Bab XVIII – Ambisi Global Partai Komunis Tiongkok-Bagian I (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

Mantan Kepala Strategi Gedung Putih Steve Bannon menawarkan interpretasi unik dari proyek OBOR. Ia memuji inisiatif Belt and Road milik Tiongkok yang telah berhasil mengintegrasikan tesis Mackinder-Mahan-Spykman mengenai cara menguasi dunia.

Andrew Sheng, dari Institut Global Asia, merangkum pandangan Steve Bannon:

Sir Halford Mackinder adalah ahli geografi /sejarawan Inggris yang berpengaruh yang berpendapat pada tahun 1904 bahwa ‘Siapa pun yang memerintah Heartland (Asia Tengah) berarti memerintah Pulau-Dunia (Eurasia); siapa pun yang memerintah Pulau- Dunia berarti memimpin Dunia.” Rekannya orang Amerika Serikat yang kontemporer, bernama Alfred Mahan adalah seorang sejarawan angkatan laut yang membentuk strategi Amerika Serikat untuk menguasai kekuatan laut, memperluas logika kerajaan maritim Inggris untuk mengendalikan jalur laut, titik-titik tersumbat, dan kanal-kanal dengan mengawasi kebijakan perdagangan global. Sebaliknya, Nicholas John Spykman berpendapat bahwa Rimland (tanah pesisir yang mengelilingi Asia) lebih penting daripada Heartland (Asia Tengah), dengan demikian: ‘Siapa yang mengendalikan Rimland berarti memerintah EuroAsia; siapa yang mengendalikan EuroAsia berarti mengendalikan nasib dunia.'[7]

Penilaian Steve Bannon mencerminkan kewaspadaan dunia Barat yang tumbuh terhadap ambisi Partai Komunis Tiongkok yang terkandung dalam proyek OBOR.

Faktanya, ambisi Partai Komunis Tiongkok tidak terbatas pada ruang lingkup OBOR. Inisiatif OBOR ini tidak hanya berfokus pada memperoleh hak atas rute darat, jalur laut, dan pelabuhan utama. Partai Komunis Tiongkok ingin memanfaatkan celah, di mana pun Partai Komunis Tiongkok berada di seluruh dunia. Banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin adalah negara merdeka baru yang diciptakan oleh dekolonisasi. Daerah ini mengalami kekosongan daya, mengundang Partai Komunis Tiongkok untuk mendapatkan pijakan.

Negara-negara yang baru merdeka yang dulu terdiri dari Uni Soviet dan satelit Eropa Timurnya memiliki kendali kedaulatan yang lemah dan juga hasil yang mudah bagi rezim Partai Komunis Tiongkok. Negara-negara bergolak lainnya, yang cenderung dihindari oleh investor Barat, secara alami jatuh ke dalam perangkap Partai Komunis Tiongkok. Negara-negara kecil, negara kepulauan, dan negara-negara terbelakang yang menempati lokasi-lokasi strategis semuanya berada dalam garis silang Partai Komunis Tiongkok.

Bahkan beberapa negara tersebut yang pernah berada di kubu demokrasi Barat telah memasuki orbit Partai Komunis Tiongkok setelah menderita ekonomi yang lemah dan utang yang tinggi. Secara geopolitik, Partai Komunis Tiongkok secara bertahap mengelilingi Amerika Serikat dengan mengendalikan ekonomi negara-negara lain.

Tujuannya adalah agar pengaruh Amerika Serikat terpinggirkan dan akhirnya disingkirkan dari negara-negara itu, sehingga pada saat itulah Partai Komunis Tiongkok akan membentuk tatanan dunia yang terpisah yang berpusat pada tirani komunis. Hal ini bukanlah pendekatan baru. Hal ini berakar pada strategi lama Partai Komunis Tiongkok menduduki pedesaan untuk mengelilingi kota-kota, yang membawa Partai Komunis Tiongkok meraih kemenangan dalam Perang Sipil Tiongkok.

b. Strategi Batas Luar-Yang Besar Partai Komunis Tiongkok Bertujuan untuk Menyingkirkan Amerika Serikat Dari Wilayah Asia-Pasifik

Apa yang disebut dengan Diplomasi Batas Luar Besar Partai Komunis Tiongkok? Lembaga pemikir mendefinisikannya seperti ini: “Tiongkok bertetangga dengan empat belas negara di sepanjang perbatasan darat yang panjang, dan memandang ke seberang lautan pada enam negara tetangga lainnya. Di luar itu, di sebelah timur adalah wilayah Asia-Pasifik, dan di sebelah barat adalah Eurasia. Yaitu, jangkauan radial dari lingkungan Tiongkok yang diperluas mencakup dua pertiga dari politik internasional, ekonomi, dan keamanan. Dengan demikian, kerangka diplomasi batas luar lebih dari sekadar strategi regional…Itu adalah strategi besar yang sebenarnya. “[8]

