oleh Li Ming
Jumlah korban jiwa akibat serangan teroris di Bandara Kabul masih terus bertambah. Komandan Komando Pusat AS McKinsey mengatakan pada 26 Agustus bahwa insiden itu menyebabkan 12 kematian dan 15 orang cedera di pihak militer AS, serta 60 orang warga Afghanistan meninggal dunia, 143 orang lainnya cedera. Cabang Afghanistan dari organisasi teroris ISIS (ISIS-K) secara terbuka mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut
Pada Kamis 26 Agustus, beberapa bom bunuh diri terjadi di luar Bandara Kabul menyebabkan banyak korban berjatuhan, termasuk tentara Amerika. Ini adalah korban pertama yang diderita militer AS di Afghanistan sejak pemerintahan Trump dan perwakilan Taliban menandatangani Perjanjian Doha pada Februari 2020.
BBC dan CNN mengutip laporan pejabat kesehatan di Afghanistan memberitakan bahwa, ledakan di dekat Bandara Kabul telah menewaskan lebih dari 60 orang dan melukai lebih dari 140 orang.
Organisasi bantuan kemanusiaan Italia ‘Emergency’ mengungkapkan kepada media, bahwa ada 30 orang yang terluka telah dikirim ke Pusat Pertolongan Darurat Kabul yang berada di bawah organisasi tersebut, dan 6 dari mereka terluka parah ketika mereka tiba.
Sebelum serangan teroris tersebut terjadi, akibat banyak negara yang mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri operasi evakuasi dalam beberapa hari ke depan, maka sejumlah besar orang mencoba masuk ke Bandara Kabul untuk mengejar penerbangan agar bisa terevakuasi.
Jenderal Kenneth McKenzie, Komandan Komando Pusat AS yang bertanggung jawab atas evakuasi Kabul membenarkan dalam sebuah wawancara dengan media, bahwa setidaknya 12 orang anggota militer AS tewas dalam serangan di bandara Kabul dan sedikitnya 15 orang lainnya terluka.
Jenderal Kenneth McKenzie menyatakan bahwa ada 2 orang selaku pembom bunuh diri dalam serangan itu, dan ada orang bersenjata yang melepaskan tembakan setelah ledakan terjadi. Dia mengatakan : “Kami akan mengejar mereka yang bertanggung jawab atas serangan bunuh diri yang menewaskan 12 orang tentara Amerika Serikat dan melukai 15 orang lainnya. Kami sedang mencari mereka”.
McKenzie juga memperingatkan bahwa serangan teroris kemungkinan akan berlanjut.
Menurut media AS, korban tewas dari militer AS saat ini termasuk 11 orang Marinir AS dan 1 orang petugas medis Angkatan Laut.
Menurut situs web berbahasa Mandarin dari ‘Deutsche Welle’, bahwa cabang Afghanistan dari organisasi teroris ISIS-K telah mengumumkan melalui agen propagandanya bahwa organisasi tersebut bertanggung jawab atas serangan di bandara Kabul pada Kamis 26 Agustus 2021.
Laporan tersebut mengatakan bahwa sebelum serangan teroris di luar bandara terjadi, Kedutaan Besar AS di Kabul, Kantor Luar Negeri Inggris, dan pemerintah Australia semua mengeluarkan peringatan dini bahwa ada risiko tinggi serangan teroris di wilayah bandara Kabul dan mengharuskan warganya yang tinggal di Afghanistan termasuk pemegang visa untuk tidak pergi ke Bandara Kabul. Bagi mereka yang telah tiba di bandara diharapkan segera pergi.
Laporan tersebut mengatakan bahwa setelah ledakan, masih ada pesawat AS yang lepas landas dari Bandara Kabul, hal mana menunjukkan bahwa evakuasi AS tidak berhenti karena serangan itu. Namun, ada berita bahwa pesawat militer Airbus terakhir Jerman, A400M, meninggalkan Bandara Kabul pada 26 Agustus. Berangkat ke Tashkent, Uzbekistan yang menandakan bahwa operasi evakuasi “jembatan udara” telah berakhir.
Pada 26 Agustus, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengeluarkan pernyataan melalui Juru Bicara Stephane Dujarric, mengutuk keras serangan teroris di bandara Kabul, dan mengatakan bahwa dirinya mengikuti perkembangan situasi di Kabul, terutama terhadap bandara internasional.
António Guterres menyatakan belasungkawa yang mendalam dan solidaritas kepada keluarga para korban dalam serangan itu dan berharap yang terluka cepat sembuh. Dia menekankan bahwa insiden ini menyoroti gejolak situasi di Afghanistan, tetapi pada saat yang sama juga memperkuat tekad PBB untuk terus memberikan bantuan dan dukungan darurat kepada rakyat Afghanistan. (sin)