Sejarah Wabah Manusia dan Satu-satunya Cara untuk Bertahan Hidup dari Wabah

Wabah adalah jenis penyakit menular yang menyebar dalam skala luas, saat ini kita sedang mengalami wabah itu. Secara umum ada dua jenis penyakit menular, salah satunya adalah virus dan lainnya adalah bakteri. Wabah yang sedang kita alami saat ini adalah virus.

Sejak adanya masyarakat manusia, kita terus memerangi wabah dan tidak pernah berhenti.

Pada kesempatan ini mata ketiga akan menjabarkan sejenak beberapa wabah yang berdampak pada sejarah manusia.

Pertama dan paling terkenal adalah… Black Death atau Maut Hitam, disebut juga Wabah Hitam.

Nama ini terdengar menakutkan, bukan? 

Black Death atau Maut Hitam adalah wabah pes yang menyebar di pusat Eropa pada abad ke-14. Wabah pes ini bukan disebabkan oleh virus, melainkan oleh Yersinia pestis.

Mengutip dari Wikipedia, untuk diketahui Yersinia pestis adalah Bakteri gram negatif, tidak bergerak, berbatang, coccobacillus, tanpa spora. Bakteri ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang dapat menginfeksi manusia melalui kutu tikus Oriental.

Jadi itu merupakan wabah bakteri. Meskipun wabah itu disebut “wabah pes”, tapi sebenarnya tidak ditularkan tikus kepada manusia, melainkan ditularkan dari pinjal, sejenis kutu yang hinggap pada hewan. Ketika kutu menggigit tikus yang terkena wabah dan kemudian menggigit seseorang, maka orang tersebut akan terkena wabah pes. 

Jadi pinjal /kutu dan tikus sama-sama merupakan inang dari basil pes. Setelah kutu yang terinfeksi wabah menggigit seseorang, maka akan menyebabkan peradangan pada sistem limfatik atau getah bening manusia, demam, tidak sadarkan diri, dan sepsis, yakni suatu komplikasi infeksi yang mengancam jiwa dan bintik hitam di sekujur tubuh hingga akhirnya akan mati. Oleh karena itulah disebut black death atau maut hitam.

Penyebaran wabah terutama melalui droplet atau percikan air liur, infeksi luka dan saluran pencernaan

Selain itu, wabah pes dapat menjangkiti siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, atau status sosial, selama itu manusia  akan bisa terinfeksi. Angka kematian penyakit ini sangat tinggi, biasanya kurang dari seminggu sejak terinfeksi hingga meninggal. Karena itulah tampak mayat-mayat bergelimpangan di seluruh negeri setelah ledakan wabah di Eropa. 

Pada abad ke-14 itu, hanya ada 75 juta orang di seluruh Eropa, 25 juta orang tewas karena Black Death. Yang relatif parah adalah Italia, lebih dari setengah populasinya tewas.

Dan wabah yang melanda Italia kali ini juga sangat parah. Mengapa Italia selalu yang paling parah ? Pasalnya, Italia merupakan pusat politik dan budaya Eropa, sangat maju dan memiliki populasi yang sangat padat.

Oleh karena itu, Italia selalu menjadi wilayah yang paling terpukul setiap  dihantam wabah. Dikatakan Italia paling parah, tetapi yang lebih parah lagi adalah Islandia, karena hampir musnah seluruhnya, dan butuh beberapa abad bagi Islandia untuk kembali ke populasinya semula. Jadi orang-orang Islandia saat ini bukanlah orang yang sama dengan orang Islandia sebelumnya. Tentu saja belakangan Black Death   ini akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Diperkirakan 75 juta hingga 100 juta orang meninggal di seluruh dunia ketika itu.

Saat itu, terdapat kurang dari 500 juta populasi di dunia, hampir 100 juta orang meninggal. Oleh karena itu, Black Death kali ini termasuk wabah paling serius dalam sejarah manusia, juga dapat dianggap sebagai kepunahan manusia. Tentu saja, setelah terinfeksi wabah, Anda sudah mendapatkan sistem kekebalan lagi dan hampir tidak akan terjangkit kembali.

