Isabel Van Brugen
Empat orang telah dipastikan tewas di lantai Gedung Capitol pada hari Rabu malam, di antaranya adalah seorang wanita yang meninggal setelah ditembak di dalam dalam Gedung Capitol, menurut polisi DC.
Anggota keluarga telah mengidentifikasi wanita tersebut sebagai Ashli Babbitt, seorang veteran Angkatan Udara dari California dan pendukung Donald Trump. Rekaman video menangkap saat ia dipukul di dada dan jatuh ke lantai.
Suami Ashli Babbitt memberitahu KUSI-TV bahwa Ashli Babbitt melakukan empat tur tugas selama 14 tahun tahun pelayanan, dan tinggal di dekat San Diego.
Sementara itu, ibu mertua Ashli Babbitt memberitahu Fox 5 DC bahwa Ashli Babbitt memiliki bisnis di San Diego dengan suaminya, dan ia bingung dengan perilaku Ashli Babbitt.
“Saya benar-benar tidak tahu mengapa Ashli Babbitt memutuskan untuk melakukan ini,” kata ibu mertua Ashli Babbitt kepada outlet berita, mencatat bahwa suami Ashli Babbitt tidak datang ke ibukota Amerika Serikat.
Sehari sebelum ditembak, Ashli Babbitt menulis di Twitter: “Tidak ada yang akan menghentikan kita…. mereka dapat berupaya dan berupaya dan berupaya tetapi badai ada di sini dan badai tersebut sedang menghampiri DC dalam waktu kurang dari 24 jam…. gelap menuju terang.”
Belum jelas siapa yang berada di balik penembakan itu, namun sumber-sumber penegak hukum mengatakan kepada New York Post bahwa Ashli Babbitt ditembak oleh Polisi Capitol.
Departemen Kepolisian Washington D.C. tidak segera menanggapi permintaan komentar oleh The Epoch Times.
Robert J. Contee, Kepala Departemen Kepolisian Metropolitan, selama sebuah konferensi pers pada dini hari Kamis pagi mengatakan bahwa seorang wanita diangkut ke sebuah rumah sakit sekitar tempat itu di mana ia dinyatakan meninggal, tanpa menyebut nama korban atau mengidentifikasi korban.
Robert J. Contee juga memastikan bahwa tiga korban lainnya tewas di dekat lantai Gedung Capitol selain wanita yang ditembak itu. Ia mengatakan bahwa penyebab kematian tidak dapat ditentukan sampai individu tersebut diperiksa oleh seorang pemeriksa medis.
“Kami yakin ada beberapa jenis keadaan darurat medis untuk masing-masing dari korban, sekali lagi, hal itu adalah sangat awal, setelah kami tahu kami dapat menyampaikan informasi itu,” Robert J. Contee mengatakan kepada wartawan.
Departemen Kepolisian Metropolitan mengatakan akan menyelidiki penembakan itu.
Beberapa jam sebelum penembakan fatal itu, Ashli Babbitt memberi sebuah tweet “HARUS DISELESAIKAN sebelum rapat-rapat Kongres hari ini.” Sebelumnya Ashli Babbitt juga memberi tweet rekaman televisi mengenai para pendukung Donald Trump yang berkumpul di ibukota Amerika Serikat menjelang unjuk rasa yang direncanakan pada hari Rabu.
Para pengunjuk rasa, banyak yang mengenakan pakaian pro-Donald Trump, menyerbu Gedung Capitol sekitar pk 14.15 setelah memecahkan jendela untuk masuk ke dalam gedung tersebut. Rekaman video tersebut menunjukkan beberapa pengunjuk rasa bergumul dengan polisi, video lainnya menunjukkan para peserta unjuk rasa yang membawa bendera Amerika Serikat dan bendera Donald Trump berjalan melalui aula yang menghubungkan Senat Amerika Serikat dengan DPR Amerika Serikat di Gedung Capitol.
Tidak jelas siapa yang memicu kerusakan di gedung tersebut.
Setidaknya 14 petugas Departemen Kepolisian Metropolitan terluka selama bentrokan tersebut. Dua petugas berada di rumah sakit, satu petugas menderita luka serius setelah diserang oleh kerumunan, dan petugas lainnya menderita luka-luka di wajah yang bermakna setelah terkena proyektil.
Penerobosan ke dalam Gedung Capitol menyela perdebatan di Senat Amerika Serikat dengan DPR Amerika Serikat mengenai keberatan terhadap suara elektoral dari pemilihan presiden. Pada pk 18.00, para pejabat mengumumkan
Gedung Capitol telah diamankan, Kongres dilanjutkan tidak lama kemudian. Wakil Presiden Mike Pence, yang memimpin sesi tersebut, mengutuk kekerasan setelah sesi dilanjutkan.
“Kami sangat mengutuk kekerasan yang terjadi di sini. Kami berduka atas kehilangan nyawa di aula suci ini bagi mereka yang mendatangkan kerugian malapetaka di Gedung Capitol kita hari ini: anda tidak menang. Kekerasan tidak pernah menang. Kebebasan yang menang. Dan ini adalah masih rumah rakyat,” kata Mike Pence.
Anggota parlemen dari Partai Republik juga mengutuk kekerasan tersebut, di mana banyak anggota parlemen dari Partai Republik yang menggambarkan tindakan kekerasan tersebut sebagai “bukan seorangg Amerika Serikat.” (Vv)
Keterangan Foto : Petugas penegak hukum mengarahkan senjata mereka ke pintu yang dirusak di Kamar DPR selama sesi gabungan Kongres di Washington, pada 6 Januari 2021. (Drew Angerer / Getty Images)