Setelah insiden penyerangan Gedung Capitol pada (6/2//2021), perusahaan teknologi besar Amerika Serikat, Twitter secara sepihak memblokir akun mantan Presiden Donald Trump. Meskipun dikutuk oleh komunitas internasional, namun demikian, “sensor politik” yang dilakukan raksasa teknologi masih terus berlanjut.
Ned Segal, kepala keuangan Twitter pada hari Rabu, 10 Februari lalu dalam sebuah wawancara bahwa jika sebuah akun dihapus oleh platform Twitter berarti sudah terhapus permanen. Akun Twitter Trump bahkan tidak akan dihidupkan kembali jika ia terpilih lagi menjadi presiden.
“Kebijakan kami tidak mengizinkan yang bersangkutan kembali,” kata Ned Segal.
Setelah insiden penyerangan di Gedung Capitol pada 6 Januari lalu, media sosial seperti Facebook dan Twitter mengumumkan penutupan akun pribadi Trump juga akun beberapa anggota tim Trump dan juga pendukung Trump.
Selanjutnya, pejabat senior pemerintah Jerman, Prancis, dan Australia menyuarakan keprihatinan mereka tentang “penyensoran” dari perusahaan teknologi besar. (sin)