ETIndonesia-Umumnya kita hanya melihat kesenjangan antara orang miskin dan orang kaya sekarang, tetapi mengabaikan sejarah dan masa lalu mereka. Orang kaya hari ini mungkin orang miskin kemarin, dan orang miskin hari ini mungkin orang kaya kemarin.
Orang miskin dan orang kaya, mereka pernah berdiri di garis awal yang sama, tetapi mengapa hasilnya sangat jauh berbeda?
Tiga pemuda ini pergi bersama ke luar daerah, mereka sama-sama mencari peluang untuk mencari uang yang banyak.
Di sebuah daerah pegunungan yang terpencil, mereka menemukan sejenis apel merah, rasanya manis dan buahnya besar. Apel berkualitas ini sangat murah di pasar setempat.
Tiba-tiba pemuda pertama yang memandang apel itu mendapatkan ide. Dia pun memborong sepuluh ton apel terbaik, kemudian mengirim pulang ke kampung halamannya, dan menjualnya dua kali lipat dari harga yang dibelinya.
Sejak itu, dia pun merintis usaha jual beli apel dan menjadi jutawan pertama di kota kelahirannya.
Sementara itu, pemuda kedua menatap apel itu dan merenung sejenak. Dia menghabiskan setengah dari uangnya untuk membeli seratus bibit apel terbaik, kemudian dikirim pulang, memborong sebuah lahan dan menanam bibitnya. Selama tiga tahun penuh, dia merawat dengan hati-hati pohon apel itu.
Sedangkan pemuda ketiga memandangi apel-apel itu, dia berjalan mengitari kebun apel, melihat-lihat sekelilingnya selama beberapa hari.
Kemudian dia menemui pemilik kebun apel, dan berkata sambil menunjuk ke bawah pohon : “Saya mau membeli tanah-tanah ini.”
Pemilik kebun tertegun sejenak, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Maaf pak, tanahnya tidak bisa dijual, bagaimana apel saya akan berbuah kalau dijual ?” Katanya balik bertanya.
Pemuda itu membungkukkan badannya dan meraup segenggam tanah, lalu berkata : “Saya hanya ingin yang ini saja, tolonglah jual ke saya! Berapa pun harganya akan saya bayar!”
Pemilik kebun memandang pemuda itu dan tersenyum : “Baiklah, cukup satu dollar saja.”
Dia membawa pulang tanah itu, kemudian meminta ahli untuk melakukan tes, menganalisis berbagai komponen tanah, kelembaban dan sebagainya, dan mensimulasikan suhu udara, kelembaban, dan sinar Matahari.
Kemudian, dia membeli sebidang lahan yang tandus, dan menghabiskan waktu selama tiga tahun penuh untuk mereklamasi dan mengembangkan tanah yang sama dengan tanah yang dibelinya dari pemilik kebun apel ketika itu.
Setelah itu, dia menanam bibit apel ke lahan itu.
Sepuluh tahun kemudian, nasib ketiga orang itu pun sangat jauh berbeda.
Pemuda pertama yang membeli buah apel itu masih saja membeli apel dan untuk dijual lagi, tetapi jumlah keuntungan yang dia hasilkan setiap tahun semakin berkurang, terkadang tidak untung atau bahkan rugi.
Sementara pemuda kedua yang membeli bibit apel sudah memiliki kebun sendiri. Namun, karena komposisi tanah yang tidak sama, apel yang dihasilkan kurang menarik dan berkualitas, tetapi masih bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan.
Sedangkan pemuda ketiga yang membeli segenggam tanah adalah orang yang akhirnya memiliki lahan sendiri dan memanen apelnya.
Apel hasil tanamannya harum dan manis, sehingga menarik banyak minat pembeli dan selalu bisa dijual dengan harga terbaik.
Kesimpulan: Cerita ini realistis, ketiga pemuda itu adalah orang-orang yang pintar, mereka memberi kita banyak hikmah yang bisa dipetik.
Kesempatan yang sama, pilihan yang berbeda, pasti akan membuahkan hasil yang tidak sama.
Orang-orang yang mendapatkan keuntungan lebih dulu belum tentu akan mendapatkan hasil/keuntungan maksimal.
Siapa yang bisa berpikir jauh ke depan untuk jangka panjang, dialah yang akan menikmati panen paling besar dan semakin besar pula kesuksesan yang dicapainya. Semoga tercerahkan.(jhn/yant)
Sumber: twgreatdaily.com
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.