6. Kebencian dan Kecemburuan: Asal Usul Egalitarianisme Mutlak
Komunisme menganjurkan egaliterisme mutlak. Secara dangkal, kedengarannya seperti istilah yang berkelas, yang membuat banyak orang secara membabi buta percaya pada kejujurannya. Namun, hal itu juga membangkitkan kebencian dan kecemburuan.
Salah satu konsekuensi dari egalitarianisme adalah bahwa orang tidak dapat mentolerir kesuksesan orang lain, tidak dapat mentolerir orang lain menjadi lebih kaya dan memiliki kehidupan yang lebih baik, pekerjaan yang lebih mudah, dan kondisi kehidupan yang lebih mewah. Setiap orang harus setara, dalam bacaan ini: Saya harus memiliki apa yang anda miliki, dan saya dapat mendapatkan apa yang anda dapatkan. Dalam alam semesta semacam itu, setiap orang adalah sama dan seluruh dunia adalah sama.
Setidaknya egalitarianisme mutlak tercermin dalam dua cara. Pertama, ketika rakyat belum setara, rakyat menjadi tidak puas dengan status ekonominya, yang merupakan rute cepat bagi pelaku kejahatan untuk memicu rasa iri dan kebencian.
Rakyat menjadi ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain dan bahkan mencarinya melalui cara yang tidak pantas atau kasar. Dalam kasus ekstrem, rakyat menghancurkan properti orang lain dan bahkan membunuh supaya menjadi kaya. Manifestasi terburuk dari kecenderungan ini adalah revolusi dengan kekerasan.
Untuk memprovokasi ketidakpuasan, Karl Marx membagi masyarakat menjadi dua kelas yang berlawanan: mereka yang memiliki alat produksi, dan mereka yang tidak alat produksi. Di pedesaan, masyarakat dibagi menjadi dua kelas yang berlawanan yaitu tuan tanah dan petani; di kota, masyarakat dibagi menjadi dua kelas yang berlawanan yaitu kapitalis dan buruh. Tujuannya adalah untuk menghasut kebencian kelas dan menggunakan pihak yang seharusnya kekurangan hak untuk melakukan revolusi kekerasan. Tuan tanah adalah kaya dan petani adalah miskin – merebut kekayaan mereka! Mengapa tuan tanah adalah kaya? Setiap orang harus kaya.
Karena itu, Partai Komunis Tiongkok meminta para petani untuk terlibat dalam “reformasi tanah” —yaitu, menyerang tuan tanah dan membagi-bagi tanah si tuan tanah. Jika tuan tanah menolak untuk mengikuti keinginan para petani, maka tuan tanah dibunuh.
Partai Komunis pertama-tama menghasut para berandal untuk membuat masalah, kemudian mendesak kaum tani untuk bangkit dan menyerang kelas tuan tanah. Jutaan kepala tuan tanah dipenggal.
Kedua, egaliterisme mutlak juga bermanifestasi di dalam kelompok yang pada dasarnya mencapai kondisi “kesetaraan”: Jika ada manfaat, setiap orang mendapat bagian yang sama. Siapa pun yang menonjol dikecam. Setiap orang diperlakukan sama tanpa memandang apakah seseorang bekerja lebih giat, bekerja lebih sedikit, atau bahkan tidak bekerja sama sekali.
Rakyat tampak sama di permukaan, tetapi kepribadian, kecerdasan, kekuatan fisik, moralitas, pekerjaan, peran, pendidikan masing-masing individu, sejauh mana masing-masing individu dapat menanggung kesulitan dan ketekunan, semangat untuk berinovasi, dan sebagainya semuanya adalah berbeda, dan apa yang dikontribusikan seseorang kepada masyarakat adalah juga berbeda.
Jadi, mengapa hasil yang sama harus dicari untuk semua rakyat? Dalam hal ini, ketimpangan sebenarnya adalah kesetaraan sejati, sedangkan kesetaraan yang diupayakan oleh komunisme adalah ketidaksetaraan sejati dan ketidakadilan sejati.