Karena penyebab Black Death sama sekali tidak diketahui pada saat itu, entah disebabkan oleh tikus atau pinjal/ kutu, jadi orang-orang berada dalam kondisi sangat cemas. Dengan kata lain kenapa bisa terkena wabah, apakah akan mati, jadi orang-porang pada saat merasa sangat gelisah. .

Tepat pada saat itu, dirumorkan jangan-jangan itu adalah racun dari orang Yahudi. Akibatnya, orang Yahudi pun terkena getahnya, orang-orang mulai menindas orang Yahudi di mana-mana. Mengapa orang Yahudi sangat tidak disukai di Eropa? 

Faktor utamanya, karena keyakinan beragama orang Yahudi tidak sama dengan agama mereka. Seluruh Eropa pada saat itu menganut kepercayaan Kristen, hanya Yahudi yang percaya pada Yudaisme/Agama Yahudi.

Tuhan mereka, yakni Yesus Kristus, dikhianati oleh Yudas, yang merupakan seorang Yahudi. Jadi ketika ada sesuatu yang ditambah dengan kecemasan, maka yang selalu terbayang dalam benak mereka adalah orang Yahudi.

Jadi orang Yahudi mengalami penganiayaan ganda selama wabah itu. Padahal, dari sudut pandang sejarah, setiap kali terjadi pandemi, orang-orang akan mengalami kecemasan yang ekstrim, yang berujung pada kebencian dan terjadi berbagai tragedi akibat ulah manusia. Secara psikologis ini sebenarnya semacam bug atau kecacatan/ celah dalam diri manusia. Tentu saja, sangat mudah untuk dicuci otaknya saat Anda merasa ekstrim cemas.

Tindakan koersif pertama yang diambil dalam wabah Black Death kali ini adalah kota air Venesia, Italia. Karena orang-orang mengetahui bahwa penyakit itu menyebar ke tempat yang lebih jauh melalui kapal. Oleh karena itu, kota air Venesia misalnya, pemerintah daerah  setempat lebih dulu menutup pelabuhan, sehingga kapal yang memasuki Pelabuhan Venesia harus dikarantina di pelabuhan tersebut selama 40 hari. 

Mereka tidak memiliki dasar medis kala itu, namun mengapa perlu dikarantina selama 40 hari? Hanya menurut mereka akan lebih baik dikarantina selama 40 hari.

Kemudian mereka menganggap bahwa cara itu efektif. Sehingga negara-negara lain di dunia kemudian menerapkannya hingga saat ini. Saat itu alat transportasi utamanya adalah kapal laut, arus masuk dan keluar barang, maupun manusia melalui kapal. Di era digital saat ini sudah ada kapal, pesawat terbang, dan mobil, jadi jika ingin mengendalikan pandemi, maka harus memotong tempat-tempat ini.

Pada ada abad ke-13, Genghis Khan menguasai seluruh Eropa Timur dan Asia dan menguasai lebih dari setengah populasi bumi pada saat itu. Mendirikan kerajaan terbesar dalam sejarah manusia yang disebut Kekaisaran Mongol. Kerajaan Mongol mulai merosot karena wabah ini. Tentu saja, penelitian terkini juga meyakini bahwa Black Death itu sebenarnya dibawa oleh pasukan Genghis Khan.

Black Death ini kemungkinan disebabkan oleh sejenis tikus Mongolia yang disebut Tikus Hitam. Tentu saja hal ini juga tidak disengaja oleh Genghis Khan, dia hanya menaklukkan suatu tempat kemudian membawa penyakitnya. 

Sebenarnya, pada zaman kuno, wabah penyakit seringkali disertai dengan peperangan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ada tentara di depan dan disertai wabah penyakit di belakangnya. Setelah wabah Black Death berlalu, perubahan besar terjadi di seluruh Eropa. 

