6. Televisi: Korupsi di Setiap Rumah Tangga
Televisi telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari di mana-mana, dan menonton televisi sering dapat mengubah pandangan seseorang terhadap dunia orang tanpa disadarinya. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Media telah menemukan bahwa semakin banyak orang menonton televisi, maka semakin sedikit komitmen mereka terhadap kebajikan tradisional seperti kejujuran, keandalan, dan keadilan, dan sikap mereka yang lebih lunak terhadap isu-isu yang berkaitan dengan moralitas seksual – seperti seks di luar pernikahan, aborsi, dan homoseksualitas – kemungkinan besar akan terjadi. [48]
Meskipun persentase dua kelompok orang – 85 persen penonton TV ringan yang mengatakan mereka percaya pada Tuhan dan 88 persen penonton TV berat yang mengatakan mereka percaya pada Tuhan – hampir sama, semakin sering seseorang menonton televisi, semakin sulit bagi orang tersebut untuk menghargai prinsip agama. Misalnya, ketika ditanya dalam kuesioner untuk memilih antara “Manusia harus selalu hidup dengan ajaran dan prinsip Tuhan dalam segala situasi” atau “Manusia harus menggabungkan seperangkat moral dan nilai-nilai pribadinya dengan kode moral Tuhan,” mereka yang lebih sering menonton televisi cenderung untuk memilih “Manusia harus menggabungkan seperangkat moral dan nilai-nilai pribadinya dengan kode moral Tuhan.”
Dari angka-angka seperti ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa televisi mempengaruhi orang terhadap relativisme moral.
Televisi telah menjadi bagian integral kehidupan sehari-hari sejak tahun 1950-an. Serial TV dan film tidak hanya mencapai efek yang sama dalam membentuk nilai-nilai manusia, tetapi juga acara bincang-bincang, komedi situasional, dan bahkan film dokumenter secara diam-diam menanamkan segala macam ide yang menyimpang melalui pengulangan terus-menerus setiap hari kepada penontonnya.
Misalnya acara bincang-bincang. Studio televisi sangat tertarik untuk mengundang para tamu yang pendapat atau perilakunya bertentangan dengan nilai-nilai tradisional atau yang hidupnya penuh dengan konflik, atau untuk mengundang “para ahli” untuk membahas beberapa masalah moral yang kontroversial. Para tamu didorong untuk “berani” mengungkapkan masalah “dalam” atau “kompleks” dalam kehidupan pribadinya. Host, pakar, atau bahkan penonton memberikan “opsi” yang berbeda sebagai solusi untuk masalah tersebut. Untuk memastikan popularitas program, biasanya tidak ada penilaian moral. Dengan cara ini, banyak program menjadi tempat untuk menampilkan perilaku dan perspektif yang korup dan menyimpang. Orang-orang secara bertahap menyetujui bahwa nilai-nilai yang mereka junjung tinggi seharusnya tidak berlaku dalam beberapa keadaan khusus, yang, pada kenyataannya, meniadakan keberadaan prinsip-prinsip universal.
Banyak program televisi jam tayang utama diisi dengan konten yang tercela dan tidak menyenangkan yang sulit untuk ditonton. Beberapa Host program, termasuk host wanita, bangga bersumpah. Cukup banyak program yang mengindoktrinasi manusia dengan selera vulgar dan konten anti-budaya atau anti-tradisi melalui hiburan, sementara penonton dalam keadaan relaksasi. Seiring berjalannya waktu, manusia tidak merasa khawatir sama sekali dan bahkan datang untuk mengenali dan menghargai materi ini, sehingga mengikis pemikiran moralnya.
Komedi situasional digunakan untuk menormalkan nilai-nilai dan perilaku menyimpang yang sebenarnya jarang terlihat dalam kehidupan manusia sehari-hari dengan cara menayangkannya berulang kali di televisi.
Ben Shapiro memberikan contoh adegan dari episode “The One With the Birth” dari serial komedi situasional Amerika Serikat berjudul Friends. Mantan istri lesbian Ross, bernama Carol, akan melahirkan bayinya. Dapat dimengerti bahwa Ross khawatir bahwa anaknya akan tumbuh dalam keluarga lesbian. Sementara Ross merasa gelisah, Phoebe berkata kepadanya: “Ketika aku tumbuh dewasa, tahukah anda bahwa ayahku pergi, dan ibuku meninggal, dan ayah tiriku masuk penjara, jadi aku tidak punya cukup banyak orangtua untuk membuat satu keseluruhan. Dan bayi kecil ini yang memiliki tiga orangtua yang sangat peduli akan hal tersebut sehingga mereka bertengkar mengenai siapa yang paling mencintainya, bahkan sebelum ia dilahirkan. Tentu saja, ia adalah bayi yang paling beruntung di seluruh dunia.”
Ross segera merasa lega dan diyakinkan oleh sudut pandangnya. Seperti yang ditulis Ben Shapiro, episode ini menggambarkan “lesbian yang hamil dan rumah tangga yang memiliki tiga orangtua bukan hanya normal, tetapi juga mengagumkan.”
