ETIndonesia-Tanah dipenuhi dengan bakteri dan jamur. Puluhan ribu spesies yang berbeda dapat menghuni ruang yang sama. Jadi, bagaimana tanaman yang tumbuh di tengah-tengah itu semua dapat mengetahui perbedaan antara bakteri yang baik dan yang buruk bagi dirinya?
Hormon pertahanan asam salisilat membantu untuk memilih bakteri yang hidup baik di dalam dan di permukaan akar tanaman, menjaga agar mereka tidak keluar, bakteri-bakteri baik lainnya.
“Apa yang benar-benar kita ingin mengerti adalah bagaimana tanaman menetapkan hubungan mutualistik dengan mikroba yang mereka suka, dan menghindari mikroba yang tidak mereka suka,” kata Jeffery Dangl, profesor biologi di University of North Carolina di Chapel Hill, AS, yang memimpin penelitian tersebut.
“Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana tanaman merangkai dan memelihara hubungan dengan komunitas mikroba yang kompleks, terdapat kemungkinan untuk memanipulasi komunitas tersebut dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman,” kata Dangl.
3 Hormon Pertahanan
Dangl dan tim penelitinya sebelumnya menunjukkan bahwa ratusan spesies bakteri hidup di dalam dan di permukaan akar tanaman pada sebuah tanaman Arabidopsis thaliana ketika tumbuh di tanah liar.
Dalam studi baru yang dipublikasikan dalam Science Express, mereka menyelidiki bagaimana komunitas-komunitas mikroba berubah ketika tanaman kekurangan hormon pertahanan yang memediasi respon imun terhadap patogen.
Ada tiga hormon yaitu: asam salisilat, asam jasmonat, dan etilen. Produksi hormon pertahanan meningkat ketika sistem kekebalan tubuh tanaman mendeteksi pathogen (bakteri penyebab penyakit), dan mereka selalu hadir pada tingkatan tertentu. Karena tiga sistem hormone sebagian dapat mengimbangi satu sama lain ketika terjadi malfungsi di salah satu sistem, sehingga sulit untuk memancing keluar fungsi yang tepat dari masing-masing hormon.
Para peneliti membuat percobaan untuk menganalisis komunitas mikroba pada tanaman yang kehilangan kombinasi yang berbeda dari ketiga hormon tersebut. Tanaman yang kehilangan ketiga hormon itu gagal bertahan hidup di tanah liar, namun mereka tetap dapat hidup dengan hanya kehilangan satu atau dua hormon. (Osc/Yant)