Bab XVIII – Ambisi Global Partai Komunis Tiongkok-Bagian I (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

Perangkap Utang Memungkinkan Partai Komunis Tiongkok untuk Menguasai Sumber Daya Asia Tengah

Setelah pembubaran Uni Soviet, Partai Komunis Tiongkok telah melakukan upaya besar untuk mengembangkan dan memperkuat hubungannya dengan negara-negara Asia Tengah, seperti Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.

Tujuan strategi Partai Komunis Tiongkok di Asia Tengah dapat dilihat dari beberapa sudut: Pertama, Asia Tengah adalah rute darat yang tidak dapat dihindari dalam ekspansi ke arah barat Tiongkok.

Lebih jauh, ketika Tiongkok membangun infrastruktur untuk mengangkut barang masuk dan keluar dari Tiongkok, Tiongkok juga dapat memperluas kepentingan komersialnya di Asia Tengah. Kedua, Tiongkok bertujuan untuk merebut sumber daya alam, termasuk batu bara, minyak, gas, dan logam mulia, yang melimpah di negara-negara ini. Selain itu, dengan mengendalikan negara-negara Asia Tengah yang secara geografis dan kebudayaan dekat dengan Xinjiang, Tiongkok dapat memperketat kendalinya terhadap etnis minoritas di Xinjiang.
Meskipun Partai Komunis Tiongkok belum mengumumkan keinginannya untuk menguasai Asia Tengah, Partai Komunis Tiongkok secara efektif telah mengambil peran paling berpengaruh di kawasan ini.

International Crisis Group, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Brussels, merilis sebuah laporan pada tahun 2013 yang mengatakan bahwa Tiongkok telah tumbuh dengan cepat menjadi kekuatan yang dominan secara ekonomi di wilayah ini dengan mengambil keuntungan dari kerusuhan sosial di Asia Tengah.

Beijing memandang Asia Tengah sebagai basis pasokan bahan baku dan sumber daya serta sebagai pasar untuk produk-produk Tiongkok yang murah dan berkualitas rendah. Sementara itu, Partai Komunis Tiongkok juga telah mencurahkan jutaan dolar Amerika Serikat ke dalam investasi dan bantuan di Asia Tengah atas nama menjaga stabilitas di Xinjiang. [31]

Jaringan besar jalan raya, kereta api, jalan udara, komunikasi, dan jaringan pipa minyak telah menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tengah. China Road and Bridge Corporation dan kontraktornya bertanggung jawab atas pembangunan jalan raya, kereta api, dan jalur transmisi listrik di Asia Tengah.

Mereka membuka jalan di beberapa daerah yang paling berbahaya dan rumit serta membangun jalan baru untuk mengangkut barang-barang Tiongkok ke Eropa dan Timur Tengah, serta ke pelabuhan di Pakistan dan Iran. Dalam dua dekade antara tahun 1992 hingga 2012, dari hubungan diplomatik antara Tiongkok dengan lima negara Asia Tengah, total volume perdagangan antara Tiongkok dengan Asia Tengah tumbuh seratus kali lipat. [32]

Di Asia Tengah, Partai Komunis Tiongkok telah mempromosikan investasi dalam proyek infrastruktur yang dibiayai kredit berskala besar yang dikelola pemerintah. Beberapa sarjana telah menyadari bahwa investasi semacam itu dapat membentuk dasar tatanan internasional baru di mana Tiongkok akan memainkan peran dominan. Dilihat dari perspektif ini, Asia Tengah adalah tempat pengujian lain, seperti Australia, untuk revolusi konseptual Partai Komunis Tiongkok dalam strategi diplomatik. [33]

Beijing cenderung mendukung para pemimpin otoriter yang korup di negara-negara Asia Tengah, dan proyek-proyek investasinya yang tidak jelas dianggap bermanfaat terutama bagi para elit sosial setempat.

Laporan Kelompok Krisis International mencatat bahwa masing-masing pemerintah Asia Tengah adalah lemah, korup, dan penuh dengan kerusuhan sosial dan ekonomi. [34] Proyek infrastruktur besar yang dipromosikan oleh Beijing tidak hanya terkait dengan pinjaman besar-besaran, tetapi juga melibatkan persetujuan dan izin resmi, yang didasarkan pada kepentingan pribadi. Hal ini memunculkan korupsi dan memperburuk korupsi di rezim-rezim ini.

