oleh Lin Yan
Twitter mengumumkan pembekuan permanen akun nama pengguna pribadi Trump sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat.
Penjelasan yang diberikan perusahaan Twitter melalui blog adalah : Setelah dengan cermat meninjau pesan-pesan tweet terbaru di akun Presiden Trump (@realDonaldTrump) dan konten di sekitarnya— terutama mengenai bagaimana konten ini diterima dan disebarluaskan secara online atau offline di Twitter — kami telah memblokir akun tersebut secara permanen.
Twitter juga mengklaim bahwa 2 pesan tweet yang dikirim oleh Trump pada hari yang sama mengandung “risiko hasutan lebih lanjut untuk melakukan kekerasan”.
Banyak aktivis kebebasan berbicara telah memperingatkan, bahwa pemblokir secara permanen pesan para pemimpin dunia dapat menjadi preseden yang mengkhawatirkan untuk sistem penyensoran.
CEO Twitter Jack Dorsey menghadapi tekanan internal dan eksternal. Menurut laporan ‘Washington Post’, Jumat pagi, ratusan orang karyawan Twitter menandatangani surat internal yang meminta Jack Dorsey untuk membekukan akun kepresidenan Trump.
Mantan ibu negara Michelle Obama pada 7 Januari meminta perusahaan teknologi untuk secara permanen melarang Presiden Trump untuk memanfaatkan platform mereka, dan mengatakan bahwa mereka harus merumuskan kebijakan guna mencegah para pemimpin AS menggunakan teknologi mereka untuk menghasut kekerasan”.
Mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan pada hari Jumat 8 Januari 2020 bahwa perusahaan media sosial yang melarang Presiden Donald Trump adalah sesuatu yang akan dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok.
“Membungkam orang, belum lagi Presiden AS, adalah yang terjadi di Tiongkok, bukan di negara kita,” tulis Haley dalam tweet.
Apa yang sebenarnya disampaikan Trump sehingga menyebabkan adanya pemblokiran permanen oleh Twitter
Presiden Trump pada 8 Januari pagi menyampaikan pesannya di Twitter yang berbunyi : 75 juta orang patriot Amerika Serikat yang hebat yang memilih (mendukung) gagasan saya untuk merealisasikan ‘America First’ dan ‘America Great Again’. Suara hebat (mereka) akan terus menggema di masa depan. Mereka tidak akan diperlakukan secara tidak hormat atau tidak adil dengan cara apa pun ! ! !
Selanjutnya Trump kembali men-tweet tulisan : “(Kepada) Mereka yang bertanya, saya sampaikan bahwa saya tidak akan menghadiri (upacara) pelantikan pada 20 Januari.
Inilah alasan yang digunakan oleh Twitter untuk memblokir akun Trump.
Twitter mengatakan bahwa kedua pesan tweet tersebut melanggar “kebijakannya untuk mengagungkan kekerasan”. Penilaian perusahaan menganggap kedua postingan terakhir Trump ini sangat mungkin mendorong dan menginspirasi orang lain untuk meniru tindakan kriminal yang terjadi di U.S. Capitol pada 6 Januari 2021.
Epoch Times telah menghubungi Gedung Putih dan menanyakan soal apakah presiden mempertimbangkan untuk menggunakan medsos ‘Parler’ atau lainnya. Reporter Epoch Times juga meminta komentar dari tim kampanye Presiden Trump.
Jason Miller, Konsultan kampanye Trump telah menanggapi pemblokiran permanen akun presiden di Twitter. Dia menulis : Ini menjijikkan. Teknologi Besar ingin menghilangkan seluruh dukungan 75 juta orang warga kepada Trump.
Jika Anda berpikir bahwa jika selanjutnya mereka tidak mendatangi Anda, maka Anda salah. Demikian Jason Miller menambahkan.
Asal muasal Twitter memblokir akun Trump
Pada 6 Januari, setelah rapat umum Trump, pengunjuk rasa memasuki Kongres dan terjadi bentrokan.
