oleh Li Mingxiang
Burkina Faso adalah negara kecil di Afrika terkurung daratan yang berada di wilayah Afrika Barat. Negara itu berbatasan dengan Mali di sebelah utara, Togo dan Ghana di selatan, Niger di timur, Benin di Tenggara dan Pantai Gading di barat daya.
Meskipun negara itu bukan pusat transportasi dan jauh dari daratan Tiongkok, negara itu dipukul hebat oleh virus Komunis Tiongkok yang umumnya dikenal sebagai Novel coronavirus. Di antara 23 anggota kabinet pemerintahan, enam menteri di negara itu positif tertular.
Burkina Faso adalah negara yang membentang 273.600 kilometer persegi, menurut data Bank Dunia pada tahun 2018. PBB memperkirakan negara itu berpenduduk sekitar 20,8 juta jiwa.
Dulunya merupakan koloni Perancis, negara itu berganti nama menjadi Burkina Faso pada tahun 1984, yang berarti “Tanah Orang-Orang yang Tidak Dapat Disuap” atau Negara Orang Jujur dalam bahasa-bahasa utama di wilayah itu.
Enam Menteri Kabinet Terinfeksi
Pada 30 April 2020, Burkina Faso dilaporkan memiliki 645 kasus yang dikonfirmasi dan 43 kematian yang disebabkan oleh virus Komunis Tiongkok.
Menurut African News, Burkina Faso sebagai salah satu tingkat infeksi virus tertinggi di Afrika sub-Sahara.
Sejauh ini enam menteri pemerintahan di antara 23 anggota kabinet di negara itu telah dipastikan terinfeksi, termasuk Menteri Luar Negeri, Perdagangan, Tambang dan Penggalian, Pendidikan, Dalam Negeri, dan Perdagangan seperti dilaporkan oleh kantor berita Reuters pada 10 April 2020.
Negara itu mengumumkan kematian COVID-19 yang pertama kalinya pada 17 Maret 2020. Pasien itu adalah Rose Marie Compaore yang berusia 62 tahun. Dia adalah mantan wakil presiden parlemen Burkina Faso. Menteri Luar Negeri Alpha Barry juga mengonfirmasi bahwa dia terinfeksi pada 20 Maret.
Jumlah kasus yang dikonfirmasi di negara itu, mungkin hanya mewakili “puncak gunung es,” sebagaimana dikatakan Jerry-Jonas Mbasha, seorang pejabat yang mewakili Burkina Faso di Organisasi Kesehatan Dunia -WHO.
New Humanitarian, sebuah outlet media independen, mengungkapkan bahwa satu-satunya laboratorium pengujian di negara ini terletak di Bobo-Dioulasso — kota terbesar kedua dan berjarak lima jam perjalanan dari ibukota. Artinya, sampel pasien di seluruh negeri akan memakan waktu setidaknya 12 jam sebelum diketahui hasil uji diagnostik.
Menurut Laporan, hanya ada sebuah rumah sakit dengan 500 tempat tidur dan sebuah klinik kecil. Masing-masing hanya memiliki beberapa ventilator. Rumah sakit dan Klinik itulah yang ditunjuk untuk merawat pasien terinfeksi virus Komunis Tiongkok.
Laporan itu mengatakan pemerintah ingin mendirikan lagi laboratorium kedua di ibukota Ouagadougou. Akan tetapi, tak ada seorang pun di negara itu yang memenuhi syarat untuk menyiapkan peralatan.
Pada tahun lalu, sebanyak 135 pusat kesehatan di seluruh negeri itu ditutup karena meningkatnya kekerasan dari kelompok-kelompok garis keras lokal. Sehingga memaksa hampir 800.000 orang meninggalkan rumah mereka.
Meningkatnya jumlah pasien yang terinfeksi dapat membanjiri lemahnya sistem kesehatan sehingga mengakibatkan terjadinya krisis kesehatan masyarakat.
Kondisi kehidupan yang buruk di Burkina Faso, menjadi faktor utama untuk melawan virus Komunis Tiongkok. Seperti parahnya kekurangan air di negara itu, yang berarti buruknya sanitasi. Apalagi, mencuci tangan dengan benar sesering mungkin adalah salah satu metode utama untuk mencegah penyebaran virus.
Selain itu, banyak pengungsi yang tinggal di tempat yang berdekatan, dengan lima hingga sepuluh orang yang berbagi tenda. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin untuk diterapkan social distancing.
Mbasha, pejabat WHO, mengatakan kepada kantor berita Al Jazeera bahwa masyarakat internasional perlu turun tangan untuk membantu mencegah membesarnya krisis kesehatan di negara itu.
“Kami membutuhkan mitra teknis dan keuangan untuk datang dan melindungi Burkina Faso,” katanya.
Pelajaran Didapat dengan Jalan yang Berat
Negara-negara dengan hubungan dekat atau menguntungkan dengan rezim Komunis Tiongkok adalah paling terdampak dengan berat oleh virus Komunis tiongkok. Burkina Faso tak terkecuali.
Pada tanggal 24 Mei 2018, Burkina Faso mengumumkan bahwa mereka akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.
Dua hari kemudian, Menteri Luar Negeri negara Afrika, Alpha Barry, menandatangani perjanjian dengan menteri luar negeri Tiongkok Wang Yi untuk melanjutkan hubungan diplomatik antara kedua negara.
