Puluhan ribu orang di Provinsi Brescia dan Provinsi Bergamo di wilayah Lombardy, utara Italia, menyediakan informasi palsu saat mengisi formulir pernyataan diri, yang memungkinkan mereka meninggalkan rumahnya di tengah penerapan karantina di Italia karena virusĀ Komunis Tiongkok atau yang dikenal dengan pneumonia Wuhan.
Katabela Robertson – The Epochtimes
Giovanni Bosetti, seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang tinggal di Brescia, Lombardy, yang melihat lonjakan kasus Coronavirus dalam beberapa minggu terakhir, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa meskipun warga Italia diminta untuk mengisolasi diri, ribuan orang tetap meninggalkan rumahnya untuk alasan yang tidak penting.
Giovanni Bosetti mengatakan bahwa banyak warga Italia yang masih terus memberikan alasan palsu pada formulir pernyataan diri. Yang mana dalam upaya untuk mempertahankan kehidupan normal, meskipun ada peningkatan patroli polisi. Sebagai akibatnya, pejabat Italia menaikkan harga denda hingga 3.000 euro dari denda sebelumnya hingga 300 euro.
The Epoch Times merujuk Coronavirus baru, yang menyebabkan penyakit COVID-19, sebagai virus Komunis Tiongkok karena Partai Komunis Tiongkok telah menutupinya. Selain itu, salah menatalaksana virus tersebut, sehingga memungkinkan penyebaran virus tersebut di seluruh Tiongkok dan mengakibatkan pandemi global.
Pihak berwenang Italia mengatakan, dalam beberapa minggu terakhir pihaknya telah menangkap lebih dari 100.000 orang yang meninggalkan rumahnya tanpa alasan yang sah atau berbohong. Itu terjadi saat mengisi formulir pernyataan dirinya, menurut Kementerian Dalam Negeri Italia.
Formulir penyataan diri diperkenalkan pada Italia pada tanggal 9 Maret. Langkah itu sebagai upaya membendung penyebaran penyakit dan dengan jelas menyatakan bahwa penyataan palsu adalah suatu kejahatan. Dibandingkan dengan negara-negara lain, meskipun diterapkan langkah-langkah isolasi yang ketat, Italia menunjukkan lebih banyak kasus kematian daripada negara lain. Di mana angka kematian Italia terbaru menunjukkan bahwa 6.820 orang meninggal akibat infeksi tersebut hanya dalam waktu sebulan, sementara jumlah kasus infeksi yang dipastikan mencapai 69.176 kasus pada tanggal 25 Maret.
Namun, Giovanni Bosetti mengatakan bahwa, sebagai orang muda yang tinggal di Lombardy, ia tidak khawatir kemungkinan ia berisiko tertular virus tersebut, menekankan bahwa ia merasa yakin atas saran pemerintah dan ahli kesehatan Italia bahwa walaupun virus tersebut adalah menular. Sekitar 70 hingga 75 persen dari orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala dan hanya sebagian kecil sisanya yang terinfeksi cukup parah untuk ditempatkan dalam perawatan intensif.
Menjadi bugar dan sehat dengan gaya hidup aktif, Giovanni Bosetti mengatakan satu-satunya perhatiannya adalah bahwa jika ia tertular virus tersebut, ia mungkin menularkannya kepada orang-orang yang kondisi kesehatannya tidak baik.
Berbicara mengenai dampak virus tersebut terhadap kehidupannya sehari-hari dan kehidupan sesama mahasiswa, Giovanni Bosetti menekankan bahwa kini ia menghabiskan waktu āsepanjang hari di rumah menghadiri pelajaran online, belajar untuk ujian.ā Selain itu, berusaha berolahraga jika memungkinkan dan mengatakan, bahwa kini ia sedang berjuang mengatasi ketidakmampuan bersosialisasi dengan teman-temannya secara langsung.
āSemua teman kerja saya berada di rumah karena perusahaan tutup dan oleh karena itu sesuatu harus diciptakan untuk menghabiskan waktu,” kata Giovanni Bosetti. Ia menambahkan virus tersebut juga telah āmenghancurkan rutinitas harian kami karena terbukti kini kami harus lebih memperhatikan kebersihan pribadi.”
Giovanni Bosetti mengatakan : āSaat meninggalkan rumah, kami mengenakan sarung tangan dan masker, segera setelah kembali rumah, kami mencuci tangan. Kami harus berlatih menjaga jarak kapan pun kami melihat seseorang dan hampir semua orang membawa pembersih tangan.ā
Ia menambahkan bahwa tindakan pencegahan kebersihan berulang kali ditekankan kepada warga Italia āseribu kali sehari,ā melalui iklan TV, internet pemberitahuan, dan selebaran di jalanan.
Giovanni Bosetti mengatakan, bahwa Brescia telah menjadi kota yang sangat berbeda dalam minggu-minggu belakangan ini. Dikarenakan pandemi terus menyebar, dan menjelaskan bahwa saat awal virus tersebut merebak, warga Italia hanya diminta untuk berhati-hati dan mengambil tindakan pencegahan seperti berlatih menjaga jarak dengan orang lain. Selain itu, bertindak menjaga kebersihan, yang menurutnya para dokter tidak percaya situasinya akan memburuk separah itu.
Giovanni Bosetti berkata : “Saat itu para politikus Italia tidak menganggap masalah ini secara serius, oleh karena itu semua orang beraktivitas seperti biasa, dengan memberi sedikit perhatian. Kemudian sekitar pertengahan bulan Februari para politisi Italia mulai membuat keputusan untuk membatasi pertemuan, namun tidak serempak dan oleh karena itu tanpa hasil.”
“Sayangnya, situasi kesehatan terus memburuk. Setiap hari saya mendengar suara sirene ambulans beberapa kali, pada malam hari saya lebih sering mendengar suara sirene ambulans. Masalah sebenarnya adalah kami tidak memiliki tempat perawatan intensif yang cukup untuk menampung begitu banyak orang. Sebagai akibatnya, beberapa orang tidak dapat dirawat di sana,” tambah Giovanni Bosetti.
Giovanni Bosetti menambahkan bahwa orang yang lebih muda yang dibawa ke rumah sakit adalah diutamakan untuk dirawat, sementara orang lanjut usia yang memang sudah memiliki masalah kesehatan “dibiarkan mati.”
āIni masalah kami yang sebenarnya. Dengan tinggal di rumah, kami menghindari penularan virus tersebut sehingga jangan sampai membebani rumah sakit,ā tambah Giovanni Bosetti.
Kini Lombardy mengubah bangunan yang tidak digunakan menjadi rumah sakit.Ā Beberapa pabrik hanya berfokus pada produksi peralatan pelindung pribadi seperti masker untuk memenuhi permintaan yang meningkat.
Giovanni Bosetti menjelaskan, dengan menambahkan bahwa āsetiap individu bertanggung jawab untuk membantu memperlambat penyebaran penyakit.Ā Selain itu, jika setiap orang melakukan tugasnya dengan menghindari kontak sosial, ia yakin akan tampak lebih sedikit korban dan Italia akan segera pulih. (vv)
Orang-orang melambaikan tangan dan bertepuk tangan di sebelah bendera Italia, selama flash mob “Una canzone per l’Italia” (Lagu untuk Italia) di distrik Magliana di Roma pada 15 Maret 2020. (Andreas Solaro / AFP / Getty Images)