Pertama adalah agama telah berubah. Saat itu, Eropa mayoritas pemeluk Katolik, alkitab Katolik ditulis dalam bahasa Latin. Pastor hanya bisa mengajarkannya dalam bahasa Latin. Tetapi Black Death menyebabkan banyak pastor yang meninggal, jadi tidak ada yang bisa mengerti bahasa Latin. Sejak saat itu, bahasa lain diizinkan untuk menulis alkitab ini.

Selain itu, kelaparan juga berkurang setelah wabah. Menurut penulis terkenal asal Amerika, Dan Brown, Eropa mengalami zaman Renaissance sekitar abad ke-14. Kemunculan tersebut akibat dari adanya wabah penyakit, krisis ekonomi, krisis politik, dan krisis pemikiran Dark Ages (Abad Kegelapan). Secara harfiah, Renaissance berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti kelahiran kembali. Renaissance adalah sebuah periode yang menandakan kelahiran kembali peradaban dan kebudayaan Eropa. Zaman Renaissance ditandai dengan munculnya penghargaan terhadap etika, estetika dan rasionalitas.

Banyak orang meninggal setelah wabah. Kemudian pendapatan orang-orang mulai meningkat, jadi orang-orang punya lebih banyak energi untuk mempelajari beberapa hal baru, dan Renaissance pun menjadi populer. Sebelumnya, orang-orang terutama meneliti masalah pangan yang tidak mencukupi.

Dan Brown adalah penulis the Da Vinci Code yang terkenal. Penelitiannya menemukan bahwa negara Italia akan tiba-tiba berkembang pesat setiap kali pasca wabah penyakit. Oleh karena itu, ia percaya bahwa wabah memiliki arti positif tertentu bagi masyarakat manusia, meski harus ditebus dengan mahal.

Belakangan, ia menulis serangkaian novel laris dengan tema, misalnya, Angels and Demons/malaikat dan iblis dan Inferno yang terkenal dan diangkat ke layar perak. Sejak Black Death pada abad ke-14 hingga akhir abad ke-19, masyarakat manusia telah berulang kali mengalami wabah. Namun tidak pernah diketahui apa yang menyebabkan wabah tersebut. 

Sampai pada tahun 1894, wabah penyakit menyebar di Hong Kong dan Guangzhou. Negara-negara di dunia kemudian memutuskan untuk membentuk tim investigasi bersama guna menyelidiki penyebab wabah tersebut. Akhirnya, seorang dokter dan bakteriolog asal Swiss yang merupakan warga naturalisasi Prancis dan seorang dokter dan bakteriolog Jepang, Baron Kitasato Shibasaburō berturut-turut menemukan Yersinia pestis. Belakangan, lebih dari 40 tahun kemudian, orang-orang berhasil mengembangkan serum untuk melawan wabah pes.

Namun, obat-obat ini masih belum bisa sepenuhnya menyembuhkan wabah pes. Sampai hari ini, wabah penyakit telah menyebar ke seluruh dunia, tetapi kondisinya tidak terlalu serius. Wabah skala besar terakhir terjadi pada 2017, yakni ketika wabah pes melanda di Madagaskar, Afrika, menginfeksi kurang dari 2.400 orang dan menewaskan 202 orang. Sekarang, rata-rata lebih dari 2.000 orang terinfeksi wabah setiap tahun, terutama di negara-negara Afrika. Kondisi sanitasi di tempat-tempat itu tidak terlalu baik. Sebelumnya disebutkan di atas wabah adalah sejenis bakteri, bukan virus, jadi pada dasarnya berbeda dari virus, yang dapat bertahan hidup tanpa inangnya.

Jadi orang yang terinfeksi wabah pes akan segera meninggal. Tetapi hal ini tidak terjadi pada seseorang yang terjangkit virus. Seseorang yang terjangkit virus memiliki masa inkubasi dan dapat tertular selama masa inkubasi. Gejala setelah masa inkubasi terutama berupa batuk dan bersin. Batuk dan bersin ini juga agar ia dapat menyebarkannya, namun tidak demikian dengan wabah pes.

