai milyaran RMB atau triliunan rupiah. Uang tunai RMB di rumah pejabat korup, jika rata-rata adalah RMB 50 juta, rasio 1/1000 dari populasinya, maka pejabat tinggi Komunis Tiongkok sebanyak 1,4 juta orang pejabat korup Komunis Tiongkok, memiliki kekayaan RMB 70 trilyun atau setara 140.118 triliun rupiah di rumahnya! 

Mereka tidak akan menyimpan uangnya di bank, hanya disimpan di ruang bawah tanah. Jika mata uang digital diterapkan, yang pertama akan menangis adalah pejabat-pejabat ini, Zhongnanhai dapat dengan mudahnya menghapus korupsi mereka, juga menghapus bukti kejahatan semena-mena mengedarkan mata uang.

Memakai mata uang digital, ditambah lagi metode pembayaran “Alipay”, Komunis Tiongkok dapat dengan mudah mengawasi kekayaan setiap warga Tiongkok, setiap sen uang yang ditransaksikan, selalu diawasi oleh Komunis Tiongkok. Coba jawab, apakah Komunis Tiongkok akan mendorong Blockchain dan mengedarkan mata uang RMB digital? 

Tentu saja, Komunis Tiongkok tidak akan mendukung Bitcoin atau Ripple, atau Ethereum, atau Tether dan 1.600 macam mata uang terenkripsi lainnya, karena Komunis Tiongkok tidak mampu mengendalikannya. 

Komunis Tiongkok mungkin akan mengedarkan Digital RMB (D-RMB), atau mengadakan semacam “general coin” (Gtcoin) baru yang menyerupai “komunitas manusia” dengan diedarkan di dalam negeri Tiongkok lebih dulu, lalu menyebarkannya ke seluruh dunia melalui program OBOR (One Belt One Road) atau lewat sistem Huawei. 

Ada yang mengatakan Komunis Tiongkok mungkin sangat berambisi memanfaatkan Blockchain dan mata uang digital, untuk menantang posisi internasional mata uang dolar Amerika Serikat. Kemungkinan ini memang ada, tapi sekarang tidak lagi. 

Jaringan internet 5G dari Huawei jika diterapkan di seluruh dunia seperti rencana Komunis Tiongkok, ditempatkan di seluruh dunia, jaringan 5G ini akan menjadi “intranet” bagi Komunis Tiongkok, maka Komunis Tiongkok sangat mungkin akan mewujudkan ambisi dengan jaringan internet yang mendunia ini, berkonspirasi mengedarkan D-RMB untuk menggantikan dolar Amerika Serikat. 

Tentu masyarakat sekarang tahu, Komunis Tiongkok terlambat, Trump telah mendahului, dengan memotong tangan Huawei yang merupakan tangan hitam Komunis Tiongkok itu. Hal yang membuat Komunis Tiongkok  semakin kewalahan adalah, Google telah mendahului, mewujudkan “Quantum Supremacy”. Di bawah quantum supremacy ini, mata uang digital Komunis Tiongkok dan teknologi enkripsinya, termasuk kemampuan “menggali tambang” seluruh komputer di dunia, di mata quantum supremacy hanya akan seperti sepiring   makanan kecil, seperti mainan, akan sangat mudah dipecahkan. 

Komunis Tiongkok mungkin akan segera mewujudkan digitalisasi mata uang di dalam negerinya. Tapi jika konflik antara Amerika dengan   Tiongkok semakin memanas, lalu terjadi perang finansial dan perang internet, maka Komunis Tiongkok ditakdirkan akan kalah telak. 

“Quantum Supremacy” milik militer Amerika akan dengan mudah menyusup ke dalam intranet Komunis Tiongkok, lalu merusak blokir internetnya, dan memecahkan sistem mata uang digital Komunis Tiongkok. 

Tiongkok telah di ambang meletusnya krisis moneter secara menyeluruh. Beberapa hari lalu di Yichuan Agricultural & Commercial Bank di Luoyang provinsi Henan telah terjadi “rush”. Seminggu kemudian di Coastal Bank kota Yingkou provinsi Liaoning juga mengalami “rush”. 

Saat ini bank sentral Komunis Tiongkok kembali merencanakan menjadikan Hebei, Zhejiang, Shenzhen-Guangdong sebagai pilot project uji coba manajemen dana tunai dalam jumlah besar, dengan menerapkan pengawasan ketat terhadap penggunaan dana tunai sebesar RMB 500.000 Yuan bagi perusahaan dan sebesar RMB 100.000 Yuan bagi perorangan. 

Jelas, Komunis Tiongkok telah mempersiapkan diri mengantisipasi gelombang “rush” dan bangkrutnya perbankan dalam skala besar. Krisis moneter Tiongkok akan meletus, mengakibatkan kekayaan milik rakyat dapat menguap dalam sekejap. 

Dinasti Merah Komunis Tiongkok  yang mengerahkan seluruh kekuatan yang tersisa menjelang kehancuran moneternya, dapatkah mempercepat sistem digitalisasi, dan berharap dapat selamat dari bencana? Apakah masih sempat? Apakah masih ada waktu?   (SUD/WHS/asr)

Dr. Frank Tian Xie, Ph.D, seorang profesor bidang bisnis dan profesor pemasaran John M. Olin Palmetto di University of South Carolina Aiken, di Aiken, South Carolina, Amerika Serikat. 

FOTO : Partai Komunis Tiongkok memiliki empat rencana besar untuk meluncurkan blockchain ketika rezim dalam bahaya dan gelembung ekonomi meledak. Foto tersebut menunjukkan beberapa mata uang digital selama kecelakaan mata uang digital London tahun lalu. (FOTO : Jack Taylor / Getty Images)