Akankah Kebijakan Joe Biden yang Sebenarnya Terhadap Tiongkok Memuaskan?

oleh John Mills

Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden tampaknya dengan tegas menghindar ketika berhadapan dengan Tiongkok.

Di satu sisi, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken seolah menegaskan kembali sikap tegas mantan Presiden Donald Trump terhadap Partai Komunis Tiongkok dan bahkan menegaskan bahwa Partai Komunis Tiongkok melakukan genosida di Xinjiang.

Secara pribadi menjadi bagian tinjauan keamanan nasional antara pemerintahan selama saya melakukan pelayanan pemerintah, saya tahu bahwa tidak jarang bagi pemerintahan berikutnya untuk melanjutkan atau bahkan menggandakan dalam melanjutkan kebijakan meskipun ada kritik-kritik politik hiperbolik dari masyarakat terhadap kebijakan yang sama.

Sehubungan dengan itu, komentar-komentar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken kembali memastikan pernyataan-pernyataan mengenai kejujuran intelektual versus otomatisme ideologis.

Tetapi kemudian Presiden Joe Biden meraba-raba apa yang seharusnya menjadi pertanyaan yang mudah untuk dijawab dan telah menciptakan kebingungan yang bermakna dengan mengaitkan genosida yang dilakukan Tiongkok terhadap Uyghur dengan norma-norma kebudayaan yang berbeda. 

Kegagalan menetapkan pendirian seperti ini oleh  Joe Biden merongrong stafnya sendiri dan berpotensi mengirim sinyal-sinyal mendua dan bahkan sinyal-sinyal berbahaya bagi sebuah negara totaliter yang berpetualang dengan licik.

Ini bukanlah hal yang baik dalam hubungan internasional dan menunjuk pada kesalahan perhitungan sejarah yang lain yang memberikan momentum bagi bencana dunia di Eropa menjelang Perang Dunia II, semenanjung Korea sebelum Invasi Komunis Korea Utara pada tahun 1950, dan Invasi Saddam pada tahun 1990 ke Kuwait.

Partai Komunis Tiongkok dan agen-agennya pengaruhnya membaca, mendengarkan, dan menafsirkan segala sesuatu dengan cermat, jadi komentar Joe Biden yang tidak dijaga cenderung mengarah ke ratusan halaman analisis yang menginformasikan dan mempengaruhi para tingkat senior Partai Komunis Tiongkok. 

Sudut-sudut pandang yang tidak konsisten mengenai Tiongkok oleh pemerintahan Amerika Serikat saat ini adalah tidak terisolasi, dan jangan luput dari perhatian.

Sisi Baik

Beberapa orang yang ditunjuk Joe Biden menunjukkan kecenderungan untuk mengabaikan ideologi politik dan mendukung pekerjaan pemerintahan sebelumnya. Memang mereka tidak selalu menyukai nada atau sikap tersebut, tetapi pada intinya mereka mengisyaratkan sebuah niat untuk membuang keberpihakan dan melanjutkan kebijakan era Donald Trump.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken telah menunjukkan kebijaksanaan ini sampai taraf tertentu dan tampaknya menjadi pemimpin dalam mempertahankan sebuah pendekatan disiplin terhadap perilaku Partai Komunis Tiongkok yang buruk. 

Hal ini adalah positif, meyakinkan, dan menyegarkan jika ada sebuah harapan dari beberapa orang kemiripan bipartisan mengenai masalah-masalah keamanan nasional di Washington. 

