CHEN ZHOU
Pada 9 November lalu, Menteri Luar Negeri AS Pompeo mengumumkan sanksi terhadap empat pejabat senior dari Tiongkok untuk Hong Kong, jika dibandingkan dengan berita pemilu AS saat ini, tampaknya ini bukan berita.
Namun bagi rezim Komunis Tiongkok masih menjadi berita besar, Kantor Berita Xinhua langsung mengeluarkan pernyataan di homepage website untuk Kantor Urusan Hong Kong dan Makau, dan Kementerian Luar Negeri Komunis Tiongkok juga memprotes.
Ini adalah kebiasaan dari media Partai Komunis Tiongkok, tidak mengherankan, media partai berhenti memberitakan pemilu AS baru agak ganjl, tapi masih ada satu laporan tentang Trump yang bahkan lebih diluar-kebiasaan.
Kantor Berita Xinhua baru saja melaporkan bahwa “Presiden AS Trump mengumumkan pada 9 November bahwa dia telah membebaskan jabatan Menteri Pertahanan Mark Esper, dan menunjuk Christopher Miller, Direktur Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional, sebagai Penjabat Kuasa Pertahanan.”
Hal yang aneh bagi Kantor Berita Xinhua untuk tidak melaporkan pemilu AS malahan melaporkan bahwa Trump telah mengganti Menteri Pertahanan.
Meskipun laporan ini hanya satu kalimat, namun disertai 9 lembar foto mantan Menteri Pertahanan AS Mark Esper, hal ini cukup ganjil. Reporter ini begitu serius, dan tentu saja ia mendapatkan instruksi, di dalam internal PKT seharusnya tidak hanya merindukan mantan Menteri Pertahanan AS yang baru saja dipecat, Trump pada saat ini tiba-tiba mengganti Menteri Pertahanan, kemungkinan saja para pemimpin tertinggi PKT merasa surprise karenanya.
Khawatir mekanisme komunikasi krisis AS-Tiongkok akan sia-sia
Pada 29 Oktober, jaringan militer Partai Komunis Tiongkok pernah melaporkan bahwa sejak 28 – 29 Oktober, militer Tiongkok dan AS mengadakan konferensi video kelompok kerja komunikasi krisis. Laporan itu pada akhirnya mengatakan: Pihak RRT bersedia untuk terus menegakkan prinsip “tidak berkonflik dan berkonfrontasi”. Pernyataan Departemen Pertahanan AS mengkonfirmasi konferensi video tersebut dan menyatakan bahwa komunikasi baru-baru ini, AS adalah sebagai perwakilan negara tuan rumah.
Sekarang mantan Menteri Pertahanan AS Mark Esper telah diberhentikan tiba-tiba, apakah komunikasi serupa dapat berlanjut atau tidak, kemungkinan akan menunggu keputusan dari Penjabat Kuasa Menteri Pertahanan Miller yang baru, dan bahkan mungkin langsung diputuskan oleh Trump.
Para elite PKT tampaknya telah mencium sesuatu yang berbeda, laporan yang tidak biasanya dari Kantor Berita Xinhua mencerminkan bahwa petinggi PKT sangat mementingkan masalah ini. Mungkin tidak sulit untuk memahami jika Anda menghubungkan cerita yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan dua hari lalu (09/11).
Putaran baru penjajakan dan konfrontasi di Laut Tiongkok Selatan?
Pada 7 November, menurut laporan CCTV media partai, jet tempur PKT terbang ke terumbu karang Laut Tiongkok Selatan selama 10 jam berturut-turut, menciptakan rekor baru untuk lamanya penerbangan tunggal, dan mengatakan hal itu sangat penting secara strategis.
Laporan tersebut juga memperkenalkan detail pengisian bahan bakar dalam penerbangan, serta air mineral dan cokelat dalam kantong makanan khusus perjalanan jarak jauh pilot. Pesawat tempur yang dilaporkan kali ini seharusnya adalah Su-30, saat ini, hanya pesawat Angkatan Udara Komunis Tiongkok sejenis ini yang kemungkinan dapat melakukan tugas serupa. Namun, belum dapat dipastikan bahwa penerbangan itu dilakukan belum lama ini dan video besutan media Partai Komunis Tiongkok sering direkayasa.
