JOYCE LO DAN ZHU LI
New Tang Dynasty Television pernah menyiarkan berita tentang lebih dari 100 pengusaha Taiwan yang tinggal di Shanghai kembali ke Taiwan guna merekrut orang-orang muda untuk bekerja di perusahaan mereka.
Ketika ditanya mengapa mereka harus merekrut dari Taiwan sementara ada begitu banyak orang yang berbakat di Shanghai, seorang manajer di sebuah perusahaan sumber daya manusia menjelaskan dengan frustrasi: “Itu dikarenakan sifat serigala dari anak-anak muda di daratan Tiongkok.”
Dia juga mengatakan bahwa anak-anak muda di Taiwan memiliki kreativitas yang lebih besar dan loyalitas yang lebih besar kepada perusahaan tempat mereka bekerja.
Anak-anak muda dari ras yang sama berbicara bahasa yang sama di kedua pantai, lantas mengapa di satu sisi mereka mempertahankan kualitas kesetiaan dan kepatuhan yang tertanam dalam budaya tradisional Tiongkok, sementara di sisi lain mereka menunjukkan sifat yang tidak berperasaan?
Mungkin kita dapat menemukan petunjuk dari aksara Mandarin 愛 (ài), yang berarti cinta.
Pada awalnya aksara 愛 (ài) tidak memiliki makna sentimental mendalam yang terhubung dengan manusia atau peristiwa; melainkan, ungkapan terima kasih dari seorang pria yang lapar.
Pada penciptaan karakter, 愛 (ài) ditulis sebagai 㤅 (ài), ungkapan terima kasih karena diberi makanan. Aksara 旡 (jì) yang terletak di bagian atas, mirip seperti seorang pria yang lapar dengan mulut terbuka besar. Bagian bawahnya adalah aksara lebih dari 2.000 tahun yang lalu, aksara yang menggambarkan langkah berjalan lambat, 夊 (suī), ditambahkan pada bagian bawah untuk menunjukkan keengganan untuk berpisah dengan sesuatu. Ini melengkapi makna utama kata cinta.
Kunci dari aksara 愛 (ài), atau cinta, terletak = pada aksara radikal untuk hati. Jika seseorang benar-benar jatuh cinta, atau benar-benar bersyukur, ia harus melakukannya dengan hati.
Namun, dalam versi aksara Mandarin yang disederhanakan, aksara radikal hati, 心 (xīn), yang berada di tengah telah dihapus menjadi: 爱. Orang-orang muda dari Taiwan, Hong Kong, Makau, dan bahkan Jepang semua- nya menulis aksara untuk “cinta” dengan menggunakan hati. Tetapi orang-orang muda dari Tiongkok daratan menulis aksara “cinta” tanpa menggunakan hati.
Hanya ada empat goresan dalam aksara 心 (xīn), hati. Tidak rumit untuk menulisnya.
Anehnya adalah, bahwa aksara 鬼 (guǐ) yang berarti hantu, yang memiliki pengaruh negatif, memiliki sepuluh kali goresan.
Namun ia tidak disederhanakan sama sekali, bahkan dalam penggunaannya sebagai radikal. Misalnya: 魔 (mó,iblis); 魂 (hún ,=jiwa);魄 (pò,=sub-kesadaran); dan 魅 (mèi,= sejenis roh jahat).
Namun, ada pengecualian. Aksara Mandarin tradisional untuk jelek, 醜 (chǒu), memiliki aksara radikal, karena hantu adalah hal yang paling jelek; tetapi dalam aksara yang disederhanakan, hantu dihilangkan, mengubah aksara “jelek” dari 醜 (chǒu) menjadi 丑 (chǒu).
Ini membuat orang bertanya-tanya apakah motif sebenarnya dari penyederhanaan aksara Mandarin adalah untuk merusak nilai-nilai tradisional orang-orang Tionghoa.
Edited by Sally Appert