Chen Ting
Baru-baru ini, peretas Tiongkok dan Rusia berulang kali meluncurkan serangan siber skala besar terhadap perusahaan atau entitas Amerika. Target peretasan meliputi perusahaan Microsoft, perusahaan manajemen jaringan SolarWinds, Colonial Pipeline sebuah perusahaan pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat, raksasa pemrosesan daging JBS, dan perusahaan perangkat lunak, Kaseya.
Serangan-serangan ini semakin memengaruhi usaha kecil dan menengah. Bahkan mengganggu pasokan bahan bakar dan makanan di beberapa daerah, menyebabkan kerugian besar yang tak terhitung.
Pada Selasa (27/7), Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato setengah jam saat berkunjung ke Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI). Dia berkata: “Kami telah melihat, termasuk serangan ransomware, ancaman dunia maya dapat semakin menyebabkan kerusakan dan kehancuran di dunia nyata.”
Biden memperingatkan: “Saya pikir jika kita berakhir dalam perang, pertempuran nyata dengan kekuatan besar, itu akan disebabkan oleh serangan siber skala besar, dan kemampuannya berlipat ganda.”
Ketika Biden bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Juni tahun ini, dia menjelaskan kepada Putin bahwa jika serangan dunia maya terhadap infrastruktur penting AS, termasuk air dan energi, adalah tindakan “lintas batas”, Amerika Serikat pasti akan merespons.
Menurut laporan Reuters, Gedung Putih menyatakan bahwa sejak itu, pejabat tinggi keamanan nasional tim Biden telah melakukan kontak dengan anggota senior Kremlin mengenai serangan dunia maya terhadap Amerika Serikat.
Dalam pidatonya, Biden juga menekankan ancaman yang ditimbulkan oleh Komunis Tiongkok. Dia menyebutkan bahwa pemimpin Komunis Tiongkok Xi Jinping “sangat ingin menjadi kekuatan militer paling kuat di dunia dan ekonomi terbesar serta paling menonjol di dunia pada pertengahan tahun 2040-an.”
Ia mengatakan, dibandingkan 20 tahun lalu, ancaman kini lebih tersebar, Amerika Serikat harus selalu waspada dan harus memperhatikan penghancuran demokrasi dengan informasi palsu.
“Saya pikir kita masih perlu berurusan dengan informasi palsu yang semakin merajalela, yang membuat semakin sulit bagi orang untuk menilai fakta dan membuat keputusan.”
Biden mengatakan bahwa negara-negara otoriter seperti Rusia sedang bersiap untuk mengganggu pemilihan 2022. Dia berkata: “Ini murni pelanggaran kedaulatan kami.”
Ia juga menekankan bahwa untuk mempertahankan keunggulan teknologinya, Amerika Serikat harus memperkuat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bekerja sama dengan sekutu demokratisnya.
Biden berkata : “Ketika bersaing dengan Tiongkok dan negara-negara lain di masa depan abad ke-21, kita harus berdiri di garis depan sains dan teknologi. Kita harus bekerja sama dengan mitra dan sekutu kita untuk mempertahankan keunggulan teknologi kita; untuk mengkonsolidasikannya. .Rantai pasokan; memastikan bahwa aturan yang mengatur teknologi mendukung demokrasi, bukan negara otokratis.” (hui)