oleh Li Yan
Sebuah studi baru yang dirilis minggu ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 yang diluncurkan oleh China National Pharmaceutical Group, Sinopharm menghasilkan respon antibodi yang rendah terhadapĀ virus varian Delta
Studi laboratorium berdasarkan sampel orang yang mendapat vaksinasi di Sri Lanka menunjukkan, bahwa orang yang menerima vaksin BBIBP-CorV yang diproduksi oleh Sinopharm, memiliki tingkat antibodi 1,38 kali lebih rendah untuk varian Delta daripada untuk virus yang awalnya ditemukan di Kota Wuhan pada akhir tahun 2019.
Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Sri Jayewardenepura, Dewan Kota Kolombo Sri Lanka dan Universitas Oxford Inggris.
Virus komunis Tiongkok (COVID-19) varian Delta pertama kali ditemukan di India pada akhir tahun lalu (2020), sejak itu menjadi virus paling menarik perhatian karena penyebarannya yang cepat dan mematikan, selain telah menyebar sampai ke 104 negara di seluruh dunia.
Baru-baru ini, tingkat infeksi di banyak negara, termasuk Inggris, Indonesia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan melonjak, sehingga varian ini dituding sebagai biang keladinya.
Hasil penelitian ini telah dikeluarkan pada Senin 19 Juli menunjukkan, meskpun belum ditinjau oleh rekan sejawat. Laporan tersebut menunjukkan bahwa vaksin Sinopharm telah mengurangi tingkat antibodi terhadap varian Beta yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan sebanyak 10 kali.
Kedua dosis vaksin tersebut merupakan salah satu vaksin COVID-19 yang paling banyak digunakan di daratan Tiongkok. Perusahaan Sinopharm setuju untuk mengirimkan hingga pertengahan tahun 2022, 170 juta dosis vaksinnya kepada COVAX.
Pekan lalu, Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (Global Alliance for Vaccines and Immunization. GAVI) mengumumkan telah menandatangani perjanjian pembelian vaksin dengan Sinopharm dan Sinovac. Vaksin yang diproduksi oleh kedua perusahaan ini akan dimasukkan dalam perpustakaan vaksin COVAX yang akan dimulai paling cepat bulan ini.
Kepala Badan Pembangunan Internasional (USAID) dari pemerintahan Biden menyatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok memilih untuk menjual vaksin ke COVAX demi menggaet keuntungan, daripada memilih untuk menyumbang atau memberikan bantuan keuangan. Ini mengerikan dan mencengangkan.
Media ‘Voice of America’ memberitakan bahwa Samantha Power, Direktur Badan Pembangunan Internasional menyampaikan pernyataan di atas, saat ia menghadiri sidang dengar pendapat tentang anggaran untuk tahun 2022 di Komite Hubungan Luar Negeri Senat yang diadakan oleh Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS pada Rabu (14/7/2021). (Sin)