Rezim Tiongkok Tetap Melangsungkan Pertemuan Politik Meskipun Ada Ancaman Meluasnya Kota Beijing dengan Penyebaran Virus

Nicole Hao

Pemerintah pusat Komunis Tiongkok mengumumkan bahwa Lianghui secara nasional yakni saat para legislatif yang tunduk pada Partai Komunis Tiongkok berkumpul untuk memberlakukan kebijakan dan agenda – yang diadakan pada tanggal 21-22 Mei di Beijing. Itu setelah awalnya menunda pertemuan tersebut karena adanya pandemi.

Lebih dari 5.000 delegasi dari seluruh Tiongkok biasanya berpartisipasi.

Lianghui, yang diterjemahkan menjadi “dua sesi” sehubungan dengan Kongres yang tunduk pada Partai Komunis Tiongkok dan badan penasihatnya yang bertemu di Beijing setiap tahun, biasanya diadakan pada bulan Maret. Tetapi saat wabah virus melanda Tiongkok, pada bulan Februari lalu Partai Komunis Tiongkok menunda pertemuan itu.

Menanggapi tanggal Lianghui, yang diumumkan pada tanggal 29 April, Beijing dan kota-kota terdekat mengumumkan bahwa pihaknya akan menurunkan peringkat tingkat tanggap darurat terhadap virus pada tanggal 30 April. Akan tetapi pada tanggal 30 April, pejabat kesehatan kota Beijing meluncurkan langkah-langkah pencegahan baru untuk semua fasilitas medis di Beijing, menunjukkan bahwa wabah di Beijing tetap parah.

Sementara itu, pihak berwenang Beijing telah melaporkan klaim tidak ada kasus  infeksi baru dalam beberapa hari terakhir dan membungkam wabah di Beijing, penduduk setempat dan dokumen internal mengindikasikan bahwa para pejabat sangat waspada melacak kontak dekat dari pasien yang dipastikan.

“Rezim Tiongkok ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa wabah di seluruh Tiongkok sudah terkendali  dengan mengadakan Lianghui pada bulan Mei. Rezim Tiongkok juga ingin menunjukkan rezim Tiongkok mencapai keberhasilan dalam perang melawan virus,” kata Tang Jingyuan, komentator urusan Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat.

Dalam wawancara sebelumnya, warga Tiongkok mengatakan, mereka tidak percaya wabah telah dikendalikan. Warga itu mengatakan bahwa selama Lianghui tidak diadakan, itu berarti pejabat Partai Komunis Tiongkok takut virus masih berpotensi menyebar dan tidak ingin mengambil risiko terinfeksi selama pertemuan besar.

Jadwal Baru

Segera setelah pengumuman pemerintah pusat, beberapa pemerintahan provinsi seperti Yunnan dan Sichuan, mengumumkan jadwal untuk Lianghui di provinsinya.

Setiap tingkat administrasi pemerintahan memiliki cabang lokal Kongres Rakyat Nasional dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok, yang akan mengadakan pertemuan sebelum Lianghui nasional.

Pada bulan Januari, beberapa provinsi, seperti Shandong, Guangdong, dan Hubei — provinsi tempat wabah virus di mana Wuhan berada — mengadakan Lianghui setempat sebelum wabah virus merebak tidak terkendali.

Saat pihak berwenang Wuhan mengkarantina Wuhan pada tanggal 23 Januari, Provinsi Hunan, Guangdong, dan Zhejiang juga meluncurkan tanggap darurat tingkat-l satu yang tertinggi terhadap epidemi.

Tiongkok pernah memberlakukan sistem tanggap darurat kesehatan masyarakat nasional pada tahun 2006, dengan empat tingkat tanggapan, tingkat satu artinya pemerintah pusat akan memimpin untuk mengatasi krisis.

Satu demi satu, pemerintah daerah meningkatkan tingkat tanggapannya menjadi tingkat satu di akhir bulan Januari.

Tetapi sejak tanggal 21 Februari, pemerintah daerah menurunkan tingkat keadaan daruratnya setelah pemerintah daerah melaporkan lebih sedikit kasus infeksi baru.