Di Uzbekistan, Islam Karimov, mantan sekretaris pertama Partai Komunis Republik Sosialis Soviet di Uni Soviet, menjabat sebagai presiden negara itu sejak masa kemerdekaan pada tahun 1991 hingga kematiannya pada tahun 2016. Setelah jatuhnya Uni Soviet, Uzbekistan berada di bawah kekuasaan otoriter Islam Karimov selama seperempat abad berikutnya.
Pada tahun 2005, pasukan pemerintah bentrok dengan pengunjuk rasa di kota Andijan di timur Uzbekistan, yang mengakibatkan ratusan orang tewas. Seperti biasanya, Partai Komunis Tiongkok menempatkan dirinya sebagai sekutu Islam Karimov, memberikan dukungan tegas untuk Uzbekistan dan negara lain di wilayah ini dalam upaya mereka untuk menjaga status quo. [35]

Struktur ekonomi negara-negara Asia Tengah yang rapuh, digabung dengan pinjaman infrastruktur besar-besaran dari Tiongkok, membuat negara-negara Asia Tengah ini khususnya rentan jatuh ke dalam perangkap utang Tiongkok. Turkmenistan menderita krisis ekonomi yang parah, dengan tingkat inflasi tahunan lebih dari 300 persen, pengangguran diperkirakan lebih dari 50 persen, kekurangan pangan yang parah, dan korupsi yang merajalela.

Kini Tiongkok adalah satu-satunya pelanggan gas Turkmenistan, [36] dan juga kreditor terbesar utang luar negeri Turkmenistan, yang mencapai usd 9 miliar (diperkirakan 30 persen Produk Domestik Bruto pada tahun 2018). [37] Mungkin saja Turkmenistan tidak punya pilihan selain memberikan ladang gas alamnya kepada Tiongkok untuk melunasi utangnya. [38] Turkmenistan telah menempatkan arteri ekonominya di tangan Beijing.

Tajikistan meminjam lebih dari USD 300 juta dari Tiongkok untuk membangun pembangkit listrik. Karena tidak mampu membayar utangnya, Tajikistan mengalihkan kepemilikan tambang emas kepada Tiongkok untuk melunasi kewajibannya. [39]

Ekonomi Kirgistan juga berada dalam bahaya, karena proyek infrastruktur berskala besar yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok di sana juga menyebabkan Kirgistan jatuh ke dalam perangkap utang. Kirgistan cenderung memberikan sebagian sumber daya alamnya untuk membayar utang. Kirgistan juga bekerja sama dengan perusahaan komunikasi Tiongkok, Huawei dan ZTE untuk membangun alat komunikasi digital untuk memperketat kendali pemerintah Kirgistan atas rakyatnya, sementara juga memberi Tiongkok keleluasaan untuk memperluas pengawasannya ke negara-negara Asia Tengah ini. [40]

Beijing mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan setelah pembubaran Uni Soviet untuk memasuki sektor energi Kazakh. Ekonomi Kazakh bergantung pada produksi minyak mentahnya, dan pendapatan minyak, dalam dolar Amerika Serikat, yang digunakan untuk membeli produk-produk Tiongkok yang murah. Selain pengeboran minyak, fondasi industri Kazakh adalah rapuh. Dengan aliran produk-produk murah Tiongkok ke pasar Kazakh, industri manufaktur Kazakh runtuh. [41]

Motif lain untuk ekspansi Partai Komunis Tiongkok di Asia Tengah adalah untuk menindak para pembangkang Uyghur yang tinggal di Asia Tengah. Piagam Organisasi Kerja Sama Shanghai yang ditandatangani oleh Organisasi Kerja Sama Shanghai yang dipimpin oleh Tiongkok memungkinkan para tersangka diekstradisi ke negara-negara anggota.
Negara anggota bahkan dapat mengirim pejabatnya sendiri ke negara anggota lain untuk melakukan penyelidikan. Dengan cara ini, Partai Komunis Tiongkok memperluas penindasan terhadap kaum Uighur di luar negeri dan menangkap para pembangkang Uighur yang telah mengungsi di negara lain. [42]

FOKUS DUNIA

NEWS