Orang-orang zaman dahulu di Tiongkok mengatakan bahwa jalan Surga adalah untuk memberi penghargaan kepada mereka yang bekerja keras, dan bahwa Surga akan memberi penghargaan kepada seseorang sesuai dengan upaya yang dilakukan seseorang. Egalitarianisme mutlak adalah mustahil di dunia nyata.
Di bawah egalitarianisme mutlak, anda mendapatkan hasil yang sama apakah anda melakukan sesuatu secara baik atau buruk, apakah anda adalah pekerja keras atau pemalas. Di bawah kedok egalitarianisme, si pemalas mendapat manfaat, sementara si pekerja keras dan berkemampuan malah dihukum, bahkan dibenci dan dipandang dengan penuh kebencian. Semua orang memperlambat langkahnya agar sesuai dengan kecepatan yang paling lambat.
Pada kenyataannya, hal ini menyebabkan setiap orang menjadi malas, menunggu orang lain untuk berkontribusi sehingga ia dapat mengambil keuntungan dari itu dan mendompleng kesuksesan, mendapatkan sesuatu tanpa usaha atau mengambil dari orang lain sesuatu yang tidak dimilikinya, sehingga tersebar luas penurunan moral.
Kebencian dan kecemburuan yang memotivasi egalitarianisme mutlak adalah akar beracun dari perspektif ekonomi komunisme. Sifat manusia memiliki kebaikan dan kejahatan yang melekat di dalamnya. Kepercayaan Barat mengacu pada tujuh dosa utama, sementara budaya Timur mengajarkan bahwa manusia memiliki sifat Buddha dan sifat iblis. Sifat Buddha memanifestasikan dirinya sebagai kebaikan, kemampuan untuk menanggung kesulitan, dan pertimbangan orang lain.
Sifat iblis bermanifestasi sebagai keegoisan, kemalasan, kecemburuan, kedengkian, penjarahan, kebencian, kemarahan, nafsu, tirani, mengabaikan kehidupan, menghasut perselisihan dan menciptakan masalah, membuat dan menyebarkan desas-desus, membuat sesuatu tanpa usaha, dan sebagainya.
Perspektif ekonomi yang diadopsi oleh komunisme dengan sengaja merangsang sifat iblis manusia, memperkuat kecemburuan, keserakahan, kemalasan, dan faktor-faktor jahat lainnya, menyebabkan manusia kehilangan kemanusiaan dan meninggalkan nilai-nilai tradisional yang dipegang selama ribuan tahun, sehingga memperkuat sifat manusia yang terburuk dan mengubah rakyat menjadi revolusioner komunis.
Dalam “Teori Sentimen Moral,” ahli ekonomi dan filsuf abad ke-18 Adam Smith mengatakan bahwa moralitas adalah fondasi kemakmuran umat manusia. Mengamati aturan umum moralitas ini “diperlukan demi keberadaan masyarakat manusia, yang tidak akan hancur jika umat manusia pada umumnya tidak terkesan dengan penghormatan terhadap aturan perilaku penting tersebut.” [13]
Lawrence Kudlow, direktur Dewan Ekonomi Nasional Amerika Serikat, percaya bahwa kemakmuran ekonomi harus ada di samping moralitas. Ia menulis bahwa jika Amerika Serikat dapat mematuhi “prinsip utama” —untuk mematuhi nilai-nilai moral yang menjadi dasar Amerika — pengembangan Amerika Serikat tidak akan terbatas. [14]
Konsekuensi negatif yang disebabkan oleh egaliterisme mutlak di negara di seluruh dunia tidaklah mengejutkan. Egalitarianisme komunis menggunakan otoritas negara untuk menjarah harta pribadi dan kekayaan milik orang lain.
Di satu sisi, egaliterisme mutlak memperkuat otoritas dan kekuatan ideologi komunis, dan di sisi lain, egaliterisme mutlak meyakinkan rakyat bahwa adalah hak mereka untuk mendapatkan sesuatu tanpa imbalan. Inilah tepatnya bagaimana komunisme menipu rakyat.
a. Promosi Egalitarianisme Ekonomi: Batu Loncatan menuju Komunisme
Di bawah pengaruh egalitarianisme mutlak, ada seruan kuat untuk “keadilan sosial” di Barat, serta hukum upah minimum, tindakan yang bersifat mengesahkan, upah yang setara untuk pekerjaan yang setara, dan tuntutan lainnya. Apa yang ada di balik tuntutan ini adalah keinginan untuk mendapatkan hasil yang setara; di belakang tuntutan ini ada unsur komunisme. Jika ceroboh akan masalah ini, manusia dapat dengan mudah menemukan dirinya jatuh ke dalam perangkap.
