oleh He Yating
Pada 25 September malam waktu Taiwan, hasil pemilihan ketua KMT diumumkan. Eric Chu memperoleh 85.164 suara (45,78%) dan terpilih sebagai ketua KMT. Ini adalah pertama kalinya sejak ketua KMT dipilih secara langsung, ada calon terpilih dengan suara kurang dari setengah kuorum.
Dalam pidatonya setelah Eric Chu terpilih, ia berulang kali menekankan pentingnya persatuan dalam partai KMT. Mulai saat ini, setiap anggota harus bersatu untuk membela Republik Tiongkok.
Ketika menyinggung soal kebijakan lintas selat, Eric Chu menekankan bahwa hubungan lintas selat sangat penting, setelah dia menjadi Ketua Umum Partai Kuomintang. Dia akan bekerja untuk memulihkan saluran dan platform komunikasi antar selat. Ia juga menyatakan bahwa Kuomintang tidak akan pernah mengikuti jalur DPP pada kebijakan mengenai lintas selat.
Mengenai masalah hubungan internasional, ia menyatakan bahwa dirinya akan memulai melakukan persiapan mendirikan “Kantor Perwakilan AS” pada hari pertama menduduki kursi ketua partai.
Dalam pemilihan ketua partai KMT, Chang Ya-chung, ketua umum Sekolah Sun Wen, yang pendiriannya diklasifikasikan sebagai “pro-reunifikasi” oleh dunia luar, memperoleh dukungan yang cukup tinggi dalam banyak jajak pendapat sebelum pemungutan suara berlangsung.
Dalam pemungutan suara pemilihan kali ini, Chang Ya-chung yang mencalonkan diri sebagai ketua KMT untuk pertama kalinya, memenangkan 60.632 lembar suara, atau 32,59% suara, berada di peringkat kedua. Sedangkan Ketua Partai Kuomintang saat ini, Johnny Chiang Chi-chen hanya memenangkan 18,87% suara, berada di peringkat ketiga.
Dua hari sebelum pemungutan suara, Eric Chu secara terbuka menyebut Chang Ya-chung sebagai “ahli teori reunionis” dan bahkan menduga ia sebagai “faksi memerahkan Taiwan”. Masyarakat umum berpendapat bahwa pada akhirnya para anggota yang “sangsi terhadap Beijing” memberikan suara mereka kepada Eric Chu Li-luan.
Chu chao-Hsiang, seorang profesor di Institut Ilmu Politik di Universitas Normal Nasional Taiwan mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia, bahwa setelah kenaikan pesat suara mendukung Chang Ya-chung, beberapa pemilih yang tetap netral merasakan krisis.
Setelah pemilu digambarkan sebagai pertarungan antara “faksi yang sangsi terhadap Beijing” dengan “faksi memerahkan Taiwan”, maka sejumlah pemilih yang semula netral segera memihak ke Eric Chu.
Chu chao-Hsiang menjelaskan bahwa sikap Eric Chu tentang isu lintas selat adalah “Konsensus 92”, meskipun ia tidak akan mengulangi “Konsensus 1992” dari mantan Presiden Ma Ying-jeou, tetapi Eric Chu tidak akan menyangkalnya.
Eric memilih untuk mengambil sikap “abu-abu”. Dirinya memperkirakan bahwa Eric Chu akan mengambil jalan kompromi dengan para pendukung Chang Ya-chung dan bahkan pendukung mantan Walikota Kaohsiung Han Kuo-yu, tetapi tidak akan mengubah sikap “abu-abu” dalam hubungan antar selat.
Du Sheng-tsung, Direktur Departemen Studi Radio dan Televisi di Universitas Ming Chuan, Taiwan berpendapat bahwa Eric Chu Li-luan tahu bahwa argumen Chang Ya-chung tidak sejalan dengan opini masyarakat di Taiwan, tetapi dia tidak dapat mengajukan argumen yang lebih meyakinkan.
Dalam masalah ini, Eric Chu mengambil sikap mengelak, meskipun untuk sementara bisa lolos dari pemilihan ketua partai pada tahun 2021, tetapi tampaknya sulit untuk bisa lolos dari pemilihan walikota pada tahun 2022.
Du Sheng-tsung mengatakan bahwa ketika Kuomintang berurusan dengan hubungan lintas selat di masa lalu, secara langsung mengabaikan sejarah Taiwan dan teror putih.
Sekarang ia harus menghadapi sejarah Taiwan. Kebutuhan dan konteks masyarakat Taiwan harus ditempatkan dalam pemikiran tentang hubungan lintas selat. Jika Kuomintang terus mempertahankan kekurangannya, ia akan menghadapi serangan balasan yang lebih besar. (Sin)