oleh Lin Yan
Media Jepang, NHK pada 9 Januari 2021 melaporkan, bahwa sebelum pelantikan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat ke-46 pada 20 Januari 2021 mendatang. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengumumkan rencana memperkuat kemampuan militer Korea Utara dengan mengembangkan senjata nuklir taktis serta memproduksi hulu ledak nuklir super besar. Hal itu diumumkan Kim Jong-un melalui Kongres Nasional Partai Buruh ke-8 yang diselenggarakan di Pyongyang.
Menanggapi perubahan kekuasaan Amerika Serikat dengan akan dilantiknya Biden menjadi presiden pada 20 Januari 2021, Kim Jong-un mengatakan : “Tidak peduli siapa yang memegang kekuasaan, realitas Amerika Serikat dan inti kebijakannya terhadap Korea Utara tidak akan berubah. Amerika Serikat adalah musuh terbesar bagi Korea Utara”.
NHK melaporkan bahwa kedepannya setelah Biden menjabat, bagaimana menangani masalah nuklir Korea Utara pasti akan menjadi topik perhatian negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea Selatan.
Dalam beberapa dekade terakhir, dengan dukungan dari Partai Komunis Tiongkok, rezim keluarga Kim Jong-un di Korea Utara telah meningkatkan program senjata nuklirnya dan memprovokasi komunitas internasional.
Pada tahun 2012 silam, Korea Utara merevisi konstitusinya dan menyatakan dirinya untuk pertama kalinya sebagai negara yang memiliki senjata nuklir. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa – PBB secara konsisten menolak pengembangan senjata nuklir Korea Utara dan telah berkali-kali menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara.
Pada tahun 2017, Korea Utara berhasil menguji rudal balistik yang mampu terbang terjauh hingga saat ini. Rudal antarbenua ini mampu terbang sejauh 3.700 mil, melintasi Jepang, dan jatuh ke Samudra Pasifik. Korea Utara juga melakukan uji coba nuklir dengan daya ledak terkuatnya pada tahun itu dan membangun persenjataan yang dapat menyerang Amerika Serikat dan sekutu Asia-nya.
Di tahun yang sama, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan bahwa Kim Jong-un sedang menjalankan “misi bunuh diri” bagi diri dan rezimnya. Jika Kim Jong-un terus mengembangkan senjata nuklir, Amerika Serikat tidak punya pilihan selain sepenuhnya menghancurkan Korea Utara.
Namun pada bulan Juni 2018, setelah Trump bertemu dengan dengan Kim Jong-un di Singapura, Kim Jong-un menangguhkan uji coba nuklir dan uji coba rudal balistik. Setelah itu, Trump dan Kim Jong-un bertemu lagi di Vietnam dan di zona demiliterisasi antara Korea Selatan dan Korea Utara. Uji coba nuklir dan rudal Korea Utara pada dasarnya telah berhenti.
Sekarang ketika presiden Amerika Serikat berganti, Kim Jong-un tiba-tiba mengungkapkan permusuhannya terhadap Amerika Serikat. Dunia luar percaya bahwa jika Joe Biden berkuasa, mungkin saja akan terjadi perubahan dalam hubungan Amerika Serikat dengan Korea Utara. (hui)
Video Rekomendasi :