Dari perspektif komunis, tidak masalah apakah kelompok rentan ini mendapatkan kesetaraan atau status sosialnya membaik. Kelompok rentan hanyalah bidak untuk menghasut kebencian.
Jika komunis mendapatkan apa yang kelompok rentan inginkan, maka kelompok rentan akan membuat tuntutan baru untuk kesetaraan, dan tidak akan ada akhirnya.
Jika kelompok rentan tidak mencapai tuntutannya, maka kelompok rentan akan melakukan perang opini publik, menghasut kebencian, memperkuat gagasan orang mengenai keadilan kesetaraan, dan mengubah gagasan ini menjadi platform utama untuk memengaruhi opini publik.
Karena komunisme menghasut kebencian di berbagai bidang dan melalui begitu banyak cara yang berbeda, begitu semua kebencian meledak pada saat yang sama, kekacauan sosial dan bahkan mungkin revolusi akan terjadi. Komunis akan selalu dapat menemukan kelompok rentan dan kemudian menuntut kesetaraan finansial untuk mereka, mengulangi prosesnya sampai kesetaraan absolut tercapai.
Tuntutan-tuntutan untuk mencapai apa yang disebut keadilan sosial ini menjadi batu loncatan untuk jalan menuju komunisme. Negara-negara bebas di Barat telah terkikis oleh ideologi komunis – ini adalah kenyataan.
Pada kenyataannya, pelaksanaan kebijakan ini seringkali berakibat sebaliknya. Mereka yang seharusnya dilindungi oleh kebijakan ini malah didiskriminasi dan diserang. Misalnya sebagai contoh, hukum upah minimum. Di permukaan, tujuan hukum upah minimum adalah untuk melindungi hak buruh, tetapi efeknya adalah bahwa banyak pabrik berhenti mempekerjakan buruh karena tidak ekonomis bagi pihak pabrik untuk memenuhi upah minimum. Akibatnya, lebih banyak buruh kehilangan pekerjaannya.
Keterampilan tidak diperoleh sekaligus. Ada proses kemajuan dan peningkatan keterampilan, kemampuan, dan etos kerja yang berkelanjutan. Hasil dari menyelenggarakan upah minimum adalah bahwa rakyat tidak mendapatkan pelatihan dan disosialisasikan dalam pekerjaan dengan upah lebih rendah dan kemudian berusaha sendiri untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah lebih tinggi. Pendekatan satu hal cocok untuk semua hal juga melanggar teori ekonomi dan mengakibatkan intervensi pemerintah yang berlebihan dalam perekonomian.
Rakyat juga menggunakan alasan “upah yang sama untuk pekerjaan yang sama” demi menuntut revolusi sosial. Rakyat mengutip statistik dan mengklaim bahwa upah rata-rata pria kulit hitam kurang dari upah rata-rata pria kulit putih, bahwa upah rata-rata wanita lebih rendah daripada upah rata-rata pria, dan bahwa perbedaan ini adalah hasil dari rasisme dan seksisme. Pada kenyataannya, perbandingan seperti itu adalah tidak tepat.
Saat membandingkan apel dengan apel, hasilnya adalah berbeda. Beberapa penelitian sarjana menemukan bahwa pada kenyataannya keluarga kulit hitam di mana suami dan istri lulus dari perguruan tinggi atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pendapatan mereka lebih tinggi daripada keluarga kulit putih yang berada di tempat yang sama. [15] Karena kualitas keluarga kulit hitam semacam ini relatif lebih sedikit, ada perbedaan pendapatan secara keseluruhan antara ras. Membuat perbandingan yang bermakna dan akurat akan tampak masuk akal, tetapi ketika unsur-unsur komunis menghasut perselisihan dan perjuangan, tampaknya rakyat menderita kehilangan penglihatan yang selektif.