Australia Adalah Hubungan Dunia Barat yang Lemah

Pada bulan Juni 2017, Fairfax Media Limited dan Australian Broadcasting Corporation merilis hasil investigasi lima bulan mereka, film dokumenter Kekuatan dan Pengaruh: Tepi Keras Kekuatan Lembut Tiongkok. Film dokumenter ini menyuarakan keprihatinan di seluruh dunia dengan menggambarkan penyusupan dan kendali luas oleh Partai Komunis Tiongkok terhadap masyarakat Australia. [9] Enam bulan kemudian, Sam Dastyari, anggota Partai Buruh Australia, mengumumkan pengunduran dirinya dari Senat.

Pengunduran diri Sam Dastyari mengikuti tuduhan bahwa ia telah menerima uang dari pedagang Tiongkok yang terkait dengan Partai Komunis Tiongkok untuk membuat pernyataan mendukung Beijing mengenai sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan. Pernyataan Sam Dastyari mengenai masalah kritis ini bertentangan dengan pandangan partainya sendiri. [10]

Pada bulan September 2016, SBS News Australia menerbitkan laporan berita yang mengungkapkan sumbangan politik oleh seorang pengusaha Tiongkok yang dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan perdagangan Australia-Tiongkok. [11] Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, outlet media yang dikelola pemerintah Tiongkok telah menandatangani kontrak dengan media Australia, memungkinkan media Australia untuk menyiarkan konten yang disediakan oleh media Tiongkok kepada audiens Australia. [12]

Faktanya, pada awal tahun 2015, Australia mengizinkan perusahaan Tiongkok yang memiliki hubungan dekat dengan Tentara Pembebasan Rakyat untuk mendapatkan kontrak sembilan puluh sembilan tahun di atas Pelabuhan Darwin. Pelabuhan tersebut menempati lokasi militer penting untuk menjaga terhadap serangan dari utara. Richard Armitage, mantan wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, mengatakan ia terpana dengan kesepakatan itu, dan bahwa Amerika Serikat prihatin dengan perkembangan tersebut. [13]

Pada tahun 2017, sebuah buku berjudul Invasi Secara Diam-Diam: Pengaruh Tiongkok di Australia, oleh penulis Clive Hamilton tiga kali ditolak oleh penerbit Australia karena takut akan dampak yang dilakukan oleh Tiongkok. Akhirnya, setelah mempertimbangkan banyak hal, penerbit ketiga setuju untuk menerbitkannya. Penyensoran tersebut menimbulkan kekhawatiran luas di kalangan warga Australia mengenai pengaruh Tiongkok di negara Australia. [14]

Banyak orang bertanya-tanya mengapa Tiongkok telah mengarahkan begitu banyak upaya ke Australia. Apa nilai strategis militer Partai Komunis Tiongkok yang menyusup ke Australia dan melakukan kendali di sana?

Pada bulan Desember 2017, Sumbangan Nasional untuk Demokrasi menyatakan dalam laporannya Kekuatan yang Tajam: Meningkatkan Pengaruh Otoriter bahwa Partai Komunis Tiongkok mempengaruhi serta mengubah politik dan akademisi Australia dengan cara suap dan penyusupan dengan tujuan utama untuk melemahkan aliansi Amerika Serikat-Australia. [15]

Dalam Buku Putih Kebijakan Luar Negeri 2017, pemerintah Australia mengatakan: “Amerika Serikat telah menjadi kekuatan dominan di kawasan kami sepanjang sejarah Australia pasca Perang Dunia Kedua. Hari ini, Tiongkok menantang posisi Amerika Serikat.”[16] Dr. Malcolm Davis, ahli analisa senior di Institut Kebijakan Strategis Australia, mengatakan Beijing sedang berusaha untuk mendapatkan keuntungan strategis di kawasan Australia untuk mencapai tujuan akhir untuk mengakhiri aliansi Australia dengan Amerika Serikat. [17]

Australia adalah tempat uji coba rezim Partai Komunis Tiongkok untuk operasi soft-power dalam strategi diplomasi batas luar ala Tiongkok. [18] Penyusupan Partai Komunis Tiongkok ke Australia dimulai pada tahun 2005, ketika Zhou Wenzhong, yang saat itu menjabat sebagai wakil kepala Departemen Luar Negeri, tiba di Canberra dan memberitahu para pejabat senior di Kedutaan Besar Tiongkok mengenai pendekatan diplomatik baru ala Partai Komunis Tiongkok. Ia mengatakan bahwa tujuan pertama termasuk Australia di batas luar Tiongkok yang lebih besar adalah untuk memastikan bahwa Australia akan berfungsi sebagai basis pasokan yang dapat dipercaya dan stabil untuk pertumbuhan ekonomi Tiongkok dalam dua puluh tahun ke depan. Tujuan jangka panjangnya adalah untuk membongkar aliansi Amerika Serikat-Australia. Misi dari mereka yang hadir dalam pertemuan itu adalah untuk memahami bagaimana Partai Komunis Tiongkok dapat secara luas memberikan pengaruh terhadap Australia di bidang ekonomi, politik, dan kebudayaan. [19]