Pada 8 November, menurut berita Airplane Watch, dua unit pembom B-1B AS lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Anderson di Guam. Selama periode ini, mereka terbang mendekati Kepulauan Spratly dan kembali setelah mengelilingi Laut Tiongkok Selatan.
Jika kedua informasi ini benar, itu setara dengan babak baru konfrontasi antara Amerika Serikat dan RRT di Laut Tiongkok Selatan, PKT mencoba menunjukkan pertahanan udara di pulau-pulau dan terumbu Laut Tiongkok Selatan, dan militer AS segera menanggapi dengan pelatihan pengeboman berskala besar. Kemudian, pada 9 November, Trump menggantikan Menteri Pertahanan.
Sulit untuk memastikan apakah petinggi PKT telah menghubungkan informasi ini bersama. Namun, tidak bisa dikesampingkan bahwa militer PKT memanfaatkan kebuntuan dalam pemilihan umum AS untuk menguji kesiapan militer AS di Laut Tiongkok Selatan.
Sebagai hasil dari uji coba, militer AS bereaksi dengan cepat, lalu Menteri Pertahanan diganti. Militer dan pejabat senior PKT mungkin harus berpikir keras tentang apa yang akan dilakukan Trump selanjutnya?
Kantor Berita Xinhua hanya mengenang kembali mantan Menteri Pertahanan AS Esper, dan tidak memperkenalkan latar belakang penjabat baru Menteri Pertahanan Christopher C. Miller. Diperkirakan informasi terkait akan segera diletakkan di atas meja Xi Jinping.
Penjabat kuasa Menteri Pertahanan yang baru membuat khawatir PKT Miller dilahirkan pada 1965, sang ibu- nya pernah mengajar di University of Delaware dan ayahnya pernah menjabat sebagai Kepala Polisi Iowa City.
Miller memenangkan Penghargaan Memorial Sejarah Gardiner G. Hubbard di Amerika Serikat dengan nilai rata-rata tertinggi sepanjang tahun di Sekolah Menengah Kota Iowa. Pada 2001, Miller menerima gelar Master of Arts dalam National Security Studies dari Naval War College, dan juga lulus dari Naval Command and Staff College dan Army War College.
Miller bertugas di militer dari 1983 – 2014, bergabung dengan Pasukan Khusus Angkatan Darat AS, serta berpartisipasi dalam perang di Afghanistan dan Irak. Selama periode ini, ia dipromosikan dari komandan kompi pasukan khusus menjadi kolonel, dan menjabat sebagai direktur operasi khusus serta peperangan tidak teratur di Kantor Asisten Sekretaris Pertahanan, dan juga menjabat sebagai kontraktor pertahanan.
Pada Maret 2018, Miller menjabat sebagai penasihat anti-terorisme di Dewan Keamanan Nasional AS dan bertanggung jawab atas operasi melawan ISIS. Pada 2020, ia menjabat sebagai asisten menteri pertahanan untuk operasi khusus dan pemberantasan terorisme; pada 10 Agustus 2020, ia menjadi direktur Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional.
Miller adalah sosok dengan pengalaman yang kaya dalam teori dan praktik militer, lebih tepatnya, adalah orang yang pandai berperang, atau lebih tepatnya lagi, orang yang pandai berperang dalam pertempuran yang sulit, operasi pemenggalan kepala mungkin merupakan bidang keahliannya dan seharusnya bukan orang yang tidak tegaan. Trump menggantikan Menteri Pertahanan dengan seseorang yang pandai bertempur, bagaimana mungkin tidak mengkhawatirkan para elite PKT?
Militer AS baru saja menyelesaikan “latihan pedang”-nya di Laut Jepang dan masih melakukan latihan militer Malabar dengan India, Jepang dan Australia di Samudra Hindia. Militer AS sepenuhnya siap dan betul-betul bisa berperang kapan saja.
Menurut logika para elite PKT, saat ini Trump disibukkan dengan penuntutan kecurangan pemilu dan seharusnya tidak punya energi berlebih untuk menghadapi hal lain, di luar dugaan, Trump masih saja melakukan percaturan strategi militer, apa sinyal dari penggantian Menhan ini? Langkah ini tak terhindarkan lagi akan menggentarkan para elite PKT. (lin)
Video Rekomendasi :