Sejak Tahun 2016, Beijing telah memusatkan perhatian untuk memikat sekutu Taiwan itu dengan menawarkan sejumlah investasi dan pinjaman.
Meskipun Taiwan menjadi pulau yang diperintah sendiri dengan pemerintahannya sendiri yang dipilih secara demokratis, Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi pemberontak yang harus dipersatukan dengan daratan Tiongkok, jika perlu dengan kekuatan militer.
Burkina Faso dan Komunis Tiongkok membentuk komite ekonomi dan perdagangan bersama, tak lama setelah melanjutkan kembali hubungan diplomatik.
Sejak itu, perdagangan bilateral berkembang pesat. Kemudian berlangsung sejumlah kunjungan pejabat tinggi di kedua negara.
Pada bulan September Tahun 2018, Presiden Burkina Faso, Roch Marc Christian Kaboré, melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok dan menghadiri KTT Forum Beijing tentang Kerjasama Tiongkok-Afrika.
Pada Januari 2019, menteri luar negeri Tiongkok Wang Yi mengunjungi empat negara Afrika, termasuk Burkina Faso. Pada bulan April 2019, Presiden dan Menteri Luar Negeri Burkina Faso melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok.
Pada Juli 2019, ketika Wakil Menteri Pertanian Tiongkok Qu Dongyu terpilih sebagai Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau FAO, Qu menerima “dukungan kuat” dari Burkina Faso.
Media yang dikelola pemerintahan Komunis Tiongkok, China Daily melaporkan bahwa Wang Yi kemudian berkata, “Mulai sekarang, Tiongkok punya teman baik lain, yaitu sekutu Afrika kita, di dalam organisasi internasional PBB.”
Di Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 2019, sebanyak 22 negara mengutuk penahanan secara besar-besaran terhadap etnis Muslim Uighur di Tiongkok. Sementara itu, lebih dari 50 negara secara kolektif mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan dukungan mereka terhadap rezim Tiongkok. Burkina Faso adalah salah satu negara yang memilih untuk mendukung Komunis Tiongkok. Sejumlah pendukung rezim Komunis Tiongkok termasuk pelanggar hak asasi manusia, seperti Rusia, Venezuela, Korea Utara, Myanmar, dan Kamboja.
Sebagian besar negara Afrika adalah negara berkembang. Negara-negara itu telah menjadi fokus dari upaya diplomatik Komunis Tiongkok.
Beijing memengaruhi dan memanipulasi negara-negara itu dengan menawarkan kesepakatan yang diklaim menguntungkan, seperti bantuan ekonomi dalam jumlah besar, investasi, perdagangan, serta membantu proyek-proyek infrastruktur lokal.
Saat ini, negara-negara Afrika dengan infeksi virus terbanyak memiliki hubungan politik atau ekonomi yang erat dengan rezim Komunis Tiongkok, seperti Mesir, Afrika Selatan, Maroko, dan Aljazair.
Sebaliknya, Swaziland, sekarang secara resmi dikenal sebagai eSwatini, yang merupakan satu-satunya negara di Afrika yang belum menjalin hubungan diplomatik formal dengan Tiongkok, memiliki kasus virus yang jauh lebih sedikit. Sejauh ini, hanya ada 100 kasus yang dikonfirmasi dan satu kematian pada 30 April. Dalam lingkungan global saat ini, sudah lumrah untuk menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Tiongkok.
Masalah utamanya adalah apakah suatu negara atau individu dapat memahami sifat sebenarnya dari ideologi partai Komunis Tiongkok, dan sikap apa yang mereka ambil sehubungan dengan pelanggaran hak asasi manusia Komunis Tiongkok. Dua contoh kasus adalah Hong Kong dan Taiwan.
Meskipun dekat dengan daratan Tiongkok, serta terkait erat dengan sektor perdagangan dan pariwisata, kedua wilayah itu memiliki beberapa kasus yang dikonfirmasi dan rendahnya angka kematian.
Terutama dalam kasus Hong Kong, sejumlah besar orang-orang di daratan berdatangan seriap hari ke Hong Kong, sebelum kota itu menutup perbatasannya dengan daratan pada 23 Maret 2020. Keberhasilan membendung lajunya penyebaran virus di Taiwan dan Hong Kong sulit dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern. Mengapa hal ini terjadi? orang-orang Hong Kong secara eksplisit mengatakan “tidak” kepada Komunis Tiongkok dengan berpartisipasi dalam protes anti-rezim. Sedangkan orang-orang di Taiwan secara terbuka mendukung gerakan demokrasi Hong Kong. Taiwan telah mengadopsi pemilihan umum yang demokratis dan mengikuti kehendak rakyatnya untuk menjauh dari partai Komunis Tiongkok.
Burkina Faso, adalah sebuah negara Afrika yang terkurung jauh dari Tiongkok, menderita buah pahit dari mempertahankan hubungan diplomatik dengan Komunis Tiongkok. Ini benar-benar sebuah pelajaran yang diperoleh dengan jalan yang berat. (asr)
FOTO : Seorang agen komunal mengukur suhu tubuh para pedagang pada pembukaan pasar besar Rood Wokos di Ouagadougou, Burkina Faso, pada 20 April 2020, setelah pasar ditutup sejak 25 Maret 2020, sebagai langkah pencegahan terhadap penyebaran COVID- 19. (Olympia de Maismont / AFP via Getty Images)