The Epoch Times telah disediakan dokumen internal yang menunjukkan pemerintah regional secara rutin melaporkan data virus.

Reaksi Beijing

Segera setelah tingkat tanggap darurat di Beijing diturunkan ke tingkat dua, Komisi Kesehatan Beijing mengeluarkan permintaan untuk semua lembaga medis dan kesehatan di Beijing untuk “mencegah tiga hal: mencegah pelonggaran kendali, mencegah setiap celah, dan mencegah wabah merebak kembali.”

Pemberitahuan tersebut mengharuskan semua rumah sakit untuk memantau kasus infeksi yang berpotensi,mengendalikan jarak antara pengunjung dengan pasien, melarang staf melakukan perjalanan bisnis ke daerah berisiko menengah dan tinggi, dan hanya menggunakan 70 persen kapasitas mereka untuk menjaga aturan jaga jarak sosial. Selain itu, staf medis tidak boleh berkumpul untuk mengobrol.

Komisi Kesehatan Beijing juga merinci persyaratan pertemuan pasien virus yang dicurigai, seperti mengisolasi pasien virus di ruang terpisah segera, tidak mengizinkan pengunjung membesuk, dan menggunakan kendaraan bertekanan-negatif jika pasien virus perlu diangkut ke fasilitas lain.

Kota metropolitan lain di dekat Beijing, seperti kota Tianjin, dan Provinsi Hebei di dekat Beijing juga menurunkan tanggap daruratnya ke tingkat dua pada tanggal 30 April.

Pada tanggal 29 April, Komisi Kesehatan Beijing mewajibkan penduduk mengenakan masker di tempat umum, sering mencuci tangan, dan tidak berpartisipasi dalam pertemuan sosial.

Chen Bei, wakil bos Partai Komunis Tiongkok dari pemerintah kota Beijing, juga mengatakan, pihak berwenang harus memantau dengan ketat pergerakan orang-orang di kompleks perumahan.

Ia menjelaskan bahwa penduduk setempat harus menggunakan kartu masuk untuk masuk kompleks perumahannya. Anggota keluarga atau teman hanya dapat berkunjungi jika mereka memiliki kode kesehatan hijau — aplikasi seluler yang menentukan apakah seseorang bebas virus, berdasarkan pengguna yang memasukkan data kesehatannya.

Pos pemeriksaan di pusat transportasi utama Beijing juga harus dipantau secara ketat, kata Chen Bei, termasuk di bandara, stasiun kereta api, stasiun bus antarkota, dan jalan raya. Polisi diharuskan memeriksa setiap kendaraan serta identitas, kode kesehatan, dan suhu tubuh setiap penumpang.

Chen Bei juga menyarankan warga Beijing untuk tidak melakukan perjalanan bisnis atau liburan ke luar negeri. “[Pemerintah] akan memantau dengan ketat orang-orang yang kembali dari luar negeri,” Chen Bei memperingatkan.

Siapa pun yang tiba di Beijing dari luar negeri harus diawasi di pusat karantina selama 14 hari, ditambah isolasi sendiri di rumah selama tujuh hari. 

Sedankan, Wisatawan yang datang dari Provinsi Hubei dan wilayah lainnya yang berisiko tinggi atau sedang  — seperti timur laut Tiongkok, tempat wabah baru-baru ini terjadi — harus mengisolasi diri di rumah selama 14 hari. 

Orang-orang ini juga perlu melakukan uji asam nukleat untuk menentukan apakah mereka teinfeksi virus.

Wisatawan dari daerah berisiko rendah tidak perlu dikarantina, tetapi harus mengisi formulir kesehatan, suhu tubuh mereka diperiksa, dan kode kesehatan dipindai pada saat kedatangan.

Beijing melonggarkan aturan lockdown yang sebelumnya mengharuskan semua wisatawan yang tiba di Beijing untuk dikarantina — cenderung untuk mengakomodasi wisatawan ingin  segera melakukan perjalanan ke Beijing untuk Lianghui. (Vivi/asr)

FOKUS DUNIA

NEWS