Jin Shi – NTD
Baru-baru ini, korea Utara mengumumkan keberhasilan menguji “rudal jelajah jarak jauh yang baru dikembangkan” selama akhir pekan lalu. Rudal itu terbang 1.500 kilometer di atas Korea Utara dan mengenai sasaran.
Korea Utara secara resmi merilis dua foto uji coba rudal. Pihak korut mengatakan bahwa rudal jelajah yang diuji kali ini “strategis.” Analisis percaya, ini berarti bahwa rudal itu mungkin dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir.
Harry Kazianis, seorang ahli dari The Center for the National Interest mengatakan: “Teknologi rudal jelajah memungkinkan Korea Utara menjangkau hampir semua pulau di Jepang. Jika hulu ledak nuklir dapat dipasang pada rudal, masalahnya akan menjadi lebih serius dan mengkhawatirkan.”
Rudal jelajah tidak secepat rudal balistik, tetapi mungkin lebih sulit dideteksi. Para ahli menunjukkan bahwa teknologi rudal jelajah Korea Utara kemungkinan berasal dari Komunis Tiongkok.
Richard Fisher, pakar masalah militer Asia menuturkan, rudal jelajah terbang dengan kecepatan subsonik. Jika Anda dapat menemukannya tepat waktu, Anda memiliki peluang lebih baik untuk menembaknya jatuh. Tetapi, karena rudal jelajah lebih kecil dan lebih tersembunyi, mereka lebih sulit untuk dideteksi. Terutama ketika mereka terbang dekat dengan darat. Kebanyakan rudal jelajah dirancang dengan cara ini.”
Setelah Korea Utara mengumumkan uji coba misilnya, pemerintah Jepang menyatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat dan mengikuti perkembangan.
Menteri luar negeri Australia dan Korea Selatan bertemu di Seoul dan menuntut agar Korea Utara melanjutkan negosiasi tentang denuklirisasi.
Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne berkata: “Saya mengulangi pernyataan konsisten Australia dan menyerukan Korea Utara untuk melanjutkan komitmennya untuk berbicara dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.”
Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan, “Sehubungan dengan Korea Utara, posisi AS tidak berubah dan kami masih siap untuk menghadapi mereka.”
Richard Fisher menegaskan : “Setelah kegagalan Afghanistan (penarikan diri), Tiongkok (Komunis Tiongkok) semakin tidak takut pada Amerika Serikat. Tentu saja, Korea Utara akan membuat penilaian serupa. Pengujian rudal jelajah menunjukkan bahwa mereka tidak begitu takut pada Joe.Biden. Kita mungkin melihat Korea Utara menguji lebih banyak rudal baru dalam beberapa minggu atau bulan mendatang.”
Sejak tahun 2017, Korea Utara belum menguji coba rudal balistik antarbenua dan senjata nuklir. Pada tahun 2019, negosiasi antara Korea Utara dan Amerika Serikat gagal, karena kedua pihak memiliki perbedaan besar tentang cara melonggarkan sanksi terhadap Korea Utara.
Pada Maret tahun ini, Korea Utara menguji dua rudal balistik jarak pendek, yang dianggap sebagai ujian sikap pemerintahan baru AS.
Sejauh ini, pemerintahan Biden belum merilis niatnya untuk memperlambat sanksi terhadap Korea Utara. (hui)