Komunisme tidak peduli dengan kesejahteraan kelompok rentan. Komunisme hanya tertarik pada slogan-slogan yang menyeret rakyat ke jalan menuju komunisme dan dengan demikian rakyat mengalami kehancuran.
b. Komunisme Memanfaatkan Serikat Buruh untuk Melemahkan Masyarakat Bebas
Hilangnya pekerjaan di sektor manufaktur di Amerika Serikat adalah fenomena yang terkenal. Tetapi banyak orang tidak menyadari bahwa serikat buruh adalah salah satu penyebab utama. Serikat buruh mengklaim membantu mendapatkan manfaat bagi kelas buruh, tetapi serikat buruh melakukan yang sebaliknya. Bagaimana? Hal ini diperjelas dengan melacak sejarah serikat buruh dan transformasi misi mereka.
Pada awalnya serikat buruh didirikan oleh anggota kelas buruh yang memiliki sedikit keahlian atau tanpa keahlian, untuk tujuan negosiasi dengan pihak manajemen. Hingga taraf tertentu, serikat buruh mampu menengahi dan menyelesaikan konflik antara buruh dengan kapitalis. Tetapi unsur-unsur komunis memanfaatkan serikat buruh dan mengubah serikat buruh menjadi alat untuk mempromosikan gerakan dan kebijakan komunis.
Friedrich Engels menulis mengenai topik tersebut, “Waktu juga semakin dekat ketika kelas buruh akan memahami bahwa perjuangan untuk upah tinggi dan jam kerja yang pendek, dan seluruh aksi Serikat Buruh seperti yang sekarang dijalankan, bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi suatu cara, cara yang sangat diperlukan dan efektif, tetapi hanya satu dari beberapa cara menuju tujuan yang lebih tinggi: penghapusan sistem upah sama sekali.”[16]
Lenin percaya bahwa pembentukan dan legalisasi serikat buruh adalah sarana penting bagi kelas buruh untuk merebut kepemimpinan revolusi demokratik dari kelas kapitalis.
Pada saat yang sama, Lenin percaya bahwa serikat buruh akan menjadi pilar Partai Komunis dan kekuatan utama dalam perjuangan kelas. Dalam pidatonya, Lenin mengusulkan agar serikat buruh menjadi “sekolah komunisme” dan penghubung antara Partai Komunis dengan massa. Pekerjaan harian serikat buruh adalah meyakinkan dan membawa buruh ke transisi dari kapitalisme ke komunisme. “Serikat buruh adalah ‘cadangan’ kekuatan negara.” [17]
Pada pertengahan hingga akhir abad ke-19, pasukan komunis dan sayap Kiri menggunakan serikat buruh untuk menghasut buruh untuk melakukan pemogokan besar-besaran, membuat tuntutan keras terhadap kapitalis, dan bahkan melakukan tindak kekerasan untuk menghancurkan mesin dan pabrik. Serikat buruh menjadi senjata ampuh bagi komunisme untuk memerangi kapitalisme dan melakukan perjuangan politik — menciptakan kekacauan bagi dunia sehingga roh jahat komunisme dapat melanjutkan tujuannya.
Pada bulan Oktober 1905, lebih dari 1,7 juta buruh di Rusia berpartisipasi dalam pemogokan politik nasional dan melumpuhkan ekonomi negara. Selama masa ini, dibentuk Petrograd Soviet, organisasi serikat buruh yang lebih agresif. Lenin menyebut Petrograd Soviet sebagai pertumbuhan pemerintahan revolusioner dan percaya bahwa Petrograd Soviet akan menjadi pusat politik Rusia. Dengan kata lain, rezim Soviet yang dibangun selama Revolusi Oktober 1917 berasal dari serikat buruh. [18]
Serikat buruh di negara-negara Barat dan negara-negara maju juga banyak disusupi dan dimanfaatkan oleh unsur-unsur komunis. Buruh dan kapitalis seharusnya hidup berdampingan dalam hubungan timbal balik, namun komunis mencoba memprovokasi, memperluas, dan mengintensifkan konflik di antara buruh dengan kapitalis.