Kepribadian penting yang lain dalam membangun Kebijakan Tiongkok oleh pemerintahan Joe Biden adalah Dr. Kurt Campbell, yang merupakan Koordinator Dewan Keamanan Nasional untuk Indo-Pasifik. Ia juga digembar-gemborkan di beberapa tempat, bersikap keras terhadap Tiongkok. Dr. Kurt Campbell adalah arsitek dari “Poros Pasifik” selama pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

Dr. Kurt Campbell mengatakan, “Poros Pasifik adalah sebuah inisiatif yang bijaksana dan tepat waktu, sebuah inisiatif di mana saya terlibat di dalamnya. Tantangannya adalah “Poros Pasifik” diperkenalkan secara bersamaan dengan efisiensi-efisiensi Kementerian Pertahanan Amerika Serikat yang drastis (yaitu, perampingan) serta partisipasi departemen-departemen dan badan-badan yang bukan dari Kementerian Pertahanan Amerika Serikat yang sedikit berantusias yang memberi kami sedikit strategi untuk mengaktualisasikan kebijakan tersebut. Tetapi, tuntutan-tuntutan kebijakan adalah instrumen kekuatan nasional yang penting.”

Indikator-indikator positif lainnya termasuk Menteri Perdagangan Gina Raimondo memuji tarif-tarif Presiden Donald Trump terhadap Tiongkok dan berjanji untuk terus menggunakan “Daftar Entitas” terhadap Tiongkok.

Salah satu tren lainnya adalah Laksamana (Purn) James Stavridis, seorang pendukung Joe Biden dan bukan pengagum Donald Trump, menegaskan sebuah strategi militer kontra-Tiongkok yang kuat.

Laksamana (Purn) James Stavridis dengan bijak mengartikulasikan sebuah penangkal militer yang kuat dan garis-garis merah untuk mengendalikan Tiongkok, pada dasarnya di garis batasnya. Penjelasannya mengenai Kepulauan Partai Komunis Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan adalah tepat, “Sasaran-sasaran empuk.” Saya setuju — mereka setuju

membuat sebuah Garis Maginot di perairan yang menghabiskan sumber daya, mengekang mereka,dan sangat menyederhanakan kumpulan masalah untuk sekutu, mitra strategis, dan para penyasar dan perencana bersama.

Dewan Atlantik baru saja muncul dengan “Telegram Yang Lebih Panjang” ditulis oleh “Anonim”. Dewan Atlantik lebih selaras dengan kubu Joe Biden, ​​tetapi Dewan Atlantik mengartikulasikan sebuah strategi yang sangat kuat untuk melawan Partai Komunis Tiongkok (Dewan Atlantik tidak suka menargetkan Partai Komunis Tiongkok dan Dewan Atlantik lunak mengenai topik operasi-operasi pengaruh Partai Komunis Tiongkok di Amerika Serikat). Saya belum menyelesaikan sebuah referensi silang tetapi banyak prinsip-prinsip Komite mengenai Bahaya Saat Ini Tiongkok dengan jelas terlihat dalam “Telegram Lebih Panjang.” Itu adalah keterangan Trumpisme, dan kemungkinan mereka meminjam gagasan-gagasan adalah menyemangati.

Sisi Jahat

Ada juga sinyal-sinyal yang membingungkan di luar potensi Presiden Joe Biden meraba-raba perubahan sejarah Uighur. Satu masalah yang menghantui pemerintahan-pemerintahan Demokrat adalah perjanjian. Mereka menyukai perjanjian, yang dapat menjadi sebuah alat yang berguna jika diterapkan dan dibuktikan dengan benar. Membuktikan sebagai ekspresi operatif.

Kurangnya Tiongkok dalam perjanjian-perjanjian pembatasan beberapa senjata (di luar Konvensi Senjata Biologi) cenderung merupakan kebijaksanaan yang dikejar pemerintahan Joe Biden. Saya telah meninjau Konvensi Senjata Biologi secara rinci, dan Konvensi Senjata Biologi adalah sebuah kepercayan dan jangan membuktikan pengaturan yang memungkinkan Tiongkok menjadi tidak terbatas dan petualang dalam aktivitas-aktivitas Tiongkok di Wuhan. Ini bukanlah sebuah perjanjian yang baik atau perjanjian model.

Pemerintahan Joe Biden terlihat membalikkan dan mengakhiri perkenalan kembali senjata nuklir hasil rendah menjadi gudang militer Amerika Serikat karena tertarik untuk terlibat dalam dialog perjanjian dengan Tiongkok yang dipimpin Partai Komunis Tiongkok. Saya merasakan hal ini adalah sebuah langkah yang sangat buruk dan tidak bertanggung jawab. Pengenalan kembali senjata-senjata ini memberikan efek jera yang kuat terhadap ekspansionis Tiongkok dan Rusia.