Banyak penyakit menunjukkan ciri ini, misalnya rabies, baik orang yang pernah terjangkit rabies, atau anjing, akan menjadi tak terkendali setelah timbulnya penyakit, ia mulai menggigit orang atau anjing. Ini juga merupakan manifestasi dari virus yang mengendalikan otak manusia dan membuat orang memikirkan cara untuk menyebarkannya.

Ada juga parasit yang disebut Toksoplasmosis, yang bukan merupakan bakteri atau virus, melainkan cacing. Inang dari parasit ini adalah kucing. Ia bisa hidup dengan baik di tubuh kucing. Agar bisa hinggap di badan kucing, ia menginfeksi tikus. Karakteristik apa yang ditunjukkan tikus setelah terinfeksi ? 

Tikus akan makan dengan rakus, lalu bertambah gemuk, sehingga gerakannya menjadi lebih lambat, dan kucing dapat dengan mudah menangkapnya. Begitu memakannya, ia masuk ke dalam tubuh kucing. Jadi virus, bakteri bahkan parasit, banyak diantaranya yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan organisme lain.

Nah, inilah wabah pes yang dibicarakan. 

Berikutnya yang mempengaruhi sejarah manusia adalah… Flu Spanyol

Ini adalah flu yang merebak pada tahun 1918 silam. Penyakit ini juga meletus di Eropa. Saat itu, hanya ada 2 miliar manusia di dunia, 500 juta orang terinfeksi dan 100 juta orang meninggal. Bagaimana terjadinya flu Spanyol ini ? Ini juga ada hubungannya dengan tahun 1918.

Tahun 1918 adalah akhir Perang Dunia Pertama, lalu mengapa akhir Perang Dunia menyebabkan pandemi? 

Selama Perang Dunia, masing-masing negara ke Eropa untuk berperang. Setelah perang, orang-orang pun kembali. Padahal, flu sudah terjadi pada masa perang. Akan tetapi, orang-orang tidak ada niat untuk berperang lagi, lalu kembali ke negaranya dan membawa flu kembali ke negara masing-masing.

Karena itulah virus itu seketika menginfeksi seluruh dunia. Sekitar 20 juta orang tewas dalam Perang Dunia 1, dan 100 juta orang meninggal karena wabah. Jadi wabah itu jauh lebih mengerikan daripada perang. 

Sebenarnya, banyak perang dalam sejarah manusia yang berakhir karena wabah penyakit. Misalnya pertempuran antara Rusia dengan Inggris dan Prancis yakni Perang Krimea, pada akhirnya perang itu berakhir karena wabah penyakit. Wabah pada waktu itu adalah malaria, karena malaria membunuh sepuluh kali lebih banyak orang daripada perang. Para tentara pun menghentikan peperangan karena malaria. Kita sering khawatir tentang Perang Dunia 3 akan meletus, tetapi saya pikir kita justeru harus lebih khawatir tentang ledakan wabah berikutnya.

Selanjutnya adalah wabah besar yang memengaruhi sejarah manusia, yakni cacar.

Cacar adalah satu-satunya wabah yang berhasil diatasi manusia saat ini. Virus ini sekarang sudah lenyap. Virus cacar sepenuhnya punah pada tahun 1979. Manusia terakhir yang terkena cacar adalah orang Somalia. Belakangan orang ini tidak pernah menunjukkan gejala cacar lagi. Tapi manusia telah membayar mahal untuk penyakit cacar, diperkirakan 500 juta orang tewas karenanya. 

Cacar adalah virus yang sangat aneh, karena selama ini belum ditemukan inang alami dari cacar ini. Virus pasti memiliki inang alami. Jika tidak, tidak mungkin bisa hidup. Jadi sangat tidak terbayangkan dari mana asalnya? 