Salah satu alat terpenting bagi komunisme adalah serikat buruh. Serikat buruh digunakan untuk meningkatkan proses perundingan antara pihak manajemen dengan buruh ke tingkat perjuangan antar kelas.
Serikat buruh merasionalisasi dan mengintensifkan sisi konfrontasi dari hubungan buruh dengan kapitalis dan memanfaatkannya untuk melegitimasi keberadaan mereka sendiri.
Sejak saat itu, serikat buruh mengobarkan ketidakpuasan buruh, menyalahkan kapitalis atas masalah apa pun yang terjadi, dan memancing konflik antara buruh dan kapitalis. Ini telah menjadi salah satu kunci serikat buruh untuk bertahan hidup.
Serikat buruh mungkin dapat menghasilkan sedikit keuntungan bagi buruh dalam waktu singkat, tetapi dari sudut pandang ekonomi jangka panjang, korban terbesar di bawah gerakan serikat buruh yang dipimpin oleh komunis adalah kelas buruh, karena saat perusahaan kapitalis hancur, yang paling dirugikan adalah buruh, yang kehilangan pekerjaan dan mata pencahariannya.
Di permukaan, serikat buruh memperjuangkan kepentingan buruh, tetapi pada kenyataannya, serikat buruh merusak daya saing industri. Ada dua alasan untuk hal ini.
Pertama, dengan dalih melindungi hak dan kepentingan buruh, serikat buruh mempersulit pihak perusahaan untuk memberhentikan karyawan yang tidak berkinerja baik dan yang sedikit prestasi, di mana hal ini menimbulkan budaya kemalasan. Hal ini tidak hanya tidak adil bagi karyawan yang bekerja dengan rajin, tetapi juga membuat karyawan tersebut menjadi kurang proaktif. Faktor terpenting dalam pertumbuhan perusahaan adalah para buruhnya, tetapi berkat payung perlindungan serikat buruh atas karyawan yang gagal berkinerja, perusahaan kehilangan daya saingnya.
Kedua, dengan dalih melindungi kesejahteraan karyawan (termasuk pensiun, asuransi kesehatan, dan sejenisnya), serikat buruh terus-menerus menaikkan biaya perusahaan. Pada akhirnya, hal ini memaksa perusahaan untuk memangkas investasi perusahaan dalam bidang penelitian dan pengembangan, yang merusak daya saing perusahaan. Hal ini juga mengakibatkan perusahaan harus menaikkan harga produk, yang merugikan minat konsumen.
Studi menunjukkan bahwa inilah sebabnya perusahaan tanpa serikat buruh, seperti Toyota dan Honda, mampu menghasilkan mobil berkualitas tinggi dengan biaya lebih rendah, dan mengapa pabrik mobil Amerika dengan serikat buruh di Detroit menjadi kurang kompetitif. [19]
Seperti yang dikatakan Edwin Feulner, pendiri Yayasan Warisan Amerika, mengenai serikat buruh, “Serikat buruh berfungsi memberi beban berat pada perusahaan — sehingga perusahaan menjadi kurang fleksibel, kurang mampu bereaksi dengan bijak terhadap tuntutan pasar yang terus berubah, perusahaan gagal meraih kesuksesan.” [20]
Semua ini diperburuk dengan monopoli serikat buruh di pasar tenaga kerja, yang kemudian memberikan pengaruh buruk pada keputusan bisnis dan menghasilkan banyak tuntutan yang tidak masuk akal, beberapa di antaranya adalah tuntutan yang kejam. Perusahaan yang gagal memenuhi tuntutan serikat buruh ini kemudian menjadi target perjuangan kaum buruh, termasuk pemogokan dan protes, yang semakin melumpuhkan bisnis.
