NTDTV.com
Polisi Hong Kong mengepung Universitas Politeknik selama beberapa hari dan menyerbu masuk ke kampus. Selama kekacauan ini, sebuah foto sempat diposting di Internet. Foto itu menunjukkan seorang perwira anti huru hara yang dipersenjatai dengan senapan serbu semi otomatis AR-15. Kala itu, polisi bersenjata itu sedang membidik kampus dari kejauhan.
Foto diambil oleh seorang staf dari Departemen Layanan Budaya dan Hiburan Hong Kong. Orang yang mengambil foto itu telah ditangkap karena dituduh menghalangi polisi untuk melakukan tugasnya.
Pada malam tanggal 17 November lalu, beberapa ribu polisi Hong Kong menutup jalan-jalan utama dan jalan setapak ke kampus Universitas Politeknik, termasuk rute pelarian.
Polisi menggunakan kenderaan lapis baja, meriam air, gas air mata, dan peluru karet untuk menerobos penghalang yang dipasang oleh para pemrotes.
Polisi bertopeng, dipersenjatai dengan amunisi tajam, dan terdengar sempat berteriak: “Saya ingin mengulangi 4 Juni.” Istilah itu mengacu pada pembantaian di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989.
Sekitar pukul 2 pagi pada tanggal 18 November, sejumlah besar orang mendatangi ke Universitas Politeknik untuk mendukung para mahasiswa yang bersembunyi di dalam kampus.
Namun, mereka dicegat oleh polisi dan beberapa wartawan ditangkap. Polisi menembakkan gas air mata, meriam air, dan bahkan menggunakan perangkat suara anti huru hara. Sekitar pukul 3 pagi pada hari itu, seorang polisi terlihat menembakkan peluru tajam dari dalam ambulans.
Pada pukul 5 pagi pada 18 November, polisi berlari ke kampus memukuli orang-orang dengan tongkat saat mereka menahan mereka di jalanan dan menangkap mereka yang menolak pergi. Orang-orang mengalami cedera dan petugas medis juga ditangkap.
Video live menunjukkan banyak dari yang terluka dipukuli dan berakhir dengan cedera di kepala. Polisi juga terlihat menyeret pengunjuk rasa yang terluka sambil menendang mereka dan menginjak kepala mereka.
Selama beberapa hari terakhir, para pengunjuk rasa telah mencoba melarikan diri beberapa kali. Akan tetapi dipaksa untuk mundur kembali ke kampus dan ditangkap oleh polisi dengan tembakan intensitas tinggi.
Dalam prosesnya, polisi juga mengirim berbagai senjata yang sangat mematikan, seperti senjata sonik, meriam air, granat kejut, dan bahkan senapan serbu AR-15 yang mengubah kampus menjadi medan perang.
Selain itu, selama operasi pengepungan, polisi tidak hanya tidak meninggalkan rute pelarian bagi para mahasiswa. Mereka bahkan mengancam para mahasiswa untuk “menyerah dan ditangkap” atau “ditekan dan ditangkap.”
Menurut kepolisian Hong Kong, mereka menembakkan 1.458 tabung gas air mata, 1.391 peluru karet, 325 butir round beanbag, dan 265 granat spons hanya dalam satu hari pada tanggal 18 November 2019.
Dari tanggal 17 hingga 18 November 2019, lebih dari 400 orang ditangkap di kampus dan lebih dari 70 orang yang terluka “menyerah” untuk mendapatkan bantuan.
Pada sore hari tanggal 19 November, polisi mengumumkan bahwa 1.100 orang ditangkap selama operasi.
Selanjutnya, sebuah foto diposting di Internet yang memperlihatkan seorang perwira Unit Taktis Polisi memegang senapan serbu AR-15 yang bersembunyi di Museum Sejarah.
Polisi Hong Kong mengklaim bahwa mereka melakukan operasi penyergapan. Polisi juga menuduh foto tersebut memengaruhi misi mereka hingga memaksa mereka untuk mengubah posisi mereka.
Polisi mengklaim mereka tidak beroperasi di jalan pada waktu itu, ada kebutuhan yang lebih besar untuk kerahasiaan. Oleh karena itu, mereka menangkap pria berusia 43 tahun yang mengambil foto tersebut. Dikarenakan dituduh “menghalangi polisi untuk melakukan tugas mereka.
Dilaporkan bahwa orang yang mengambil foto itu telah diidentifikasi sebagai anggota staf Departemen Urusan Hiburan dan Kebudayaan. Foto diambil ketika dia sedang bertugas di museum setempat. (asr)