Mungkin inang alami mereka telah punah. Sekarang diperkirakan orang yang paling awal terinfeksi virus cacar adalah orang Mesir kuno. Karena di makam firaun mesir kuno yang berusia lebih dari 3000 tahun yang lalu ditemukan gejala penyakit cacar pada muminya.

Adapun sebab mengapa penyakit cacar dapat diatasi oleh manusia, karena penyakit cacar memiliki dua kelemahan yang fatal. 

Pertama adalah bahwa virus cacar pasti akan sakit. Ia tidak memiliki pembawa asimtomatik, sehingga dapat dengan mudah memastikan siapa yang terkena cacar dan siapa yang tidak. 

Kedua, cacar hanya menyerang manusia, jadi selama tidak ada cacar pada diri manusia, maka virus telah punah. Sedangkan virus lain memiliki inang alami, seperti misalnya nyamuk, kutu, kucing, dan anjing. Jika semua ini tidak punah, virus ini tidak akan hilang. 

Sebenarnya, manusia juga pernah menggunakan virus. Manusia bukan hanya sebagai korban. Misalnya di penghujung abad ke-18, Inggris membawa kelinci kembali setelah tiba di Australia. Australia sendiri tidak memiliki kelinci, lalu untuk apa mereka membawanya? Ini karena kegiatan berburu kelinci sangat populer di Eropa pada saat itu.

Orang Inggris yang datang ke Australia merasa sangat bosan tanpa aktivitas, lalu mereka membawa serta kelinci Eropa. Kemudian dilepaskan di alam liar dan mereka pun berburu kelinci setiap hari. Alhasil, kemampuan pengembangbiakan kelinci ini mengejutkan Inggris. Awalnya, hanya membawa 12 ekor kelinci, tapi beberapa tahun kemudian membengkak jadi 10.000 ekor. Paling banyak mencapai hingga 800 juta ekor. Kelinci ini menggerogoti seluruh padang rumput Australia hingga menjadi gurun. Akibatnya sapi maupun domba mati kelaparan karena tiada makanan.

Pemerintah Inggris merasa hal itu harus diatasi. Jika dengan cara berburu pasti sudah terlambat. Jadi Inggris menemukan virus yang disebut Myxoma. Virus ini hanya menginfeksi kelinci dan dapat menyebar dengan cepat di antara kawanan kelinci, kemudian kelinci mati dalam waktu sekitar dua minggu. Saat itu tingkat kematian virus ini pada kelinci adalah 99%, jadi efeknya sangat bagus begitu disebarkan. Namun akhirnya angka kematian turun menjadi 90% di tahun kedua.

Beberapa tahun kemudian turun menjadi lebih dari 70%. Sekarang hampir tidak efektif lagi. Mengapa virus ini secara bertahap menjadi tidak efektif lagi bagi kelinci? 

Inilah sebabnya mengapa pemerintah Inggris mengusulkan konsep imunisasi kolektif selama wabah ini. Hingga akhirnya, manusia mengalahkan virus itu dengan kekebalan kolektif. Tidak sekalipun ditaklukkan oleh obat-obatan. Sekalipun beberapa obat yang efektif melawan virus dikembangkan pada saat itu, obat tersebut akan segera kehilangan fungsinya karena virus dapat bermutasi. Jadi akhirnya menggunakan sistem kekebalan. 

Kita hanya dapat mengandalkan vaksin kolektif tanpa menunggu pengembangan vaksin. Ini adalah masalah yang sangat nyata, jadi pemerintah Inggris juga tidak asal bicara. Jadi satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah tetap berada di rumah dan menunggu vaksin keluar.

Kita tidak perlu khawatir lagi setelah memiliki kekebalan. Justru karena Eropa pernah mengalami berbagai wabah, sehingga sistem kekebalan orang Eropa sangat baik. Itulah sebabnya mengapa Inggris dan Spanyol dapat menaklukkan seluruh dunia dan menguasai dunia karena baiknya sistem kekebalan tubuh mereka. 