Serikat Buruh Otomatis adalah serikat buruh yang mewakili buruh di pabrik mobil di Detroit. Secara rutin melakukan aksi mogok. Sebelum krisis keuangan tahun 2008, serikat buruh menuntut upah dan tunjangan 70 dolar Amerika Serikat per jam. Akibatnya, industri manufaktur mobil Amerika Serikat hampir berada di ambang kebangkrutan. [21]
Hilangnya peluang kerja di industri manufaktur Amerika Serikat sekarang diketahui oleh semua orang, tetapi banyak orang tidak tahu bahwa serikat buruh adalah pendorong utama hilangnya pekerjaan. Pekerjaan manufaktur yang memiliki serikat buruh turun 75 persen antara tahun 1977 hingga tahun 2008, sementara pekerjaan manufaktur yang tidak memiliki serikat buruh meningkat sebesar 6 persen antara tahun 1977 hingga tahun 2008, menurut sebuah laporan oleh Yayasan Warisan Amerika.
Situasi di luar sektor manufaktur juga serupa. Misalnya, industri konstruksi. “Tidak seperti sektor manufaktur, industri konstruksi telah berkembang pesat sejak akhir 1970-an. Namun, secara keseluruhan, pertumbuhan tersebut secara eksklusif terjadi di bidang pekerjaan yang tidak memiliki serikat buruh, di mana terjadi meningkat 159 persen sejak tahun 1977,” kata laporan tersebut. [22]
Selain itu, serikat buruh adalah alat yang digunakan oleh unsur-unsur komunis untuk mempromosikan egalitarianisme di perusahaan. Yayasan Warisan Amerika mencatat bahwa serikat buruh menuntut perusahaan membayar upah sesuai dengan masa kerja karyawan (setara dengan tahun kerja di negara sosialis), tanpa memperhatikan kontribusi atau kinerja karyawan terhadap perusahaan. “Kontrak serikat buruh menekan upah: Mereka menekan upah buruh yang lebih produktif dan menaikkan upah buruh yang kurang kompeten,” kata laporan tersebut. [23]
Gagasan di tempat kerja di sini sama dengan egalitarianisme mutlak di bawah komunisme, yang secara efektif merupakan redistribusi kekayaan di antara karyawan di dalam perusahaan. Campur tangan dalam pengambilan keputusan internal perusahaan dan monopoli pasar tenaga kerja adalah erosi pasar bebas.
Pendukung serikat buruh yang agresif demi tercapainya kesejahteraan buruh pada akhirnya lebih menguntungkan beberapa buruh saja dan menempatkan hambatan pada perusahaan individu dan ekonomi secara keseluruhan.
Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukkan bahwa “sebagian besar rumah tangga serikat buruh tidak menyetujui serikat buruh Amerika” dan bahwa “alasan utama ketidaksetujuan mereka tidak pernah dibahas secara terbuka di media serikat buruh atau dibahas di rapat serikat buruh.” [24]
Dalam segala hal, para buruh yang benar-benar rajin telah menjadi korban, dan komunisme telah menjadi pemenang terbesar. Pada dasarnya, komunis menggunakan serikat buruh untuk menghancurkan ekonomi bebas kapitalis, menumbangkan sistem kapitalis, dan merusak kehidupan normal manusia secara bertahap.
Serikat buruh disusupi oleh komunisme dan di bawah bimbingan gerakan progresif telah berkembang menjadi kelompok kepentingan khusus, mirip dengan perusahaan nirlaba skala besar. Kepemimpinan serikat buruh memiliki kepentingan pribadi yang besar dalam perusahaan, dan korupsi adalah hal biasa. [25]
Di negara-negara demokratis, serikat buruh telah menjadi alat bagi kaum Kiri untuk melawan kapitalisme. Mereka dengan pikiran tunggal menuntut “keadilan sosial” dan “keadilan,” menciptakan beban kesejahteraan yang besar pada masyarakat dan industri, dan menjadi hambatan bagi reformasi dan upaya untuk meningkatkan efisiensi dalam industri manufaktur, layanan, dan pendidikan, serta dalam administrasi pemerintahan. Ketika belum tiba saatnya, mereka bersembunyi, tetapi ketika kondisinya menguntungkan, mereka keluar dan memobilisasi gerakan sosial untuk mempromosikan tujuan mereka. Oleh karena itu serikat buruh telah menjadi ganjalan yang digunakan komunisme untuk memecah-belah masyarakat bebas.