Pada malam harinya sekitar pukul 6:16, Presiden Trump kembali men-tweet pesan bahwa ini adalah peristiwa yang terjadi ketika kemenangan pemilu yang sakral dan luar biasa telah dirampas tanpa malu dari para patriot hebat, para patriot ini telah diperlakukan dengan kejam dan tidak adil untuk waktu yang lama.
Pulanglah ke rumah masing-masing dengan cinta dan damai. Ingatlah selalu hari ini ! Demikian Trump menambahkan.
Pesan tweet tersebut segera dihapus oleh pihak Twitter.
Pada pukul 16:24 hari itu, Presiden Trump memposting video di Twitter yang meminta para pengunjuk rasa untuk pulang ke rumah masing-masing dengan damai. Dia menegaskan bahwa dirinya, tahu bahwa para pengunjuk rasa telah terluka hatinya, tetapi dia tidak ingin ada yang terluka lagi.
Trump menulis bahwa ini adalah pemilihan yang curang. Seseorang telah mencuri pemilihan darinya, dari para pengunjuk rasa dan dari Amerika Serikat. Tetapi dia masih berharap para pengunjuk rasa kembali ke rumah dengan selamat.
Pulanglah, kita mencintai kalian. Kalian adalah orang-orang spesial. Kita memahami perasaan kalian !
Pihak Twitter kembali menghapus pesan tweet dari Trump pada hari Rabu malam itu.
Pada pukul 14:38 hari Rabu, Presiden Trump men-tweet pesan : Tolong dukung polisi kongres dan lembaga penegak hukum kita. Mereka memang berpihak pada negara kita. Harap tetap menjaga perdamaian !
Selanjutnya, Twitter mengumumkan pemblokiran akun Trump selama 12 jam.
Pada 7 Januari pukul 19.20, Trump merilis video melalui Twitter untuk pertama kalinya setelah pemblokiran akun Twitter-nya dicabut. Ia mengatakan dalam video tersebut bahwa karena Kongres telah memutuskan Joe Biden sebagai pemenang, dia setuju untuk melakukan transisi kekuasaan secara tertib dan mulus pada 20 Januari mendatang.
Dia menekankan bahwa yang dibutuhkan Amerika Serikat saat ini adalah “pemulihan dan mengalah”, karena epidemi virus komunis Tiongkok (COVID-19) telah mempersulit kehidupan masyarakat, merugikan ekonomi, dan merenggut nyawa warga negara Amerika Serikat.
Kepada para pendukungnya Trump menyampaikan : Saya tahu kalian sangat kecewa, tetapi saya juga ingin kali mengetahui bahwa perjalanan luar biasa kita baru saja dimulai.
Ia sekali lagi mengutuk kekerasan yang terjadi di Kongres pada 6 Januari, dan mengatakan bahwa Amerika Serikat akan selalu menjadi negara yang taat terhadap hukum, namun yang diperlukan sekarang adalah tenang dan damai.
Selain itu, media sosial yang didirikan oleh kaum konservatif AS ‘Parler’ pun mengalami ancaman akan dihapus oleh Apple. Medsos ‘Parler’ telah dipandang sebagai alternatif dari Twitter, dan banyak penggemar Trump dan para konservatif telah beralih ke medsos tersebut.
Twitter sebelumnya juga menangguhkan akun mantan penasihat keamanan nasional Jenderal Michael Flynn dan pengacara Sidney Powell.
Kedua akun tersebut menunjukkan : Akun telah diskors sementara … pihak Twitter dapat menangguhkan akun yang melanggar peraturan Twitter. Saat ini, tidak jelas mengapa Twitter menangguhkan akun mereka.
Brandon Straka, kepala gerakan WalkAway yang beraliran konservatif pada hari Jumat mengatakan bahwa, Facebook telah memblokir akun grup mereka dan melarang akun-akun pribadi yang dimiliki grup tersebut.
Semua pengguna media sosial yang disebutkan diatas sekarang telah beralih ke ‘Parler’. (hui)