Mereka ke berbagai tempat dan tidak akan terkena penyakit apapun. Warga setempat pun tewas setelah membawa penyakit ke berbagai tempat. Contoh terbaik adalah pendudukan Spanyol di Amerika Selatan. Mengapa Spanyol dapat menduduki kerajaan Inca dan kerajaan Aztec di Amerika Selatan? 

Bukan karena bangsa Spanyol memiliki senjata yang canggih. Asal tahu saja, butuh beberapa bulan bagi Spanyol untuk tiba di Amerika Selatan dengan kapal. Jumlah orang yang dapat ditampung kapal juga sangat terbatas. Jadi ketika bangsa Spanyol tiba di Amerika Selatan, orang-orang Amerika Selatan pun dibuat terhuyung-huyung. Coba bayangkan mungkinkah memusnahkan kerajaan Inca hanya dengan ratusan orang Spanyol? Tapi itulah kenyataannya.

Begitu mereka mendarat di Amerika Selatan dan bertemu dengan raja Inca saat itu, sang raja dan putra raja itu pun tewas pada saat itu. Tentu saja, maksudnya bukan mati mendadak, tapi meninggal setelah terinfeksi penyakit.

Saat itu, bangsa Spanyol membawa penyakit cacar. Saat itu, suku Inca ketakutan. Selama bangsa Spanyol tinggal beberapa hari di sana, suku Inca yang tinggal di sekitarnya semuanya tewas. Pada saat itu, suku Indian Inca juga mengira itu adalah penyakit, tetapi mereka tidak mengerti mengapa mereka bisa terkena penyakit, sementara bangsa Spanyol tidak. 

Suku Indian secara keliru mengira bahwa Tuhan yang dipercaya oleh bangsa Spanyol melindungi mereka, yakni Yesus Kristus. Lalu, orang-orang dari suku Indian menyerah tanpa berperang dan memeluk agama Kristen. Inilah sebabnya mengapa agama Kristen dapat mengakar di seluruh Amerika Selatan. Jadi yang benar-benar memungkinkan bangsa Spanyol menaklukkan benua Amerika Selatan bukanlah senjata mereka atau populasi mereka yang besar, tetapi wabah penyakit.

Saat itu, seorang misionaris Jerman yang ikut serta dengan penjajah Spanyol ke Amerika Selatan, menulis di buku hariannya, suku Indian benar-benar sangat lemah, mereka akan mati seketika begitu mencium aroma bangsa Spanyol. 

Oleh karena itu, ada beberapa negara, bangsa sangat kuat bukan karena seberapa kuat mereka, tetapi karena mereka telah mengalami lebih banyak penderitaan. 

Mari kita simpulkan bahwa satu-satunya hal yang telah kita atasi dalam sejarah manusia adalah cacar, sedangkan wabah penyakit lainnya belum berhasil diatasi. Seperti AIDS, Ebola, TBC, wabah pes, demam kuning. TBC sekarang sudah sedikit, tetapi tidak punah. Kalaupun ada vaksinnya, lambat laun vaksin itu akan kehilangan fungsinya. Bukan berarti orang yang pernah terinfeksi cacar sekali dalam sejarah manusia, lalu tidak akan tertular pada generasi mendatang. Ini efektif untuk jangka waktu yang lama, namun tidak akan berfungsi jika bermutasi.

Jadi pertempuran antara manusia dan wabah tidak akan pernah berhenti. Jika Anda bisa duduk di sini dan menonton video ini, itu berarti nenek moyang Anda adalah orang yang selamat dari semua pertempuran melawan wabah, dan bisa dikatakan kita  sangat beruntung.

Sebenarnya, manusia adalah satu-satunya spesies yang pernah menggunakan virus untuk menyerang spesies lain atau menyerang spesiesnya sendiri. Jadi dari sudut pandang ini, prospek umat manusia juga tidak begitu baik.

Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan satu hal yang sangat baik….”Jika kamu mendengar wabah di suatu tempat, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (jon)

Sumber : Berbagaisumber