Menduanya kebijakan pemerintahan Joe Biden mengenai Institut Konfusius adalah mengganggu. Saat ini sedang terjadi penguraian, apakah Presiden Joe Biden membalikkan arah dan niat Presiden Trump terhadap Institut Konfusius atau apakah pemerintahan Donald Trump gagal mengikuti pikiran yang membekukan Proses Pembuatan Peraturan Federal mengenai penerbitan Institut Konfusius oleh mereka.

Apa pun itu, tampaknya Institut Konfusius telah dibebaskan untuk memasuki kembali lingkungan kampus. Pemberdayaan Tiongkok yang berkelanjutan memasuki pasar-pasar modal oleh perusahaan-perusahaan Wall Street seperti BlackRock adalah mengejutkan, tetapi harus diakui, hal ini juga menjadi masalah selama pemerintahan Donald Trump oleh para anggota kabinet seperti Menteri Keuangan Steven Mnuchin.

Poin selanjutnya yang menjadi perhatian adalah sejumlah personel Joe Biden yang menunjukkan simpati dan afiliasi dengan komunis. Sam Faddis dan Trevor Loudon mendokumentasikan banyak personel dalam pemerintahan Joe Biden memiliki hubungan-hubungan yang terselubung tipis (atau tanpa selubung sama sekali) dengan Partai Komunis Tiongkok.

Singkatnya sebuah amnesti bagi semua orang yang ditunjuk Joe Biden untuk mengakui sendiri dan menjauh dari ikatan-ikatan dengan Partai Komunis Tiongkok, beberapa di antaranya mungkin benar-benar salah menilai jujur dari era di mana Tiongkok dipandang sebagai sebuah mitra yang damai, jaringan ikatan-ikatan para anggota pemerintahan dengan Partai Komunis Tiongkok adalah sangat mengganggu. Semua skenario ini sangat mengikis kepercayaan kesediaan pemerintahan Joe Biden untuk melawan Partai Komunis Tiongkok dan membalikkan penyusupan yang pro-Partai Komunis Tiongkok oleh tim Joe Biden.

Sisi Buruk

Istilah penting dalam analisis Kebijakan Joe Biden terhadap Tiongkok: Mendua. Saya akan menegaskan sikap mendua dalam menghadapi sebuah negara ekspansionis yang tegas adalah sebuah gagasan yang sangat buruk. Seperti yang dikutip “Telegram Lebih Panjang,” Partai Komunis Tiongkok “memandang hina” kelemahan, yang dapat dipertukarkan dengan sikap mendua di sebagian besar hal.

Saat ini, Partai Komunis Tiongkok berada di bawah tekanan luar biasa di dalam negerinya. Ekonomi pada dasarnya adalah penipuan, dan Partai Komunis Tiongkok kehabisan dana untuk secara palsu terus melanjutkan fasad sebuah ekonomi yang berkembang dinamis, seperti pengusaha Hong Kong dan aktivis demokrasi Elmer Yuen mengatakan dalam sebuah diskusi dengan saya saat berada di Konvensi Aksi Politik Konservatif.

Ini adalah situasi yang sangat buruk. Seorang totaliter yang tertekan di dalam negerinya diperkirakan hanya melakukan satu hal, menyerang ke luar. Lebih baik kita berkeringat dan bekerja saat ini untuk mencegah dan mempersiapkan daripada membayar biaya yang jauh lebih tinggi nanti.

Kolonel (Purn) John Mills, seorang profesional keamanan nasional dengan layanan dalam lima era: Perang Dingin, Dividen Perdamaian, Perang Melawan Teror, Dunia dalam Kekacauan, dan sekarang, Persaingan Kekuatan Besar. Dia adalah mantan direktur kebijakan, strategi, dan urusan internasional keamanan siber di Departemen Pertahanan AS