Rezim Partai Komunis Tiongkok menggunakan kekuatan ekonominya untuk memaksa Australia membuat kelonggaran atas serangkaian masalah militer dan urusan hak asasi manusia. Pendekatan standar yang diadopsi oleh Partai Komunis Tiongkok untuk memaksa orang lain ke dalam kerja sama adalah menumbuhkan hubungan pribadi melalui kepentingan ekonomi dan secara bersamaan menciptakan ancaman tersirat dari pemerasan. [20]

Setelah bertahun-tahun diselidiki, Clive Hamilton menemukan bahwa “lembaga-lembaga utama Australia – dari sekolah, perguruan tinggi dan asosiasi profesional kami hingga media; dari profesi pertambangan, pertanian dan pariwisata hingga aset militer pelabuhan dan jaringan listrik; dari parlemen setempat dan pemerintah negara bagian kami ke partai-partai kami di Canberra – sedang disusupi dan diubah oleh sistem kendali yang rumit di bawah pengawasan Partai Komunis Tiongkok.”[21]

Sejak krisis ekonomi tahun 2008, dalam praktiknya, Australia telah terbukti bersedia menjadi basis pasokan Partai Komunis Tiongkok, karena kepercayaan umum bahwa Partai Komunis Tiongkok menyelamatkan Australia dari resesi. Clive Hamilton mengatakan bahwa alasan penyusupan dan pengaruh Partai Komunis Tiongkok dapat sangat efektif di Australia adalah karena orang Australia “telah membiarkannya terjadi tepat di bawah hidung kita, karena kita dibutakan oleh keyakinan bahwa hanya Tiongkok yang dapat menjamin kemakmuran ekonomi kita, dan karena kita berani tidak melawan penindasan Beijing.”[22]

Terlepas dari kesadaran akan penyusupan dan pengaruh Partai Komunis Tiongkok terhadap masyarakat Barat, serta khususnya penyusupan dan kendali Partai Komunis Tiongkok terhadap komunitas Tionghoa perantauan, kebanyakan orang Barat yang bermaksud baik secara naif membayangkan awalnya bahwa tujuan utama strategi Partai Komunis Tiongkok adalah “negatif” – yaitu, untuk membungkam suara para kritikus dan mereka yang memiliki pendapat politik berbeda.

Namun, Clive Hamilton mengatakan bahwa di balik operasi “negatif” adalah ambisi “positif” Partai Komunis Tiongkok: Untuk menggunakan imigran etnis Tionghoa untuk mengubah kerangka masyarakat Australia, dan membuat orang Barat bersimpati dengan Partai Komunis Tiongkok sehingga memungkinkan Beijing untuk membangun pengaruh. Dengan cara ini, Australia akan ditransformasikan menjadi penolong Partai Komunis Tiongkok untuk mewujudkan tujuan rezim Tiongkok yaitu menjadi negara adikuasa Asia, kemudian menjadi negara superpower dunia. [23]

Demikian pula, Partai Komunis Tiongkok memperluas penyusupan dan kendalinya dari Australia ke Selandia Baru. Anne-Marie Brady, seorang ahli politik Tiongkok di Universitas Canterbury, merilis sebuah laporan berjudul Senjata Ajaib, yang mengambil Selandia Baru sebagai contoh untuk menggambarkan bagaimana Partai Komunis Tiongkok memperluas penyusupan dan pengaruh politiknya ke luar negeri. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa beberapa anggota Parlemen Selandia Baru kelahiran Tiongkok memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis Tiongkok dan bahwa banyak politisi telah disuap oleh sumbangan politik besar-besaran dari pedagang Tiongkok yang kaya dan organisasi terpadu Partai Komunis Tiongkok seperti asosiasi perdagangan Tiongkok di Selandia Baru. [24]

Tidak lama setelah laporannya dipublikasikan, kantor Dr. Anne-Marie Brady dibobol. Sebelum pembobolan, Dr. Anne-Marie Brady juga menerima surat tanpa nama pengirim yang mengancamnya dengan kata-kata “Anda adalah yang berikutnya.” [25]

Tiongkok adalah aktif menjerat politisi setempat Selandia Baru. Sebagai contoh, anggota partai politik Selandia Baru dicurahkan dengan pelayanan yang ramah dalam perjalanan ke Tiongkok. Para pensiunan politik ditawarkan posisi bergaji tinggi di perusahaan Tiongkok, serta manfaat lainnya agar mereka mengikuti arahan Partai Komunis Tiongkok. [26]