Menuntut Tanggung Jawab Komunis Tiongkok, Komunitas Politik Amerika Tuntut Kompensasi dari Beijing

Wu Ying

Pada bulan Januari 2020 lalu, seorang pria yang dari Wuhan datang ke Negara Bagian Washington, ia didiagnosis dengan virus Komunis Tiongkok. Hingga saat ini, lebih dari 880.000 kasus telah didiagnosis di Amerika Serikat dan lebih dari 50.000 kematian. Wabah itu berdampak dalam lima minggu terakhir, lebih dari 26 juta orang kehilangan pekerjaan.

Presiden AS Trump baru-baru ini menyatakan di Gedung Putih saat briefing, bahwa epidemi virus Komunis Tiongkok yang berasal di Wuhan. Trump menuturkan, epidemi seharusnya bisa saja dikendalikan di Tiongkok. Akan tetapi, Komunis Tiongkok menyembunyikannya menyebabkan lebih dari 180 negara di seluruh dunia menderita. Dia juga menunjukkan bahwa siapa yang akan mempercayai data resmi Komunis Tiongkok. Trump mengatakan, Amerika Serikat telah meluncurkan penyelidikan yang akan membuat Komunis Tiongkok menanggung konsekuensinya.

Partai Republik yang tidak puas dengan Komunis Tiongkok, telah mengusulkan sejumlah metode untuk meminta Komunis Tiongkok bertanggung jawab dan menuntut kompensasi. Partai itu menyarankan agar Presiden Trump membatalkan utang AS lebih dari US $ 1 triliun ke Tiongkok. Trump juga diminta mempromosikan rantai perusahaan-perusahaan Amerika yang memasok produk medis mereka di daratan Tiongkok, agar ditransfer kembali ke Amerika Serikat.

Sementara itu, Jaksa Agung di negara bagian Missouri, AS menggugat pihak berwenang Tiongkok di pengadilan federal minggu ini. Ia menuntut Komunis Tiongkok memberikan kompensasi kepada negara atas miliaran dolar yang dihabiskan untuk merespons epidemi tersebut. 

Sedangkan, Jaksa Agung di negara bagian Mississippi mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa ia bermaksud melakukannya. Ia bersumpah tak akan membiarkan Komunis Tiongkok tidak dikenai hukuman.

Lindsey O. Graham, ketua Komite Kehakiman Senat AS, baru-baru ini menuduh pemerintah Beijing melakukan “kelalaian serius dan penipuan yang disengaja” dalam menangani epidemi.” Ia mengatakan, Tiongkok harus membayar harganya.” 

Dia menyerukan pembatalan utang AS kepada Komunis Tiongkok, pengenaan “tarif pandemi” pada barang-barang Tiongkok. Selain itu, menjatuhkan sanksi terhadap pejabat Komunis Tiongkok.

The Washington Post melaporkan pada 24 April, bahwa prioritas administrasi Trump sebelum pemilihan akhir tahun adalah untuk menghindari ketidakpatuhan Komunis Tiongkok dengan perjanjian perdagangan tahap pertama dan pembelian produk pertanian AS sebagaimana disepakati. 

Namun demikian, Presiden Trump menjelaskan di pengarahan Gedung Putih beberapa hari yang lalu bahwa jika Komunis Tiongkok tidak memenuhi perjanjian perdagangan dengan alasan bencana alam, ia akan mengakhiri perjanjian.

Senator AS Tom Cotton mengatakan, dia telah mengusulkan dua rancangan undang-undang untuk memberi sanksi kepada pejabat Tiongkok. Selain itu,  mengizinkan warga AS untuk menuntut rezim Komunis Tiongkok sebagai kompensasi.

Senator AS Josh Hawley baru-baru ini, mengusulkan RUU untuk menghapuskan kekebalan pemerintah asing dari proses hukum. Tujuannya, memungkinkan para korban pandemi untuk secara langsung menuntut Komunis Tiongkok dan menuntut kompensasi.

Selain itu, Hawley juga meminta Dewan Negara untuk membentuk kelompok ad hoc untuk menyelidiki penanganan Beijing terhadap epidemi. Dewan Negara juga diminta membantu para korban untuk mengklaim kompensasi dari Komunis Tiongkok.

Derek Scissors, seorang analis Tiongkok di American Enterprise Institute, mengatakan bahwa beberapa anggota parlemen dari Partai Republik sedang mendiskusikan kemungkinan rancangan undang-undang. Yang mana, mengharuskan Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) untuk menilai tanggung jawab Komunis Tiongkok terhadap pandemi, terutama Tanggung jawab finansial yang harus dipikul Amerika Serikat.

Derek Scissors mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk “memberitahu para pembuat kebijakan AS bahwa Komunis Tiongkok telah menipu AS, daripada berpura-pura bahwa Tiongkok akan membayar kepada AS. “Sekarang, kita hanya berjuang dalam kegelapan,” kata Derek Scissors. (Hui/asr)