Epochtimes, Gu Xiaohua dan Xiao Lusheng- Hujan deras baru-baru ini di Sichuan terus berlanjut. Pada dini hari 21 Agustus lalu, terjadi tanah longsor di Kabupaten Hanyuan, Kota Ya’an, provinsi Sichuan, mengakibatkan 7 orang tewas dan 2 hilang.
Warga desa setempat mengatakan bahwa pemberitahuan pemerintah setempat untuk evakuasi sudah terlambat. Sekitar 10 keluarga terkubur hidup-hidup, sementara pemerintah daerah tidak menyediakan tempat evakuasi sementara bagi warga desa, sehingga warga harus mencari tempat aman sendiri.
Media Tiongkok melaporkan, bahwa sekitar jam 3:50 pada 21 Agustus, tanah longsor terjadi di 6 blok Desa Zhonghai, Kabupaten Hanyuan, Kota Ya’an. Total volume sekitar 800.000 meter kubik, mengakibatkan terhentinya arus lalu lintas.
erifikasi awal menduga 9 orang dari 3 keluarga hilang. Sampai pada pukul 20.00 ditemukan 7 orang, namun 3 orang diantaranya telah meninggal. Sementara 4 orang lainnya juga meninggal karena gagal diselamatkan, sedangkan 2 orang lainnya masih belum ditemukan.
Zhu, warga setempat yang membuka sebuah restoran di Desa Zhonghai, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan reporter grup media the Epoch Times pada 21 Agustus sore hari, bahwa ada sekitar 200 hingga 300 keluarga di desanya. Setelah tanah longsor, sekitar 10 keluarga terkubur hidup-hidup, tetapi jumlah pastinya masih belum jelas.
“Yang terkubur terdiri dari orang tua dan anak-anak, dari usia beberapa tahun hingga sekitar 70 tahunan,” kata Zhu. Menurut Zhu, ada satu keluarga beranggotakan empat orang terkubur hidup-hidup, terdiri dari dua anak-anak yang baru berusia beberapa tahun, dan dua orang tua usia lanjut. “Tidak ada gunanya juga bersedih. Mereka yang terkubur tidak mungkin bisa diselamatkan lagi,” keluh Zhu.
Keluarga Zhu terdiri dari 4 orang, dia dan isterinya, serta 2 anak. Beruntung, orang tuanya telah ke rumah kakak laki-lakinya di kota kabupaten dua hari sebelum kejadian. Sayangnya, rumah yang direnovasi oleh Zhu dengan biaya sekitar 3 juta yuan tertimbun longsor. Sementara restoran, ternak, dan lebih dari 200 merpati pos semuanya juga tertimbun longsor.
“Kerugian yang saya alami sangat besar, tapi apa mau dikata, semua itu bencana alam. Suasana hati saya sekarang masih kacau, nanti saja dilanjutkan setelah agak tenang,” kata Zhu. Yang membuat Zhu marah adalah waktu pemberitahuan evakuasi dari otoritas setempat sudah terlambat, yang mengakibatkan kerugian harta benda yang besar.
Menurut Zhu, pada 20 Agustus lalu, Pemda Kabupaten Hanyuan mengutus seorang ahli ke daerah setempat untuk melihat kondisi lingkungan sekitar, tetapi tidak memberi tahu warga desa seberapa besar risikonya.
Pada siang hari, para ahli itu masih sempat makan di rumah Zhu, dan mereka hanya menyuruhnya untuk tidak tinggal di rumah pada malam hari jika hujan. Namun, tidak ada hujan ketika tanah longsor terjadi di pagi hari tanggal 21 Agustus. Memang ada hujan lebat setiap hari pada minggu lalu.
Namun, baru sekitar jam 9 malam pada tanggal 20 Agustus, warga desa diberitahu untuk mengungsi. “Pemberitahuan memang terlambat, beberapa orang mengira tanah longsor tidak akan meluncur ke bawah. Tetapi tak disangka, tanah longsor terjadi pada hari itu,” kata Zhu.
“Rumah saya tertimbun, dan saya langsung pergi tanpa sempat membawa barang apa pun. Malamnya, saya juga tidak bisa mengambil apa pun,” tambah Zhu.
Menurut Zhu, jika evakuasi diberitahukan pada sore hari 20 Agustus, warga bisa membuat persiapan. Namun, karena tergesa-gesa, dia hanya mengambil uang hasil usahanya pada hari itu, sementara barang-barang lainnya tidak dibawa.
“Pemda setempat baru memberitahu pada malam hari, bagaimana mau mengevakuasi orang tua usia lanjut? Kenapa tidak memberi tahu sehari sebelumnya, juga tidak ada pemberitahuan pada siang hari, jadi percuma saja baru memberi tahu pada malam hari…” keluh Zhu.
Apalagi karena dampak wabah corona, usaha restoran tahun ini hanya dapat menutupi biaya sendiri dan gaji pekerja. Sekarang tidak punya rumah lagi, Zhu merasa sangat sedih. Jika membangun rumah kembali, dia tidak lagi memiliki kemampuan yang begitu besar.
“Kasarnya, bagi seorang petani, sekarang telah memasuki usia lanjut. Berapa tahun lagi bisa banting tulang dengan usia seperti itu,” kata Zhu.
Hal lain yang mengecewakan Zhu adalah setelah tanah longsor, pemerintah daerah tidak menyediakan tempat evakuasi bagi penduduk desa. Karena tidak ada area penempatan sementara, evakuasi dilakukan secara sukarela. Keluarga Zhu tinggal di sebuah hotel sekitar satu kilometer dari rumah mereka.
“Pemerintah tidak menyediakan tempat penampungan sementara sejauh ini. Kami mencari hotel sendiri. Sekarang lalu lintas juga rusak. Kami tidak bisa ke sana, sementara orang-orang dari luar juga tidak bisa masuk. Kami sekarang seakan terisolasi dari dunia,” kata Zhu.
Zhu menuturkan warga desa diberitahu untuk mengambil tenda pada pagi hari tanggal 21 Agustus, tetapi tidak menetapkan lokasi untuk mendirikan tenda.
“Kecelakaan sudah terlanjur terjadi. Apa yang Anda (pemerintah) lakukan kemarin? Sekarang tempat kejadian diblokir sama sekali (tidak bisa masuk ke desa, jalan-jalan diblokir), dan tidak bisa lewat untuk mengambil tenda,” keluh Zhu.
Menurut Zhu rumahnya telah ada sejak 10 tahun silam, dan tidak pernah terjadi tanah longsor sebelumnya.
Dari video online yang beredar, banyak bangunan pemukiman di sekitar lokasi longsor, jalan-jalan terputus. Dari video yang direkam penduduk desa, menyebutkan sebuah rumah sakit kotapraja tertimbun tanah longsor, dan mungkin ada yang terkubur hidup-hidup.
Editor : Lin Congwen
Johny
Video Rekomendasi