Kedokteran modern telah menemukan bahwa otak manusia mengalami lima jenis pola listrik, atau “gelombang otak”. Dua gelombang otak yang paling sering terjadi saat seseorang dalam keadaan sadar adalah gelombang alfa dan beta. Ketika orang sibuk bekerja, gelombang otak yang dominan adalah gelombang beta, di mana orang tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan cenderung menggunakan pemikiran logis. Seseorang yang berdebat akan menunjukkan gelombang otak beta yang dominan. Dengan kata lain, rakyat di negara di mana gelombang beta adalah dominan akan lebih waspada dan kurang mudah tertipu. Ketika seseorang santai dan gelombang alfa mendominasi, emosinya memimpin dan kemampuan analitisnya melemah. Ketika seseorang menonton televisi, ia tidak siap untuk berpikir serius, tetapi malah santai dan mudah terpengaruh. Dalam keadaan seperti itu, manusia cenderung dibujuk secara bawah sadar oleh tema dan pandangan yang diwakili dalam program televisi.
Penelitian menunjukkan bahwa hampir dua pertiga dari pemrograman media, termasuk program anak-anak, mengandung adegan kekerasan. Konten seksual yang menyesatkan juga ada di seluruh program TV dan film. Setelah kelas pendidikan seks di sekolah, kaum muda mendaftar media sebagai sumber terpenting kedua untuk belajar aktivitas seksual.
Sejumlah besar penelitian menunjukkan dengan jelas bahwa konten kekerasan di media membuat kaum muda menjadi tidak sensitif terhadap kekerasan dan meningkatkan peluang kaum muda untuk melakukan tindakan kekerasan di kemudian hari. Media memiliki pengaruh yang sangat buruk pada remaja, meningkatkan kecenderungan kekerasan, aktivitas seksual di bawah umur, dan kehamilan remaja. Anak perempuan yang sering melihat program yang mengandung penggambaran aktivitas seksual adalah dua kali lebih mungkin untuk hamil dalam waktu tiga tahun dibandingkan dengan anak perempuan yang jarang menonton program semacam itu. Program media juga meningkatkan risiko kekerasan seksual dan keterlibatan dalam perilaku berbahaya. [50]
Banjir konten pornografi dan seksual secara langsung menyerang nilai-nilai dan tradisi sosial. Seperti yang ditunjukkan oleh seorang sarjana: “Media begitu memikat dan dipenuhi dengan seks, sulit bagi anak kecil mana pun, [atau] bahkan seorang kritikus untuk menentang…Saya menganggap media sebagai pendidik seks sejati bagi kita.”[51] Karena pengaruh media, seks di luar nikah, perzinaan, dan perilaku lainnya dianggap sebagai bagian gaya hidup normal – selama semua pihak berkenan, maka tidak ada yang salah dengan hal tersebut.
Dalam buku Primetimes Propaganda, Ben Shapiro mempelajari hampir 100 serial TV Amerika Serikat yang berpengaruh. Ia menemukan bahwa seiring berjalannya waktu, program-program ini semakin mempromosikan liberalisme dan sudut pandang Kiri, ateisme dan kepercayaan yang meremehkan, seks dan kekerasan, feminisme, homoseksualitas dan transeksual, penolakan moral, dan penolakan hubungan tradisional antara suami dengan istri atau orangtua dengan anak. Program tersebut juga membentuk anti-kepahlawanan yang kejam tanpa simpati sebagai protagonis. Evolusi program telah menjadi proses pembusukan moral yang berkelanjutan. Jenis gaya hidup anti-tradisional ini memiliki pengaruh besar pada pola pikir masyarakat umum, dan kaum muda, khususnya. [52]
Misalnya, banyak acara di saluran MTV tanpa syarat mempromosikan pornografi dan bahkan perilaku seksual yang menyimpang kepada penonton muda. [53] Sejak sistem peringkat film diterapkan, banyak film porno dapat dijual selama film porno tersebut diberi label peringkat X. Seiring perkembangan teknologi, program tidak senonoh ini beralih dari konsumsi bawah tanah menjadi konsumsi umum, dan dapat dengan mudah diperoleh di toko penyewaan film, melalui saluran TV berbayar, dan di hotel.
Program televisi mulai mencemari manusia pada usia yang sangat muda. Kartun menampilkan karakter jelek atau kekerasan berlebihan. Program anak-anak lain sarat dengan tema tersembunyi mengenai progresivisme dan liberalisme, seperti mengajarkan homoseksualitas dengan nama “keanekaragaman kebudayaan.” Program menggunakan perkataan seperti “Hanya ada satu orang di seluruh dunia ini seperti anda” untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang tidak dapat diterima dan konsep menerima semua orang terlepas dari perilakunya yang tidak bermoral.[54]
Tentu saja, beberapa produser Hollywood memiliki agenda formal apa pun untuk menanamkan ideologi jahat kepada para penontonnya. Tetapi ketika para produser program tersebut setuju dengan konsep progresivisme dan liberalisme, maka ideologi jahat ini pasti akan berakhir dalam program tersebut. Rencana sebenarnya adalah kejam, dan pekerja media yang menyimpang terlalu jauh dari Ilahi menjadi pion kejahatan.